Jordi Amat dan Sandy Walsh Gagal Bela Timnas, Kini Dukungan Naturalisasi Mengalir
Nusantarapedia.net, Jakarta — Pemain sepakbola profesional, Jordi Amat dan Sandy Walsh setelah resmi gagal membela Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Asia 2023 yang berlangsung di Kuwait pada 8-14 Juni 2022 yang lalu, kini banjir dukungan untuk proses naturalisasi. Sebelumnya, kegagalan tersebut karena proses naturalisasi keduanya belum selesai.
Dukungan tersebut salah satunya datang dari Anggota Komisi X DPR RI, Ratih Megasari Singkarru. Hal tersebut disampaikan saat Rapat Kerja Komisi X DPR RI dengan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI dan Ketua Umum PSSI beserta jajaran di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Kamis (1/9/2022).
Ratih mendukung dan menyambut baik naturalisasi terhadap dua atlet sepak bola Jordi Amat Maas dan Sandy Henny Walsh. Karena memang naturalisasi terhadap kedua atlet sepak bola ini sudah sangat ditunggu oleh masyarakat, agar dapat segera bergabung dengan Tim Nasional Indonesia. Ratih juga mendorong Kementerian Pemuda dan Olahraga dan PSSI untuk melakukan pembibitan talenta para atlet, sehingga dapat mencetak atlet-atlet berprestasi.
“Kami dari Fraksi Partai Nasdem mendukung untuk terjadinya proses naturalisasi ini terhadap Mas, kita memanggilnya Mas sekarang ya, Mas Jordi Maas dengan Sandy Walsh untuk sesegera mungkin dilakukan. Tidak lain dan tidak bukan adalah tentu untuk memperkuat Timnas kita di pertandingan-pertandingan yang akan datang,” ujar Ratih, Kamis (1/9/2022), dikutip dari dpr.go.
Menurut Ratih, ia mengerti dan paham atas animo masyarakat mengenai naturalisasi terhadap kedua atlet sepak bola itu lantaran kedua talenta itu sudah malang melintang di liga-liga besar tersebut. Ia paham seperti Liga Inggris dan Liga Spanyol itu merupakan liga-liga yang sangat besar untuk persepakbolaan. Contoh lainnya juga Liga Belgia yang menghasilkan pemain-pemain kelas dunia.
“Jadi memang animo masyarakat ini, dukungan naturalisasinya sangat besar sekali. Tapi saya melihat hal ini sebagai hal yang luar biasa tanpa sedikitpun mendiskreditkan pemain Timnas kita yang ada sekarang. Pemain Timnas kita itu prestasinya juga sudah sangat luar biasa sekali dan saya percaya dan saya yakin ini pun berkat bimbingan, pantauan juga daripada saudara Kemenpora dan juga saudara Iwan (Ketum PSSI) atas prestasi yang sudah dicapai oleh Timnas-Timnas kita sekarang ini,” tutur Ratih.
Ratih juga menyatakan kebingungannya di hadapan Menpora Zainudin Amali dan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan.
“Kadang masih suka bertanya-tanya gitu, dalam hati, kenapa kita sampai dengan sekarang belum bisa mencetak talenta yang bisa bersaing dengan pemain pro di level 3 tertinggi secara konsisten, di tiap line up tim. Kayak misalkan sebagai kiper, bek, striker dan lain sebagainya secara merata, saya belum melihat kita sedang menuju ke arah sana. Saya enggak tahu kenapanya,” kata Ratih.
Tambahnya, sistem yang bergulir di persepakbolaan nasional indonesia dari pembibitan, academy, liga junior, tingkatan divisi hingga liga utama sepertinya belum mampu, ataupun belum dapat menopang dan mendukung perkembangan talenta yang dapat mengantarkan prestasi Timnas. Ratih merasa mungkin memang inti dari melahirkan talenta berkualitas adalah di pembibitannya.
“Dan saya juga sering sekali berpikir masa sih kita 270 juta masyarakat Indonesia yang di mana di dalamnya itu ada range anak-anak kita umur 5 sampai 18 tahun yang di mana itu sebenarnya sangat bisa sekali untuk kita lakukan pendidikan, masa kita belum bisa menemukan bibit-bibit yang bisa memperkuat Timnas kita juga. itu Jadi mungkin pesan saya itu adalah hal tersebut yang di mana menurut saya ini mungkin menjadi PR yang sangat luar biasa besar untuk jajarannya saudara Menteri dan juga saudara Iwan sebagai Ketum PSSI agar bonus demografi kita ini bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin,” pinta Ratih.
Terlebih sesuai dengan arahan Presiden dan juga banyaknya atlet berprestasi di Indonesia, maka perlu adanya pengembangan untuk meningkatkan talenta para atlet di Indonesia.
“Apalagi sekarang, event-event besar keolahragaan sudah sangat banyak kita ikuti dan kita mencetak prestasi yang luar biasa sekali. Jadi menurut saya pembibitan start point dari umur 5 sampai 18 tahun itu sangat perlu dan penting sekali,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Jordi Amat adalah pemain sepak bola asal Spanyol kelahiran Canet de Mar., 21 Maret 1992. Darah Indonesia didapatkan dari neneknya, ia berasal dari Makassar. Neneknya adalah keturunan dari Kerajaan Siau, Manalang Doelag Kansil.
Pada 1 Juli 2022, Amat Jordi mendapat gelar kebangsawanan Pangeran dari Dewan Kerajaan Kesultanan Adat Nusantara.
Jordi Amat memulai karir sepakbolanya dengan bergabung pada U16 Tim Nasional Spanyol pada 2008, Jordi juga tampil pada laga Espanyol Divisi B.
Sementara itu, profil Sandy Walsh yang dilahirkan 14 Maret 1995 di Brussels Belgia, adalah seorang pemain sepak bola profesional yang masih punya keturunan dari Indonesia. Ayahnya keturunan Irlandia, sementara ibunya dilahirkan dari orang tua keturunan Belanda-Indonesia.
Sandy Walsh bermain sebagai bek kanan untuk klub Jupiler Pro League, KV Mechelen di Liga Profesional Belgia dan saat ini pemain tim nasional Indonesia. (SWidodo)
Sumber: parlementaria.dpr
Pencak Silat, Tradisi Pendekar Atraksi Seni hingga Cabang Olahraga
Dua Pelatih Muda Berbakat Kabupaten Tolitoli
32 Daftar Timnas Piala Dunia 2022 Qatar, Grup E dan H Bagai Neraka
Desa Pancuranmas Dicanangkan Sebagai Kampung Bola dan Kampung Pancasila
Menuju Indonesia Maju dengan Merubah Kultur