Jokowi dan Prabowo Beli Blangkon (Udheng) Madura

Keduanya pun menggunakan udeng blangkon yang baru saja dibelinya pada acara peresmian Bandar Udara Trunojoyo di Kabupaten Sumenep.

21 April 2022, 12:30 WIB

Nusantarapedia.net, Jawa Timur — Dalam rangkaian kunjungan kerja Presiden ke Jawa Timur dan peresmian Bandara Trunojoyo Madura di Sumenep, Rabu (20/04/2022), Presiden bersama Menteri Pertahanan menyempatkan untuk membeli blangkon.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, menyambut kedatangan Presiden Jokowi saat tiba di Bandara Trunojoyo.

“Sedangkan Trunojoyo dihakimi oleh Amangkurat di Kediri, dengan menusukkan keris ke tubuhnya.”

Trunojoyo, adalah Panembahan Maduretna Panatagama. Seorang bangsawan dari Madura yang dikenal memimpin Pemberontakan Trunajaya terhadap pemerintahan Kesultanan Mataram di Jawa pada saat pemerintahan Amangkurat Agung di Keraton Pleret

Presiden meninjau panel dan menerima penjelasan dari Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Setelahnya, Presiden menuju stan kerajinan lokal khas Madura yang berada di ruang tunggu bandar udara tersebut dan membeli dua kain batik dan satu udeng blangkon.

“Berapa blangkonnya? tanya Presiden Jokowi ke penjaga stan. “75 ribu, Bapak,” jawab penjaga stan, dikutip dari BPMI Setpres.

“Langsung saya pakai saja,” ujar Presiden yang kemudian membuat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto juga membeli udeng blangkon yang sama.

Keduanya pun menggunakan udeng blangkon yang baru saja dibelinya pada acara peresmian Bandar Udara Trunojoyo di Kabupaten Sumenep.

Menurut Arif Wahyudi, penjaga stan kerajinan lokal tersebut mengatakan bahwa blangkon yang dibeli Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo merupakan blangkon khas raja-raja Madura.

Sejarah Singkat Trunojoyo

Raden Trunajaya, lahir tahun 1649 meninggal di Kediri, 2 Januari 1680. Trunajaya juga dieja Trunojoyo menyatakan dirinya sebagai Panembahan Maduretna Panatagama. Adalah seorang bangsawan dari Madura yang dikenal memimpin Pemberontakan Trunajaya terhadap pemerintahan Kesultanan Mataram di Jawa pada saat pemerintahan Amangkurat Agung di Keraton Pleret (Bantul, Yogyakarta).

Dampak dari pemberontakan Trunojoyo di istana Pleret, mengharuskan istana Mataram pindah ke Kartasura (Sukoharjo/Solo), dan memaksa Amangkurat II penerus Amangkurat Agung melakukan kompromi dengan VOC untuk menumpas pemberontakan Trunojoyo.

Sebelum Trunojoyo dihukum mati oleh Amangkurat II, masih berlangsung ketegangan yang cukup lama. Perang antara Trunojoyo yang bermarkas di Kediri dengan gabungan pasukan Kartosuro dan VOC menyerang Kediri.

Perselisihan antara Trunojoyo dengan Karaeng Galesong (sekutu saat penyerangan Amangkurat I), dapat diredam dengan jalur menikahkan kedua anak-anaknya.

Karaeng Galesong sebagai faksi politik yang berdiri sendiri terus bertempur dengan siapa saja termasuk VOC. Cukup merepotkan kompeni hingga akhirnya ada kesepakatan berdamai namun akhirnya deadlock.

Pertempuran terus berlangsung, Trunojoyo terdesak lari ke timur, sedangkan markas di Kediri dapat direbut. Markas tersebut berisi benda berharga milik Mataram dan pataka dari Majapahit hasil penjarahan di keraton Pleret, kemudian diberikan kembali VOC kepada Amangkurat II.

Perang belum berakhir dan menjadikan banyak poros dan afiliasi politik. Poros tersebut diantaranya: (1) Karaeng Galesong (Makasar-Madura ) vs VOC (Amangkurat-Arru Pallaka Bone dan faksi politik Ambon). (2) Trunojoyo (Karaeng Galesong-Makasar-Madura) vs Amangkurat (VOC-Sekutu-Arru Pallaka Bone dan Ambon).

Perang ini menggunakan medan pertempuran dihampir seluruh wilayah Jawa Timur. Hasilnya, semua dapat ditumpas oleh VOC dan sekutunya, pasukan Bugis Makassar pendatang bersama Karaeng Galesong keturunan pribumi dipulangkan ke daerahnya dan sebagian tetap tinggal di Jawa.

Sedangkan Trunojoyo dihakimi oleh Amangkurat di Kediri, dengan menusukkan keris ke tubuhnya. (dikutip dari NPJ, Mataram Kartasura, Lahir dan Tumbuh dengan Pecah Belah (1) B Ari Koeswanto ASM, 8 Maret 2022.) (jek)

Trunojoyo Diresmikan, Nama Bandara di Madura
Jokowi: Bangun 1.900 Km Tol, Mulyani: Sampai 2014 Hanya 780 Km
Konstruksi Masa Depan Dalam Fakta Sumber Daya, Kekinian, Arah dan Harapan (1)
Mataram Kartasura, Lahir dan Tumbuh dengan Pecah Belah (1)

Terkait

Terkini