Kak Johnny Plate, Lihat Kami Di Sini
Sekelompok siswa dan guru tersebut berasal dari SDK Watuapi, Desa Totomala, Kecamatan Wolowae. Tujuan mereka di puncak bukit Nangateke yakni untuk mencari koneksi internet guna simulasi Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK)
Nusantarapedia.net, Nagekeo, NTT — Di era digitalisasi saat ini, jaringan internet telah dikategorikan ke dalam skema kebutuhan pokok/primer, sehingga akan menjadi persoalan vital jika di sebuah wilayah dengan tingkat populasi penggunaan teknologi berbasiskan koneksi internet begitu tinggi namun tidak sejalan dengan sarana pendukung.
Pemerintah perlu melakukan pemerataan pembangunan atau peningkatan sarana koneksi penghubung ke penjuru dunia tersebut, terutama di pelosok-pelosok kategori daerah tertinggal. Sehingga, Sumber Daya Manusia (SDM) di pelosok daerah tertinggal dapat bersaing dan mampu mensejajarkan diri bersama masyarakat modern pada umumnya yang mana semua kebutuhan sarana telah terpenuhi.
Sebut saja 5 desa di Kecamatan Wolowae Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terbilang tertinggal di bidang jaringan internet komunikasi dan informatika, yakni, Desa Tendakinde, Desa Tendatoto, Desa Anakoli, Desa Totomala dan Desa Natatoto.
Khusus anak-anak yang sedang mengenyam pendidikan dasar dan menengah di lima desa ini, mereka harus rela ke kota atau ke tempat-tempat yang memiliki koneksi internet memadai hanya untuk mengerjakan tugas sekolah atau mencari referensi mata pelajaran yang diberikan oleh guru mereka.
Sama hal yang didapati nusantarapedia.net pada tanggal 28 September 2022 kemarin, dimana ada sekelompok siswa sekolah dasar bersama kepala sekolah dan guru pembimbing tengah berada di puncak bukit Nangateke di wilayah Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa.
Sekelompok siswa dan guru tersebut berasal dari SDK Watuapi, Desa Totomala, Kecamatan Wolowae. Tujuan mereka di puncak bukit Nangateke yakni untuk mencari koneksi internet guna simulasi Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).
“Kami ke sini (puncak bukit Nangateke red-) dalam rangka persiapan ANBK jadi ada simulasi, jadi kami yang di tempat jaringan tidak bagus, ya, terpaksa cari tempat di mana jaringan yang agak bagus agar kami bisa latih anak-anak simulasi dengan soal-soal yang ada ini, sehingga ANBK nanti anak-anak sudah terbiasa dengan soal-soal,” kata Yohana Emerensiana Nona, Kepala SDK Watuapi.
Wanita paruh baya yang akrab dipanggil Yohana ini mengaku, bukan hanya mengajarkan simulasi ANBK kepada siswanya, malam hari sekalipun para guru di SD tersebut harus ke puncak bukit Nangateke jika ada hal mendesak berkaitan dengan urusan sekolah seperti webinar ataupun menyiapkan soal ujian untuk siswa.
“Jika ada hal mendesak berkaitan dengan urusan sekolah, seperti webinar, menyiapkan soal ujian untuk siswa, malam hari sekalipun kami harus ke tempat ini, karena hanya di tempat ini yang ada koneksi internetnya,” ungkapnya.
Disamping itu Yohana berharap, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat secara khusus agar segera memperhatikan terkait keluhan jaringan internet di wilayahnya.
“Kami harap pemerintah bisa perhatikan kami secara khusus perhatikan jaringan internet di wilayah kami,” ucap Yohana.
Sementara itu, diberitakan sebelumnya oleh NPJ dengan judul “Jaringan Internet di Wolowae Masih Menjadi Soal” baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, hingga saat ini belum menampakan atensi menyikapi keluh-kesah tersebut. (MYasin)
Jaringan Internet di Wolowae Masih Menjadi Soal
Progres Pembangunan Waduk Mbay/Lambo Capai 4,04% dari Target Rencana 5,71%
Melepas Lelah di Puncak Bukit Nangateke (1)
Garap Perdana Pola Kemitraan Program Tanam Jagung Panen Sapi
Ri’i Ta’a Surga Tersembunyi di Utara Nagekeo