Jalan Daendels Pantura, Jadikan Jawa Sebagai Kota Terpanjang Dunia

Dampak dari pembangunan tersebut, menjadikan Jawa mempunyai kota terpanjang di dunia yang berada di jalur pesisir utara

2 April 2022, 08:41 WIB

Nusantarapedia,net — Jalan Daendels Pantura, jadikan Jawa sebagai kota terpanjang dunia.

Jalan Pantai Utara Jawa atau disingkat Pantura, adalah jalan lama yang juga di kenal sebagai rangkaian Jalan Pos atau Jalan Daendels. Panjangnya 1.000 kilo meter membentang dari Ujung Kulon Anyer, Banten sampai ujung timur Penarukan, Situbondo Jawa Timur.

Sejarahnya, Jalan Raya Pos tersebut bernama De Grote Postweg, digagas oleh Herman Willem Daendels pada masa kepemimpinannya tahun 1808.

Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk Perancis pada saat pemerintahan Napoleon Bonaparte yang menaklukkan Belanda tahun 1795. Sang gubernur adalah perwira Belanda yang ditunjuk dan dipercaya oleh Perancis.

“Ayo, jika kantong tipis, lewat saja jalan pantura, karena biaya tol juga tidak sedikit. Selain itu, menjadi bagian turut serta menghidupkan ekonomi rakyat kecil dengan membeli makanan dan minuman di sepanjang jalan pantura, milik usaha-usaha rakyat”

Maksud Perancis mengutusnya, untuk memperkuat posisi Belanda di Jawa dalam rangka konflik melawan Inggris yang bermarkas di India. Pada tahun 1808 tersebut, Belanda juga seluruh pemerintahan administratif termasuk Hindia Belanda menjadi bagian dari Perancis yang berseteru melawan Inggris.

Daendels terkenal dengan tangan besinya. Pembangunan mega proyek trans Jawa tersebut memakan ribuan korban nyawa karena dilakukan dengan kerja paksa. Sebelum sang Gubernur lengser pada tahun 1811, mega proyek tersebut sudah selesai. Jalan tersebut sudah diresmikan dan digunakan sebagai jalur transportasi.

Berkat pembangunan jalan tersebut, Hindia Belanda mengalami banyak kemajuan, termasuk semakin berkembangnya pabrik-pabrik gula disepanjang jalan. Selain juga pembangunan infrastruktur kereta api.

Dampak dari pembangunan tersebut, menjadikan Jawa mempunyai kota terpanjang di dunia yang berada di jalur pesisir utara.

Jalan Daendels seolah membuka kembali peta lama dari jalur-jalur di pesisir utara yang telah digunakan terlebih dahulu pada era wali dan era kerajaan Kalingga, terutama jalur perdagangan dan politik kerajaan.

Saat ini, jalan raya pantura menjadi infrastruktur penting sebagai lalu lintas utama jalan trans Jawa, terlebih sebelum dibangunnya jalan tol trans Jawa. Sebagai penghubung kota-kota besar, seperti Surabaya, Semarang, Cirebon dan Jakarta.

Pada suatu sore, saat dilangsungkannya sidang isbat Kementerian Agama untuk menentukan tanggal 1 Ramadan 1443 Hijriah, sebagai dasar melakukan ibadah puasa. Saya dan teman-teman menyusuri jalan Daendels tersebut di kota Pemalang Jawa Tengah.

Bentangannya dari arah timur ke barat, dimulai dari gerbang masuk kota di kecamatan Ulujami, kemudian melewati kecamatan Comal, terus bergeser ke barat melewati kecamatan Ampelgading, kecamatan Petarukan, lalu kecamatan Taman, dan berakhir di pintu gerbang Selamat Jalan di desa Lawang Rejo, kecamatan Pemalang Kota.

Kondisi jalan raya pantura sebagai jalan trans nasional, di Pemalang termasuk bagus, dengan material jalan beraspal hotmik, ada juga yang ber-cor beton.

Namun jika malam hari, jalan raya ini, terutama antara barat jembatan Comal sampai jalan raya Kalirandu-Petarukan kurang penerangan lampu jalan, sehingga rawan kecelakaan lalu lintas dan kejahatan.

Jika anda melewati jalan raya pantura di Pemalang, tingkat kenyamanan dan keamanan tidak perlu khawatir, karena pihak keamanan Polres Pemalang rutin menggelar operasi memantau keamanan jalan pantura. Di samping itu, kerawanan karena sepinya keadaan jalan raya karena beralih ke jalan tol tidak terjadi. Jalan pantura di Pemalang tetap ramai di malam hari, apalagi pagi hingga sore hari, meskipun intensitasnya berkurang lumayan.

Fasilitas pendukung seperi rest area banyak bertebaran di sepanjang kota Nasi Grombyang ini, rumah makan banyak berada di jalur ini.

SPBU atau pom bensin juga saling berdekatan tidak terlalu jauh, toko-toko swalayan buka 24 jam, siap untuk memenuhi kebutuhan perjalanan.

Ayo, jika kantong tipis, lewat saja jalan pantura, karena biaya tol juga tidak sedikit. Selain itu, menjadi bagian turut serta menghidupkan ekonomi rakyat kecil dengan membeli makanan dan minuman di sepanjang jalan pantura, milik usaha-usaha rakyat. (Ragil74)

Foto: ©2022/Npj/Ragil74 | saat sidang isbat penentuan 1 Ramadan 1443 H

Kepustakaan ;
1) M. Junaedi Al Anshori. 2021. Sejarah Nasional Indonesia.
2) Frankema, Ewout. 2013. Colonial Exploitation and Economic Development.

The Mask “Orang Baik” Dari Dunia Sampah
Buruh Tanam Bawang, Wanita Pejuang Rupiah
Bengawan Solo, Melintas Area dan Lini Masa (1)

Terkait

Terkini