Kamu Sukses, Tapi Merasa Ada Yang Kurang? Hati-Hati Bisa Jadi Itu “Toxic Success”
Nusantarapedia.net | GAYA HIDUP — Kamu Sukses, Tapi Merasa Ada Yang Kurang? Hati-Hati Bisa Jadi Itu “Toxic Success”
Oleh : Ndarie Purwanda
– banyak orang-orang sukses yang setelah mencapai titik terpuncak mimpinya, telah memenangi berbagai kompetisi dalam perjalanan karirnya, pada akhirnya berakhir dengan pertanyaan, lalu apa setelah ini? –
“Bahwa titik puncak itu ternyata bukan akhir dari segalanya, itu hanya ilusi yang tak kan pernah menjadi nyata. Masih ada yang harus mereka kejar lagi, entah sampai kapan, hingga mereka menjadi pemenang dan terus kehausan menjadi pemenang.”
“eh, udah denger gosip artis kaya raya itu? kasihan ya, kurang apa dia? Rumahnya besar, mobilnya banyak, tanahnya di mana-mana, tapi istrinya selingkuh, anak-anaknya pada nakal gonta-ganti pacar, ada yang ketangkep narkoba pula,” ucap salah seorang ibu-ibu perumpi.
“Iya kasihan, padahal udah jungkir balik kerja, kepala buat kaki, kaki buat kepala, ujung-ujungnya malah dikhianati istri dan anak-anaknya berantakan, siapa yang nanti meneruskan kekayaannya ya? Susah ya jadi orang kaya!,” timpal salah satu dari mereka.
“Mending orang miskin kayak kita, malah lebi aman, damai, gak banyak masalah!,“ tawa riuh terdengar di sela-sela obrolan mereka.
Benarkah menjadi sukses adalah kesalahan? Kenapa sukses selalu dikaitkan dengan kesibukan? Bahwa menjadi sukses artinya harus siap menceburkan diri dalam waktu yang telah terhitung sebagai uang. Kesuksesan dianggap sebagai kemenangan dalam hidup dan diraih dengan kerja keras luar biasa, mengejar mimpi yang tak terbatas sampai pada titik terbaik kehidupan. Namun, benarkah orang sukses akan menemukan titik terbaik dalam perjalanan mereka. Jika dengan menjadi pemenang dalam semua sesi kehidupan telah mereka raih, kenapa mereka masih terus mengejar tiada henti? Apa sebenarnya yang mereka cari dan apa sebenarnya tujuan mereka hidup? Apakah memang mereka hanya ingin berkompetisi atau memang benar-benar ada tujuan yang ingin mereka gapai?
Paul Pearlsall, Ph.D., seorang psikoneuroimunologi klinis berlisensi, spesialis dalam studi penyembuhan pikiran, dalam bukunya “Toxic Success” mendefinisikan semua pertanyaan tentang kesuksesan dengan gamblang. Tidak selamanya sukses menjadi alasan kebahagiaan hidup. Faktanya banyak orang-orang sukses yang setelah mencapai titik terpuncak mimpinya, telah memenangi berbagai kompetisi dalam perjalanan karirnya, pada akhirnya berakhir dengan pertanyaan, lalu apa setelah ini?. Bahwa titik puncak itu ternyata bukan akhir dari segalanya, itu hanya ilusi yang tak kan pernah menjadi nyata. Masih ada yang harus mereka kejar lagi, entah sampai kapan, hingga mereka menjadi pemenang dan terus kehausan menjadi pemenang.
Jika anda dalam situasi demikian kemudian mengunjungi Pearlsall di klinik penyembuhan pikirannya, anda sedang tidak baik-baik saja, anda akan divonis sebagai penderita TSS (Toxic Success Syndrome). Bahwa kesuksesan yang anda raih adalah racun yang sedang anda racik untuk membunuh diri anda sendiri bahkan keluarga anda. Berapa banyak orang sukses yang pada akhirnya tidak bisa menikmati kesuksesan yang telah diperjuangkannya seumur hidup, dan mereka menghabiskan sisa umurnya membujur kaku di rumah sakit tanpa bisa menikmati kenikmatan duniawi seperti impiannya? Berapa banyak orang sukses yang pada akhirnya kehilangan istrinya, perceraian tak terelakkan, menghancurkan masa depan anak-anaknya akibat kehilangan peran dari kedua orang tuanya?