Kampung Adat Wologai Berusia 800 Tahun

Datanglah saat yang dinantikan penuh kegembiraan dan kebersamaan. Mereka menari bersama di atas pelataran mengelilingi Tubu Kanga. Rangkaian puncak ritual ini dinamakan ritual Gawi

9 Oktober 2022, 23:26 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Tourism — Kampung Adat Wologai Berusia 800 Tahun

“Sementara untuk bahan dasar konstruksi bangunan, Rumah Adat Wologai semua menggunakan kayu, yang mana masing-masing rumah adat ini diletakkan di atas 16 batu ceper yang disusun tegak untuk dijadikan tiang dasar penopang bangunan.”

BERBICARA destinasi wisata di pulau Flores seakan tak ada habisnya. Bagaimana tidak, setiap wisatawan baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara ketika menjejaki destinasi wisata yang ada di Pulau Flores banyak para wisatawan tersebut sangat terkesan. Mereka selalu menceritakan kesan yang mendalam melalui tulisan. Kesan akan budaya di pulau Flores.

Tak terkecuali, di samping menuliskan eksotisme pulau Nusa Tenggara Timur, pasti akan mengulik bagaimana kebudayaan di pulau tersebut tumbuh. Mulai dari hal adat istiadat, sistem norma, pertanian, bahasa, seni, sistem kepercayaan, dsb. Tentu bagaimana rumah-rumah adat dibangun, seperti apa gaya arsitekturnya, fungsinya, hingga makna simboliknya. Berbicara soal rumah adat, kita akan dibawa pada pengetahuan sejarah kampung adat dalam kesatuan sistem sosial. Dan, di pulau Flores mempunyai itu.

Seperti halnya destinasi wisata budaya Kampung Adat Wologai di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kampung adat yang terletak di ketinggian sekitar 1.045 mdpl ini, merupakan satu dari sekian puluh kampung adat di daratan pulau Flores yang masih utuh hingga saat ini. Dan untuk usia, Kampung Adat Wologai diperkirakan berusia kurang lebih 800 tahun.

Secara geografis, Wologai terletak kurang lebih 39 kilometer sebelah timur kota Ende, tepatnya berada di Kecamatan Detusoko. Untuk ke destinasi wisata budaya ini, wisatawan bisa menggunakan kendaraan pribadi ataupun kendaraan rental (sewa pakai).

Setelah berada di Kampung Adat Wologai, di bagian depan sebelah kanan pintu masuk kampung, terdapat sebuah pohon beringin yang dipercayai masyarakat adat di wilayah itu adalah pohon yang ditanam oleh leluhur mereka, yang konon katanya juga berumur setara dengan waktu pendirian kampung adat tersebut.

Untuk sisi keunikan arsitektur bangunan itu sendiri, rumah adat Wologai pada atapnya berbentuk kerucut dengan jumlah bangunan kurang lebih 16 buah, yang mana posisi 16 bangunan itu membentuk formasi lingkaran mengitari Tubu Kanga (sebuah pelataran yang paling tinggi yang biasa dipakai sebagai tempat digelarnya ritual adat).

Demikian juga dengan batu ceper yang terdapat di tengah lingkaran rumah adat. Menurut masyarakat adat setempat, batu ceper di tengah lingkaran rumah adat tersebut digunakan untuk meletakkan persembahan bagi leluhur dan sang pencipta.

Sementara untuk bahan dasar konstruksi bangunan, Rumah Adat Wologai semua menggunakan kayu, yang mana masing-masing rumah adat ini diletakkan di atas 16 batu ceper yang disusun tegak untuk dijadikan tiang dasar penopang bangunan.

Bangunan dengan panjang sekitar 7 meter dan lebar 5 meter ini, memiliki atap berbentuk kerucut yang dibuat dari alang-alang atau ijuk. Tinggi bangunan keseluruhan mencapai 4 meter, sementara atapnya sekitar 3 meter.

Pada jaman dahulu, suku-suku yang ada sebelum menempati Rumah Adat Wologai ini hidup dengan cara nomaden. Banyak dari kumpulan suku-suku yang kemudian menetap dan membangun kampung adatnya masing-masing dengan kekhasannya sendiri-sendiri, termasuk Kampung Adat Wologai.

Terkait

Terkini