Jaringan Internet di Wolowae Masih Menjadi Soal
Jaringan internet yang masih dialami di sejumlah desa di Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini, yakni, Desa Anakoli, Totomala, Tendakinde dan Desa Tenda Toto
Nusantarapedia.net, Nagekeo, NTT — Di era modernisasi dimana urusan ini itu sebagian besar menggunakan jaringan internet, justru menjadi tantangan tersendiri bagi penggunanya jika di wilayahnya tidak didukung akan ketersedian jaringan tersebut.
Bahkan, untuk memenuhi tuntutan penyesusaian era berbasikan jaringan internet ini, pengguna harus menguras pikiran bahkan tenaga mereka agar bagaimana smartphone android yang mereka miliki bisa difungsikan sesuai kelebihan seharusnya bukan sekedar digunakan untuk telepon, musik dan sms.
Sama halnya persoalan jaringan internet yang masih dialami di sejumlah desa di Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini, yakni, Desa Anakoli, Totomala, Tendakinde dan Desa Tenda Toto.
Untuk mendapatkan akses internet, pengguna android yang berada di empat desa tersebut harus berperan seperti sang Arjuna mencari cinta atau sistem raba-raba, tak seperti khalayaknya yang jaringan internet dapat di akses hingga di dalam rumah bahkan di kamar tidur sekalipun.
Seperti yang diungkapkan salah seorang tokoh masyarakat Anakoli, Bonefasius Siku. Dikatakan, era dimana dalam mengakses dan memberi informasi serba menggunakan jaringan internet, Desa Anakoli masih tertinggal sebab belum masuk ke fase yang dikatakan masyarakat modern lantaran banyak masyarakat Anakoli yang memiliki smartphone android justru hanya bisa digunakan untuk mendengar musik dan sms selebihnya tidak bisa digunakan.
“Jaringan internet ini sudah menjadi kebutuhan primer (pokok). Perkembangan tekhnologi smartphone android semakin melangkah maju sejalan dengan dukungan ketersediaan jaringan internet mulai 3G, 4G dan 5G. Namun apa jadinya kalau suatu wilayah seperti di Anakoli masyarakat memiliki gedget namun tidak ada jaringan internet. Katersediaan jaringan internet yang memadai di desa kami sangat diperlukan. Sebab segala informasi peristiwa dan juga ketika keluarga sakit, duka butuh bantuan harus ada itu (jaringan internet red-) baru bisa di akses,” katanya kepada awak media NPJ, Selasa (27/09/22).
Menurut Bonefasius, bukan sekedar akses informasi, aparat desa dan siswa sekolah dasar serta menengah pertama di desa tersebut, mereka harus rela menempuh jarak sejauh kurang lebih 2 kilo meter untuk sampai ke tempat yang memiliki jaringan internet yaitu di puncak bukit Nangateke.
“Anak sekolah, aparat desa mereka mau cari referensi mata pelajaran atau juga mau membuat laporan kegiatan berkaitan dengan desa mereka harus ke puncak bukit Nangateke ini. Sampai di puncak bukit bukan masalah selesai, mereka harus lagi berpindah-pindah mencari tempat yang benar-benar mendapat jaringan 4G,” ungkap Bonefasius. (Yasin)
Melepas Lelah di Puncak Bukit Nangateke (1)
Ri’i Ta’a Surga Tersembunyi di Utara Nagekeo
Firmus Mega, Difabel Sang Motivator Usaha Cabai Raih Penghargaan “Role Model Petani Milenial”
Instansi Pemerintah Wajib Miliki Arsitektur Rencana SPBE per Desember 2022
Kedaulatan Digital Adalah Keniscayaan, Bukan Hanya Drama