Kak Seto, Aku di Sini!
Tatapan matanya layu, tertutup masker campur malu. Mbakyu itu nampaknya terpaksa mengamen demi satu sachet susu, untuk buah hatinya yang menangis lirih sendu.
Nusantarapedia.net, Galeri | Potret Sosial — Kak Seto, Aku Di Sini!
PERNYATAAN Seto Mulyadi, Ketua LPAI (Lembaga Perlindungan Anak Indonesia), atau yang lebih akrab dipanggil “Kak Seto” berkaitan dengan perlindungan/pendampingan anak yang diberikan kepada anak-anak mantan Kadiv Propam Irjen Ferdi Sambo dan Putri Candrawati, banyak menuai kontra di kalangan publik.
Diantaranya menyatakan akan melindungi secara pisik dan psikis, pada anak-anak mantan jendral yang tersangkut kasus pembunuhan terhadap ajudannya Brigadir J.
Sederet tokoh memberikan penilaian bahwa Kak Seto tidak adil dalam menangani ketimpangan sosial yang dihadapi anak-anak yang bernasib malang di banyak tempat di Indonesia, dan lebih pilih kasih ke anak Ferdy Sambo (FS).
Statement Seto Mulyadi yang mengajukan ke pihak kepolisian agar Putri Candrawati (PC) tidak ditahan berkaitan kasus yang menderanya sebagai tersangka bersama suaminya (FS) dalam kasus yang sama, dengan alasan masih punya balita 1,5 tahun. Hal tersebut sungguh dinilai banyak pihak tidak selaras dengan fakta di lapangan, bahwa masih banyak juga balita yang terpaksa dalam tumbuh kembangnya berada di lingkungan atau tempat yang tidak semestinya, yaitu di Rumah Tahanan, mengikuti Ibunya yang menjalani masa tahanan hukuman.
Lalu dimanakah gerangan Seto Mulyadi? Ketika ribuan anak-anak jalanan kepanasan dan kehujanan, berjejer di sepanjang lampu merah. Di setiap kota yang ada di Indonesia, mereka meneriakan lagu-lagu “balada kehidupan,” hanya demi kepingan uang recehan, hanya demi perutnya terisi makanan, atau demi bisa membeli kebutuhan sekolah.
Namun demikian, apapun kasus dan masalah yang dihadapi orang tuanya, anak tetap harus diselamatkan, karena menyangkut sisi kemanusiaan. Kak Seto tidak salah, akan melindungi anak-anak Ferdy Sambo, bila berpotensi terjadi perundungan. Akan tetapi, Kak Seto datang pada situasi dan kondisi yang tidak tepat, mengingat FS Dan PC adalah keluarga besar yang tentunya ada solusi mengenai potensi itu. Situasi dan kondisinya jelas kontradiktif dengan anak-anak kelas akar rumput yang tidak memiliki banyak sumber daya dari banyak segi.
Pada sabtu siang yang panas, beterbangan debu menerpa, di sebuah jalan di Pemalang (3/9/2022). Seorang Ibu muda, menggendong rapat anak balitanya, sementara di sebelah bahunya yang satu menggendong alat audio musik untuk karaoke yang terlihat telah usang.
Si Ibu berjalan pelan, mendekati sebuah warung makan untuk menjual suaranya yang serak, berharap ada yang kasihan, nyawer suaranya yang cempreng dengan uang recehan dua ribuan.
Tatapan matanya layu, tertutup masker campur malu. Mbakyu itu nampaknya terpaksa mengamen demi satu sachet susu, untuk buah hatinya yang menangis lirih sendu.
Duh, muramnya potret negeriku!!!
Buyung, Pengemis Berkaki Buntung
Hitam Legam Sehitam Arang
“Wong Urip,” Wong Urip! Wong Urip!
IPM dalam Hak Hidup, Amanat Konstitusi dan Distribusi Keadilan
Wow! Underground Mining 600 Km, Hampir Setara Jakarta-Surabaya, Apakah Itu?