Intelektual Mistik

28 Mei 2024, 09:32 WIB

Nusantarapedia.net | KEMANUSIAAN — Intelektual Mistik

Oleh: Alvian Fachrurrozi

– lakukanlah kembara intelektual ke dunia Barat dan menjadi murid dari Nietzsche terlebih dahulu agar memiliki modal kepribadian yang rasional, cerdas, kuat, otentik, dan percaya diri sebelum berlayar ke dunia kebatinan Timur –

“‘jadilah spiritual’ tetapi juga di saat yang sama sekaligus ‘jadilah intelektual’, alias jadilah ‘sarjana kang martapi’ seorang intelek yang sekaligus memahami dunia batin/mistik”

PESANKU dulu kepada adik-adik mahasiswa tingkatku, dalam bara gelora intelektual dan pencarian jati diri janganlah langsung melompat dan terbenam mempelajari tokoh-tokoh besar dari belahan dunia Timur semacam Buddha Gautama dan Jiddu Krishnamurti, jangan juga Ki Ageng Suryomentaram dari dunia Kejawen, mereka semua hanya sibuk berbicara tentang Tuhan atau dunia batin (pelepasan ego) belaka, sesuatu yang kurang relevan dalam masa mudamu yang seharusnya lebih mengihup-hidupi jiwa yang penuh semangat api gelora.

Kenyataan hidup manusia dewasa itu keras, baik dalam dunia kerja maupun dalam dunia asmara. Jika jiwa dan mentalmu masih lembek, lumer, inferior, dan mudah diinjak-injak oleh orang lain, janganlah langsung lari ke dunia Timur dan melenyapkan ego kedirianmu yang masih lemah dan cupu itu. Akan tetapi pergi dan bergurulah terlebih dahulu ke dunia Barat, perkuatlah mental dan jiwamu yang masih lembek itu dengan menyesap “pemikiran-pemikiran perkasa” para filsuf Barat terutama dari aliran Eksistensialisme seperti Friedrich Nietzsche, Sartre, dan Albert Camus, suntikan-suntikan pemikiran mereka akan membuat tegak kepercayaan diri dan rasa keberhargaan dirimu yang otentik, struktur kepribadianmu juga akan menjadi lebih kuat, dan jati diri individualitasmu pun juga akan lebih kokoh.

Bahkan bagus juga jika menyesap pemikiran filsuf Niccolo Machiavelli yang akan memperkuat “karakter kepemimpinanmu”, mengadopsi sedikit karakter arogan itu tidak masalah dan bahkan kadang amat penting dalam beberapa situasi, semisal menghadapi orang yang suka menindas maka berani berbalik membalas bersikap arogan padanya itu justru penting untuk menyadarkannya, bahwa martabat manusia itu setara, maka tidak elok jika seorang manusia itu suka menindas sesamanya.

Akan tetapi setelah martabat individualitasmu terbentuk dengan “baik” dan “kokoh” maka kembalilah tengok perabadan dunia Timur dan bawalah pikiranmu kembali berlayar ke sana, dan dengan penuh kerendahan hati duduklah bersimpuh untuk menyesap wejangan-wejangan Buddha Gautama, Jiddu Krishnamurti atau para sesepuh dari dunia kebatinan Kejawen. Pada akhirnya akan kau sadari juga bahwa setelah eksistensialisme personalmu “menguat tajam”, pada puncaknya kau juga akan gelisah dan butuh tahap eksistensialisme yang lebih agung, seperti memupus keakuan dan kesadaran untuk meleburkan ego diri dengan Yang Maha Agung, Yang Maha Universal.

Terkait

Terkini