Iran Panggil Utusan Inggris dan Norwegia Terkait Kerusuhan Mahsa Amini

25 September 2022, 21:06 WIB

Nusantarapedia.net, Jakarta — Iran memanggil duta besar Inggris dan Norwegia atas campur tangan dan liputan media yang penuh kebencian atas kerusuhan nasional yang dipicu oleh kematian seorang wanita yang ditahan oleh polisi moralitas, demikian kantor berita semi resmi ISNA mengatakan pada Minggu, (24/9/2022).

Demonstrasi yang terjadi lebih dari seminggu yang lalu atas kematian wanita kurdi berusia 22 tahun, Mahsa Amini, telah menyebar ke seluruh negeri dan berubah menjadi gelombang protes terbesar selama bertahun-tahun.

Televisi negara Iran mengatakan 41 orang tewas. Pihak berwenang telah membatasi layanan internet dan seluler untuk mencegah protes dan respon oleh pasukan keamanan.

Presiden Ibrahim Raisi mengatakan, Iran menjamin kebebasan berekspresi dan dia memerintahkan penyelidikan atas kematian Amini, atas kasus larangan pakaian perempuan (hijab).

Dia juga mengatakan bahwa “tindakan kekacauan” tidak bisa diterima dan Iran harus bertindak tegas terhadap kerusuhan. Di perserikatan bangsa-bangsa, dia mengatakan, cakupan luas kasus Amini adalah “standar ganda,” yang menunjukkan kematian dalam tahanan polisi AS.

Menteri luar negeri Iran memanggil duta besar Inggris pada hari Sabtu sebagai tanggapan atas ujaran kebencian media berbahasa Persia yang berbasis di Loundon, kantor berita ISNA.

Utusan asal Norwegia juga dipanggil untuk menjelaskan sikap intervensif dari pembicara parlemen negara, yang menyatakan dukungan untuk para pengunjuk rasa di Twitter.

Kematian Amini telah menyulut kemarahan di Iran atas isu-isu termasuk pembatasan kebebasan pribadi, aturan berpakaian yang ketat untuk wanita, dan guncangan ekonomi.

Para wanita sangat berperan dalam aksi protes, melambaikan dan membakar selubung mereka. Ada yang memotong rambut mereka di depan umum karena marah.

Massa menyerukan dihancurkannya pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamanei. Unjuk rasa ini merupakan aksi terbesar untuk menyapu bersih negara sejak demonstrasi atas harga bahan bakar pada tahun 2019, ketika Reuters melaporkan 1.500 orang tewas dalam aksi pemberantasan pengunjuk rasa, serangan paling berdarah dalam sejarah republik Islam.

Diketahui, tewasnya seorang perempuan muda bernama Mahsa Amini, telah menyulut kemarahan massal di negara Iran. Mahsa Amini tewas karena dianggap oleh pemerintah Iran melanggar kebijakan hijab dan aturan berpakaian sesuai syariah. Kemudian Mahsa ditahan oleh polisi moralitas Iran hingga terjadi tragedi pembunuhan.

Penangkapan dirinya terjadi pada 14 September 2022 yang lalu pada pukul 18.30 waktu setempat di Teheran, Iran. Mahsa ditangkap ketika sedang berjalan keluar dari stasiun kereta api Haghani bersama dengan saudara lelakinya. (Inh)

Sumber: Reuters

Ricuh Unjuk Rasa Kematian Mahsa Amini, Presiden: Kekacauan Tidak Dapat Diterima
Inflasi Italia Tinggi, Kelompok Konsumen Serukan Pemogokan Tagihan Energi
Jerman Hadapi Resesi dan Inflasi Serius
Bekal Suramnya Ekonomi Global 2023, Ekonomi Indonesia Optimis Tumbuh pada Kuartal II 2022
Menakar Kekuatan Rakyat dan Kebijakan Pemerintah dalam Isu Global Krisis Pangan (1)

Terkait

Terkini