Jika Stok Beras Mulai ”Ambles”
Golongan masyarakat yang belum beras mainded akan lebih gampang menyesuaikan selera dibandingkan dengan para orang tua zaman sekarang.
Nusantarapedia.net, Jurnal | Pertanian — Jika Stok Beras Mulai ”Ambles”
DALAM kehidupan ini, berbagai kemungkinan dapat saja terjadi. Siapa tahu suatu saat bangsa Indonesia kekurangan stok beras sehingga makanan pokok ini diimpor dari luar negeri. Betul saja, kemungkinan itu terjadi. Dalam beberapa waktu ini, kabar hilangnya beras membuat gaduh seisi negeri. Hampir di seluruh wilayah Indonesia dikabarkan kesulitan beras. Entah apa penyebabnya? Menurut ahli cuaca, iklim saat ini kurang baik untuk menanam padi. Pengamat pangan menyebutkan ada ”begal” beras yang sengaja memainkan harga. Untuk yang terbiasa makan nasi, kondisi itu cukup merepotkan sebab makanan pokok ini dapat diganti dengan makanan pokok yang lain.
Kesadaran Diversifikasi Pangan
Diversifikasi berarti juga penganekaragaman yang difokuskan pada makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, sagu, gaplek, dan lain-lain. Dengan demikian, orang tidak bergantung pada satu jenis makanan pokok saja. Atau mungkin juga ada sebagian masyarakat yang hanya makanan pokoknya gaplek atau sagu sehingga makanan pokok dari itu dan itu saja tanpa ada variasi. Kebiasaan diversifikasi inilah yang harus ditanamkan dan disadari sedini mungkin.
Tiap berganti masa pemerintahan, upaya diversifikasi pola konsumsi pangan selalu digembar-gemborkan guna mengurangi ketergantungan pada beras. Upaya ini sekaligus untuk meningkatkan mutu pangan dan gizi rakyat, dengan tetap memerhatikan pola konsumsi masyarakat setempat. Selain itu, kebijakan penganekaragaman bahan pangan yang sudah berkali-kali dicanangkan itu masih dibayangi oleh keadaan sejauh mana kita dapat mewujudkan swasembada beras. Sayangnya, usaha swasembada pangan nirberas (nonberas) lain belum tertangani secara mantap dan seimbang.
Diversifikasi pangan bukan suatu usaha untuk mengubah pola konsumsi yang telah ada, melainkan justru ingin memupuk dan melestarikan menu-menu makanan di daerah serta menyempurnakan susunan hidangan yang ada dengan menganjurkan, melengkapi, dan menganekaragamkan konsumsi bahan makanan lainnya untuk menyempurnakan hidangan yang telah ada sehingga memenuhi norma gizi.
Kampanye diversifikasi pangan harus diupayakan terus. Swasembada pangan dalam arti beras akan sulit terwujud sebab berbagai faktor, misalnya teknologi produksi pangan sudah mencapai ttik puncak, lahan persawahan yang tersedia diubah fungsi sehingga makin sempit, keinginan mengkonsumsi beras semakin tinggi, dan jumlah penduduk semakin besar walaupun program KB tetap mampu menekan laju pertumbuhan penduduk.
Salah satu tantangan adalah cap sebagian masyarakat, jika sudah mengurangi atau tidak memakan nasi orang itu miskin. Cap yang melambangkan kemiskinan jika tanpa nasi itu harus cepat dihapus. Selain itu, orang berkecukupan hendaklah contoh agar dibiasakan makan nirberas. Untuk itu dalam tiap resepsi resmi sudah waktunya disajikan makanan yang terbuat dari bahan nirberas. Begitu pula terhadap anak-anak, misalnya, jika sarapan tidaklah harus nasi, dapat juga ditukar dengan roti, jagung, bubur menado, mi, ketela atau kue yang lain yang nirberas.
Golongan masyarakat yang belum beras mainded akan lebih gampang menyesuaikan selera dibandingkan dengan para orang tua zaman sekarang. Selain itu, berbagai upaya tersebut akan lancar terlaksana jika melibatkan organisais kesehatan, PKK, dan perguruan tinggi. Jika sikap malu memakan ubi, singkong, mi, dan gandum sudah terbiasa, diversifikasi pangan sudah tidak menjadi masalah lagi.
Ada sementara orang berpendapat, kalau tidak makan nasi, tubuhnya akan kurang sehat dan lemah. Padahal, ia baru saja menghabiskan makanan yang berasal dari jagung, ubi jalar, kacang-kacangan, dan pecal. Anggapan begini tidak benar sebab apa yang dimakannya sudah memenuhi standar gizi secara sehat tanpa makan nasi sekalipun. Oleh sebab itu, kalau ada orang tidak makan nasi tetapi telah melahap makanan yang berupa talas, kentang, pisang, dan terigu ditambah dengan lauk-pauk yang lumayan, hal ini sama dengan makan nasi lauk nilainya.
Jika stok beras sudah mulai ”ambles”, kita jangan terlampau terpaku padanya. Masih banyak aneka makanan pokok yang lain daripada nasi dan bahannya sudah ada di negara kita. Andaikata yang terbiasa melahap beras cianjur atau rejo lele yang terkenal pulen, tiba-tiba jenis beras itu menghilang di pasaran, rasanya langit akan runtuh. Hal ini merupakan suatu sikap yang tidak tepat. Hal yang lebih tidak tepat lagi, kebiasaan orang kita; sudah sarapan roti atau kentang, jika tidak melahap nasi, rasanya belum makan!
Adakah Tayangan Sehat untuk Anak?
Budaya Mundur Kian Kendur
Nilai Kepahlawanan untuk Anak
Arah Gula Nasional, dari Raja Gula, Swasembada dan Impor
Transformasi Pertanian Subsisten Menuju Kapitalisasi Industri Pertanian Mandiri