Kasus Mahsa Amini Mengular, Kelompok Hak Asasi Melaporkan 185 Kematian

10 Oktober 2022, 08:56 WIB

Nusantarapedia.net, Jakarta — Buntut dari tewasnya Mahsa Amini, hingga kini terus terjadi protes unjuk rasa yang kerap berujung kerusuhan. Terlebih setelah kelompok hak asasi manusia melaporkan 185 kematian, di antaranya kematian 19 anak di bawah umur akibat kerusuhan yang terjadi.

Sebelumnya, tewasnya seorang perempuan muda bernama Mahsa Amini, telah menyulut kemarahan massal di negara Iran. Mahsa Amini tewas karena dianggap oleh pemerintah Iran melanggar kebijakan hijab dan aturan berpakaian sesuai syariah. Kemudian Mahsa ditahan oleh polisi moralitas Iran hingga terjadi peristiwa pembunuhan.

Penangkapan dirinya terjadi pada 14 September 2022 yang lalu pada pukul 18.30 waktu setempat di Teheran, Iran. Mahsa ditangkap ketika sedang berjalan keluar dari stasiun kereta api Haghani bersama dengan saudara lelakinya.

Hingga kini situasi gelombang protes terus terjadi di hampir seluruh wilayah Iran, yang dimulai pada 17 September di pemakaman Mahsa Amini. Pengunjuk rasa menyerukan kejatuhan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

“Setidaknya 185 orang, termasuk sedikitnya 19 anak-anak, tewas dalam protes nasional di seluruh Iran. Jumlah pembunuhan tertinggi terjadi di provinsi Sistan dan Baluchistan dengan setengah dari jumlah yang tercatat,” kata Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Norwegia, Sabtu, (8/10/2022) dilansir dari Reuters.

Pihak berwenang telah mendikotomi bahwa para pengunjuk rasa dengan aksi protesnya sebagai musuh dari Iran, termasuk Amerika Serikat. Mereka menuduh para pengunjuk rasa sebagai pembangkang bersenjata dengan melakukan kekerasan yang dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 20 anggota pasukan keamanan.

Situasi tersebut terkorelasi dengan beredarnya video yang dibagikan di media sosial menunjukkan protes di puluhan kota di Iran pada Minggu pagi dengan ratusan siswi sekolah menengah dan mahasiswa berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa.

Kelompok hak asasi mengatakan, pihak pasukan keamanan telah menggunakan gas air mata dan dalam banyak kasus menggunakan peluru tajam. Namun pihak berwenang Iran telah membantah bahwa peluru tajam telah digunakan.

Sebuah video yang dibagikan oleh akun Twitter Mamlekate, yang memiliki lebih dari 150.000 pengikut, menunjukkan pasukan keamanan mengejar puluhan gadis sekolah di kota Bandar Abbas. Unggahan media sosial mengatakan toko-toko ditutup di beberapa kota setelah para aktivis menyerukan pemogokan massal.

Dalam video lain di akun @1500tasvir, seorang pria berteriak “jangan pukul istri saya, dia hamil,” ketika mencoba melindunginya dari polisi anti huru hara di kota Rafsanjan pada hari Sabtu.

Pihak Reuters tidak dapat memverifikasi video dan postingan tersebut, namun rincian korban telah keluar. Dan pihak berwenang telah melakukan pembatasan internet.

Terkait

Terkini