“Kasuami” Makanan Khas Orang Buton yang Diperkenalkan di Tanah Kaburea dan Nioniba

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sosbud — “Kasuami” Makanan Khas Orang Buton yang Diperkenalkan di Tanah Kaburea dan Nioniba

“Kasuami dikonsumsi dikarenakan wilayah yang ditinggali tidak bisa ditumbuhi tanaman padi sebagai bahan makanan pokok”

SETIAP daerah di Indonesia memiliki makanan khasnya tersendiri. ​Bahkan, makanan dari Indonesia ini dikenal banyak akan rempah-rempah di dalamnya, sehingga bukan tidak mungkin dunia mengenal Indonesia adalah negara dengan 1000 jenis makanan khas.

Makanan khas masyarakat Minang atau sering disebut masakan padang “rendang” misalnya. Makanan dengan bahan dasar daging sapi ini telah dikenal di kancah dunia akan kelezatannya.

Rendang dalam pengolahannya harus menggunakan rempah-rempah pilihan dan untuk proses masaknya memakan waktu hingga berjam-jam lamanya.

Selain Rendang, makanan Indonesia juga dikenal di kancah dunia, yakni Mie Aceh. Mie Aceh merupakan makanan khas masyarakat Daerah Istimewa Aceh yang berhasil menembus batas lidah para pecinta kuliner di negara barat seperti di Eropa dan Amerika.

Mie yang satu ini terkenal akan bumbu-bumbunya yang berlimpah. Sehingga para pemburu kuliner lezat tak lengkap rasanya jika tidak mencoba Mie Aceh ini.

Berbicara makanan khas daerah, di bagian timur Indonesia tepatnya di daerah Kaburea, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), ada makanan khas bernama “Kasuami” makanan tradisional dari Buton, Sulawesi.

Pulau Buton atau yang terkenal dengan “negeri seribu benteng” ini tidak hanya memiliki produksi aspal yang terkenal dan wisata alamnya yang begitu indah. Buton memiliki kuliner khas yang masih terjaga cita rasanya. Bahkan, beberapa kuliner khas Buton ini adalah bagian dari warisan nenek moyangnya sendiri, yaitu Kerajaan Buton.

Pulau Buton memiliki ciri kuliner yang khas. Kuliner dari Buton juga sebagian dari cita rasa yang dihasilkan masyarakat zaman dahulu di musim tertentu. Salah satu dari makanan khas Buton bahkan menjadi wujud syukur masyarakat akan hasil panen makanan pokoknya yang melimpah. Kebudayaan kulinernya berasal dari hasil kekayaan alamnya dari hasil budaya/kultur masyarakatnya yang tidak jauh dari potensi alam.