Jualan Tahu Gejrot Beromzet Jutaan
Tempat pabrik tahu beroperasi dan munculnya budaya kuliner tahu tersebut, saat ini secara administrasi masuk ke dalam wilayah Desa Jatiseeng, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Nusantarapedia.net, Jurnal | Puspawarna — Jualan Tahu Gejrot Beromzet Jutaan
“Tahu Gejrot sebenarnya tidak termasuk dalam kategori makanan inti (main course), lebih pada kategori makanan untuk pembuka atau penutup (appetizer dan dessert). Dapat dinikmati sewaktu-waktu, di luar makanan inti (makan) yang diperlukan waktu khusus dengan teratur.”
Tahu Gejrot namanya, adalah kuliner tradisional yang berasal dari Cirebon. Makanan khas dari Cirebon ini berbahan dasar tahu.
Tahu Gejrot terbuat dari tahu dan bumbu lainnya. Tahu yang sudah digoreng dipotong agak kecil lalu dihidangkan dengan kuah berbumbu cabai, bawang putih, bawang merah, gula atau kecap.
Dahulu tahu gejrot disajikan dalam layah kecil yang terbuat dari batu atau gerabah seukuran piring. Namun kini umum disajikan dengan piring kaca. Cara memakannya juga unik, yakni dengan satu lidi kecil kemudian ditusuk pada bagian tahu yang telah dipotong-potong. Meski kini sudah menggunakan sendok.
Saat ini tahu gejrot telah dijajakan di kota-kota besar Indonesia. Tahu Gejrot sudah familiar bagi masyarakat Indonesia sebagai jajanan.
Tahu Gejrot sebenarnya tidak termasuk dalam kategori makanan inti (main course), lebih pada kategori makanan untuk pembuka atau penutup (appetizer dan dessert). Dapat dinikmati sewaktu-waktu, di luar makanan inti (makan) yang diperlukan waktu khusus dengan teratur.
Dikutip dari ayocirebon.com, sejarah tahu gejrot muncul tidak terlepas dari keberadaan pabrik tahu milik keturunan Tiongha di Jatiseeng, Cirebon.
Banyaknya industri tahu milik pengusaha Tionghoa, mendorong masyarakat sekitar bekerja di industri tahu. Juga karena situasi ekonomi dan politik yang tidak stabil pada tahun 1940 – 1950-an, menjadikan tahu sebagai mata pencaharian bekerja sekaligus terciptanya budaya kuliner tahu. Lambat laun muncul kuliner baru dengan sebutan Tahu Gejrot.
Tempat pabrik tahu beroperasi dan munculnya budaya kuliner tahu tersebut, saat ini secara administrasi masuk ke dalam wilayah Desa Jatiseeng, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Di Pemalang, Jawa Tengah, tepatnya depan super market di Alun-alun kota, ada pedagang tahu gejrot yang seharinya bisa menghabiskan ribuan biji tahu-tahu kecil coklat (kekuningan), sebagai bahan makanan super pedas ini. Ribuan tahu tersebut di kemas dalam wadah puluhan basket, yang mana satu basket atau keranjangannya berisi 400-an tahu.
Pardi (40), pedagang tahu gejrot yang berasal dari Kersana, Kabupaten Brebes ini sudah berdagang kuliner tahu gejrot selama 15 tahun. Dari mulai merintis dengan omzet kecil hingga sekarang bisa mendapatkan omzet dua juta dalam sehari.
Mulai membuka lapak dagangannya di sebelah Timur Pos Polisi Alun-alun Pemalang, dari jam 11 siang hingga malam. Terkadang masih sore pun dagangannya sudah ludes diserbu para pelanggannya.
Pada awal Pardi mulai berdagang, untuk satu porsi tahu gejrot seharga 3 ribu, hingga sekarang untuk satu porsi tahu gejrot dihargai 12 ribu.
Menurut Pardi, bersamaan dengan kenaikan harga minyak goreng, bumbu dan sayur mayur yang terus merangkak naik harganya, seperti bawang putih, bawang merah, tomat, dan terutama cabai sebagai bumbu utamanya. Dirinya terpaksa menaikan harga untuk satu porsi penuh tahu gejrotnya seharga 12 ribu, yang sebelumnya dijual 10 ribu.
“Alhamdulillah mas, para pelanggan sudah tahu jika harga cabai sebagai bahan utama sambal tahu gejrot naik harganya. Mereka tidak protes,” ujar Pardi sambil tangannya terus mengulek sambal di lemper.
Citra, salah seorang pelanggannya mengatakan, jika tahu gejrot di sini berbeda dengan di tempat lain. Rasa pedasnya cabai asli, namun tidak terlalu lama pedas di mulut, juga untuk sambelnya Pak Pardi tidak sungkan memberi bumbu dan sambelnya lebih.
” ‘Brak Bruk‘ kalau melayani pembeli dengan memberikan banyak sambal kepada pembeli,” kata Citra.
Dalam masa pandemi kemarin, Pardi tetap berdagang seperti biasa, bahkan ketika harga pokok semuanya naik, tidak terlalu mempengaruhi omzetnya, masih tetap sama bahkan cenderung naik dengan jumlah di antara dua juta rupiah dalam sehari. (Ragil74)
Warung Mbok Suriyah, Jajanan Umbi-umbian
Jalan Daendels Pantura, Jadikan Jawa Sebagai Kota Terpanjang Dunia
Perayaan Ultah Ratu Belanda ke-68 di Pemalang
Pengukuhan Nasi Liwet sebagai Ikon Kota Solo Berlangsung Sukses dan Meriah
Resep Rempeyek dan Sejarahnya
Menuju Indonesia Maju dengan Merubah Kultur