Katedral Santa Maria del Fiore, Gaya Arsitektur Gotik Akhir menuju Era Renaisans

Katedral Santa Maria del Fiore, adalah prestasi besar teknik renaisans. Kubahnya yang ikonik diselesaikan oleh arsitek Filippo Brunelleschi pada tahun 1436.

17 Juli 2022, 09:22 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Pekerjaan Umum — Katedral Santa Maria del Fiore, Gaya Arsitektur Gotik Akhir menuju Era Renaisans

“Fioravante dalam katedral tersebut menciptakan maquette (maket) atau model skala. Desainnya di pajang di dalam katedral yang belum selesai sebagai bagian dari rencana mendatang, bahkan selanjutnya menjadi master plan pembangunan katedral.”

Katedral Santa Maria del Fiore di Florence (Firenze) Italia, keistimewaannya terletak pada kubahnya yang dirancang oleh Filippo Brunelleschi. Kubah tersebut sangat fenomenal, disebut dengan kubah kolosal yang pembangunannya memakan waktu 100 tahun lebih.

Katedral ini didedikasikan untuk Santa Maria del Fiore (St. Mary of the Flower), dengan simbolisasi bunga bakung, lambang Florence.

Katedral Santa Maria del Fiore, adalah prestasi besar teknik renaisans. Kubahnya yang ikonik diselesaikan oleh arsitek Filippo Brunelleschi pada tahun 1436.

Kubah atau superdome tersebut dengan ukuran diameter 180 kaki, merupakan kubah terbesar di dunia. Merupakan kemajuan teknik arsitektur pada masa renaisans yang dibangun pada tahun 1436, namun proyek tersebut setidaknya sudah diinisiasi sejak 140 tahun yang lalu.

Sejarah awalnya, dikutip dari national.geographic, pada tahun 1296 pematung dan arsitek Arnolfo di Cambio datang untuk merancang pembangunan katedral baru di Firenze, yakni Katedral Santa Reparata yang berada di samping baptisan oktagonal kuno. Namun pada tahun 1310 Arnolfo meninggal dan proyek tersebut menjadi terhenti.

Arnolfo di Cambio memberikan sentuhan gaya arsitektur Gotik Italia, dengan menggabungkan unsur-unsur Gotik akhir dan desain Renaisans yang baru muncul.

Megaproyek pembangunan tersebut dilanjutkan pada tahun 1330-an, oleh institusi Opera del Duomo, institusi yang bertanggung jawab atas pekerjaan pembangunan. Di samping itu juga membuka donasi untuk proyek tersebut. Pada tahun-tahun tersebut Italia didominasi oleh politik Florentine.

Master builder atau capomaestro berisi sekumpulan arsitek terkemuka terlibat dalam pembangunan katedral dari masa ke masa. Pelukis utama Giotto diangkat untuk peran tersebut pada tahun 1334, dan menghasilkan pembangunan menara lonceng berdiri dengan menyandang namanya.

Selanjutnya, Italia dilanda Black Death (kematian hitam: wabah pes) melanda Florence pada 1348, menewaskan antara 45 dan 75 persen populasi, menjadikan pembangunan katedral terhenti. Periode ‘gelap’ tersebut dipimpin oleh capomaestro Francesco Talenti.

Pada tahun 1355 hanya dinding samping dan bagian dari fasad utama proyek yang hampir selesai. Kemudian Francesco Talenti memperpanjang nave utama, menambah ukuran panjang gereja menjadi 500 kaki, dan menyelesaikan menara lonceng Giotto setinggi 280 kaki.

Selanjutnya, Giovanni di Lapo Ghini menggantikan arsitek Talenti. Dia menghadapi tantangan merancang kubah yang bisa menutupi transept besar. Arsitek Italia lainnya, Neri di Fioravante, mengajukan proposal yang akan menghindari struktur eksternal seperti penopang: menggunakan cincin batu dan kayu yang tersembunyi di dalam cangkang kubah. “Rantai” ini akan berfungsi seperti cincin besi pada tong, mencegah struktur terbelah.

Fioravante mengajukan proposal tanpa tambahan Gotik, yang mana bertentangan dengan desain yang lebih konservatif yang diusulkan oleh Giovanni di Lapo. Akhirnya, pada tahun 1367 Opera del Duomo memilih ide Fioravante, tetapi dengan syarat; pilar-pilar transept akan diperbesar, mengubah diameter kubah hingga 180 kaki.

Tantangan Fioravante, dengan menyarankan kubah dengan cangkang ganda, yang mana lapisan dalam yang kuat di mana kulit kedua yang lebih terang akan diletakkan sebagai perlindungan terhadap elemen.

Pada masa ini masuknya unsur desain arsitektur Persia yang mana sedang populer dalam arsitektur Islam, dan dicoba diterapkan pertama kali di Eropa. Fioravante mengusulkan kubah segi delapan dengan delapan rusuk batu yang akan memahkotai katedral.

Fioravante dalam katedral tersebut menciptakan maquette (maket) atau model skala. Desainnya di pajang di dalam katedral yang belum selesai sebagai bagian dari rencana mendatang, bahkan selanjutnya menjadi master plan pembangunan katedral.

Setiap tahunnya, oleh institusi Opera del Duomo dan arsiteknya bersumpah di atas maquette dan di atas Alkitab, menegaskan kembali akan komitmen mereka untuk menyelesaikan kubah seperti yang ditentukan berdasarkan maket tersebut.

Desain Fioravante mendapat banyak dukungan dan menjadi acuan, tetapi apakah itu bisa/mungkin? karena mengusung tema dengan konstruksi yang sama sekali baru. Selanjutnya, pada tahun 1418, setelah dasar kubah selesai, institusi Opera del Duomo mengadakan kompetisi untuk menemukan arsitek yang akan membuat kubah menjadi kenyataan.

Akhirnya kontes pencarian arsitek dimenangkan oleh “Pippo” Filippo Brunelleschi, arsitek kelahiran Florence tahun 1377. Masa kecil Filippo Brunelleschi dihabiskan di rumah keluarga di seberang lokasi konstruksi, di mana katedral secara bertahap mulai terbentuk. Pippo tumbuh dalam bayang-bayang Santa Maria del Fiore yang belum selesai. Brunelleschi melihat maket kubah Fioravante di dalamnya, mengilhami Brunelleschi untuk mencari tahu bagaimana kubah yang begitu ambisius dapat dibangun.

Akhir Karir Filippo Brunelleschi di Katedral Santa Maria del Fiore

Filippo Brunelleschi, terkenal sebagai pandai emas dan pematung. Pada tahun 1401 Brunelleschi mengikuti kontes arsitektur untuk membuat pintu baru untuk Baptistery of San Giovanni di Florence, bangunan segi delapan yang berdiri di samping katedral. Tantangannya: Satu set pintu bahkan lebih megah daripada yang dirancang sekitar 70 tahun sebelumnya oleh Andrea Pisano. Pada kesempatan itu, Brunelleschi kalah dari Lorenzo Ghiberti.

Kemudian Brunelleschi pindah ke Roma dengan temannya Donatello. Selama 15 tahun berikutnya Brunelleschi membenamkan dirinya dalam studi arsitektur Romawi kuno, dan berhasil menggali teori-teori baru teknik sipil arsitektur, seperti menemukan kembali prinsip-prinsip perspektif linier yang telah dimulai pada periode Yunani dan Romawi kuno.

Arsitektur Sebagai Perwujudan Nilai-Nilai Islam
Masjid Al-Mahdi Bernuansa Tionghoa
Masjid Agung Keraton Surakarta
Bengawan Solo, Melintas Area dan Lini Masa (1)
Portofolio RDEA Rupa dan Estetika Arsitektur
Rupa dan Estetika Arsitektur

Terkait

Terkini