Jalan Tengah ZORBA-BUDDHA dan Kepribadian Sintesis AMBIVERT

Nusantarapedia.net | KEMANUSIAAN — Jalan Tengah ZORBA-BUDDHA dan Kepribadian Sintesis AMBIVERT
Oleh : Alvian Fachrurrozi
“Hans Eysenck (penerus Carl Jung) yang merumuskan tentang jenis “kepribadian sintesis” atau ambivert, yakni merupakan gabungan dari dua pola kepribadian ekstrovert dan introvert yang begitu kontras bertolak belakang, Osho pun juga memiliki gagasan “spiritual sintesis” menarik untuk menggabungkan dunia Zorba yang aktif dan riang dengan dunia Buddha yang meditatif dan hening. Gagasan itu oleh Osho dinamai ‘Zorba Buddha’.”
“Tapi tentu saja Osho dan gagasannya tidak dapat ditumbangkan oleh kelompok mana pun. Osho tetaplah seorang mistikus yang nyentrik dalam pemikiran dan jalan spiritualitasnya. Pada dasarnya gagasan Zorba Buddha dari Osho sangatlah sederhana, Osho hanya meminta manusia untuk menjadi seperti Buddha secara spiritual, yaitu laku hidup yang penuh dengan kesadaran, tetapi pada saat yang sama juga hidup secara ringan dan bahagia seperti Zorba yang tidak menampik untuk menikmati dan merayakan hidup.”
ZORBA adalah tokoh protagonis dari novel Zorba the Greek karya penulis terkenal Nikos Kazantzakis. Kepribadian Zorba adalah gambaran dari semangat kehidupan yang begitu aktif dan menyala. Ia menuruti kenikmatan indria, ia menari, memainkan musik, dan ia tidak ragu-ragu dalam setiap kenikmatan hidup yang menggembirakan. Sosok Zorba dalam novel itu adalah manusia yang mencontohkan hidup dalam hasrat Dionysian, seperti yang terlihat dalam antusiasnya yang membara terhadap seni, cinta, anggur, dan kerja keras.
Zorba bukanlah tipe orang yang kutu buku atau sosok meditator yang suka bertengger dalam ruang sunyi. Dia menganut cara hidup yang lebih mendalam dalam tindakan, dia adalah kepribadian yang benar-benar membumi dan menjejak dalam realitas. Ia tidak menyia-nyiakan waktu untuk berumit-berumit berfilsafat mengkonseptualisasikan sebuah tujuan hidup atau bermeditasi tentang Tuhan. Sebaliknya, ia lebih memilih menemukan makna hidup hanya dengan menjalaninya secara utuh dalam bumi realitas.
Di sisi lain, ketika kita memikirkan Buddha, pada umumya kita mengasosiasikannya dengan spirit Apollonian, dunia yang hening, pertapaan, meditasi, anti materi, dan pandangan dunia yang muram. Doktrin empat kebenaran mulia Buddha mengajarkan kita, bahwa hidup ini penuh dengan penderitaan dan penderitaan hanya akan dapat lenyap ketika keterikatan pada nafsu sudah dibuat lenyap. Oleh karena itu Siddhartha demi mencapai pencerahan ke-Buddha-an juga harus meninggalkan seni hiburan, hubungan cinta, anggur, dan kerja keras duniawi. Hal yang sama pula yang diajarkan kepada para pengikutnya.
Secara psikologis, dunia Zorba adalah dunia seorang ekstrovert dan dunia Buddha adalah dunia seorang introvert. Sebagaimana Carl Jung yang telah memetakan kepribadian manusia terdiri dari dua pola besar yaitu ekstrovert dan introvert itu, ekstrovert adalah sebentuk kepribadian yang cenderung aktif, heboh, mencari energi dari keramaian, bertindak spontan, ceria, dan penuh percaya diri. Pada umumnya mereka juga unggul dalam gelanggang sosial, meski dalam hal “kepekaan psikologis” nilai mereka sangat rendah, sehingga tanpa disadari seringkali perkataan dan tindakan mereka gampang merendahkan atau melukai perasaan orang lain. Kurang lebih demikian juga dunia dari seorang Zorba.
Sedang mengenai kepribadian introvert adalah sebentuk kepribadian yang cenderung pasif, penyendiri, mencari energi sari kesendirian, enggan bergaul, over thinking, melankolis, dan sangat skeptis alias penuh dengan keraguan. Maka pada umumnya sisi kepekaan psikologis mereka ini sangat tajam, tetapi sebaliknya dalam hal “kepekaan sosial” nilai mereka sangat rendah. Akibatnya wajar jika mereka selalu merasa tersisih dan terasing dari gelanggang sosial. Karena memang mindset dan tindakan mereka sendiri yang mengundang jenis kehidupan yang soliter sunyi seperti itu. Kurang lebih demikian juga dunia dari seorang Buddha.
Zorba vs Buddha, ekstrovert vs introvert, adalah dua dunia yang sangat bertentangan dan bahkan saling menegasikan satu sama lain. Akan tetapi Osho (seorang mistikus dari India) sebagaimana Hans Eysenck (penerus Carl Jung) yang merumuskan tentang jenis “kepribadian sintesis” atau ambivert, yakni merupakan gabungan dari dua pola kepribadian ekstrovert dan introvert yang begitu kontras bertolak belakang, Osho pun juga memiliki gagasan “spiritual sintesis” menarik untuk menggabungkan dunia Zorba yang aktif dan riang dengan dunia Buddha yang meditatif dan hening. Gagasan itu oleh Osho dinamai “Zorba Buddh”.