Kedatuan Bayat dalam Sejarah Geologi, Pusat Spiritual dan Inisiasi Industri, Bagian Metroplex Kuno (4)
Kembali pada toponimi nama Gunung "Bang" di Bayat, bahwa kata Bang yang dimaksudkan berasal dari kata Lemah Abang. Lemah Abang adalah sebutan dari Syeikh Siti Jenar.

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sejarah — Kedatuan Bayat dalam Sejarah Geologi, Pusat Spiritual dan Inisiasi Industri, Bagian Metroplex Kuno
“Namun, pemahaman mengenai faksi religius di Bayat perlu dimengerti. Eksklusifitas yang dimaksud bukan saja Islam dalam Islam, namun sudah ada faksi religius sejak era Medang Mataram.”
Hubungan Kedatuan Bayat dengan Kerajaan dalam Eksklusivitas Faksi Religius
Adalah, Joko Tingkir. Meminta legitimasi kerajaannya sebagai Prabu Hadiwijaya pada Sunan Mrapen di Giri Kedaton dan Bayat, juga masa Mataraman disangga oleh kekuatan spiritual Bayat. Lantas apakah majelis dakwah perwalian tanpa perbedaan dalam syiar dakwahnya.
Ada nama Syekh Siti Jenar, yang mana Sunan Tembayat disebut sebagai waliyullah terakhir menggantikan posisi Syekh Siti Jenar. Kembali pada toponimi nama Gunung “Bang” di Bayat, bahwa kata Bang yang dimaksudkan berasal dari kata Lemah Abang. Lemah Abang adalah sebutan dari Syeikh Siti Jenar.
Berarti ada genealoginya, bahwa Sunan Tembayat lebih dekat dengan madzhab dakwah ala Syekh Siti Jenar. Hal ini bisa dihubungkan dengan kedekatan trah Hadiwijoyo di Pengging, Padjang dan Bayat. Maka, penataan atas Padjang, Bayat berperan besar.


Flashback pada peristiwa dihukum mati ayahanda Joko Tingkir oleh Sunan Ngudung di Pengging, hingga lahir dan muncul spekulasi berkembangnya ajaran Syekh Siti Jenar dalam ajaran “Manunggaling Kawula Kelawan Gusti, Soerja Padjang Mataram Binangoen,” atau ajaran “Wahdatul Wujud.”
Spekulasinya bahwa, Syeikh Siti Jenar masih menggunakan pola dakwah rasa Majapahitan, ditambah lagi garis ibu Joko Tingkir dari keturunan Bhre Kertabumi, yang seperti ada rasa balas dendam.
Bila merunut dari spekulasi itu benar saja, bahwa Bayat adalah bagian faksi religius ditubuh Islam sendiri, meski secara umum Bayat sebagai faksi tersendiri dalam hal spiritual.
Sunan Tembayat, dengan cara dakwahnya sendiri ala Syekh Siti Jenar, mempunyai murid yang kesemuanya menjadi bagian syiar dakwah yang berada di sisi selatan. Kyai Balakan di Sukoharjo, Kyai Banyubiru di Majasto, dan masih banyak lagi yang berporos pada Susuhunan Tembayat dengan pola dakwah yang berbeda dengan penataan jalur waliyullah yang lain.
Namun, pemahaman mengenai faksi religius di Bayat perlu dimengerti. Eksklusifitas yang dimaksud bukan saja Islam dalam Islam, namun sudah ada faksi religius sejak era Medang Mataram.
Bayat yang asli Jawa, menghasilkan aneka aliran yang melebur dalam Hindu Budha, menolak Hindu Budha, dan yang kekeh dengan ajaran Jawanya, juga perlakuan yang sama pada kefahaman Islam.
Dengan semangat yang tidak nurut-nurut pada kekuasaan, akhirnya justru Bayat diposisikan sebagai poros spiritual yang diberikan otonomi khusus. Para Raja pun enggan untuk melakukan intervensi yang masif, justru digunakan sebagai pusat restu legitimasi. Bayat adalah Giri Kedatonnya Mataraman.

Bayat Inisiasi Industri
Kita miskin literasi sejarah, banyak catatan yang menyederhanakan kesimpulan bahwa Gerabah Melikan Wedi di Bayat Raya hanya dihubungkan dengan masa Sunan Pandanaran.
Kita melihat dunia secara utuh. Ketika peradaban manusia sudah berkembang dan menyadari akan potensi ancaman dan gangguan, terutama menghadapi masa paceklik, maka muncullah tradisi mengumpulkan bahan makanan (food gathering), dari tradisi itu mendorong manusia menciptakan alat untuk menyimpan dan mengolahnya agar menjadi pangan yang higienis dan awet. Terciptalah produk alat rumah tangga (home appliances).
Era neolitik pada 10.000 SM, sampai era paleolitik pada 25.000 SM adalah masa kelahiran Gerabah diseluruh dunia. Masuk akal tidak, bila Gerabah Melikan Wedi hasil warisan dari manusia modern awal yang telah hidup di kawasan Bayat (Gunung Sewu), setidaknya minimal pada awal Masehi.
Tidak semua peralatan rumah tangga Kerajaan Medang Mataram berasal dari material batu andesit, mestinya sangat berat, tidak praktis, hingga diganti dengan produk dari material tanah liat yaitu Gerabah, yang ringan dan fleksibel.
Lantas, mereka membeli atau mengambil dari mana, bila itu porselin jelas dari kebudayaan Cina, jika Gerabah pasti mengambil dari Bayat atau Pundong di Bantul, mungkin juga Kasongan Bantul, yang mana ketiga tempat tersebut sebagai penyedia material tanah liat terbaik di Jawa Tengah. Pengetahuan dan teknik masyarakat kuno mengenai hal itu sudah teridentifikasi.
Dengan demikian, Bayat adalah pusat produksi Gerabah untuk menyuplai kebutuhan peralatan rumah tangga Kerajaan dan masyarakat era Medang. Bahkan, Bayat berlaku sebagai Krakatau Steel nya Indonesia Era Soekarno, bidang alat rumah tangga.
Jadi, Rakai Pikatan dan kawan-kawanya cukup menunjuk Bayat sebagai rekanan dengan mengalokasikan anggaran belanja rutin (umum) pengadaan gerabah. Begitu juga untuk infrastruktur bangunan Keraton dan bangunan fungsional lainnya.
Seribu candi yang dibangun oleh Mataram, tidak semuanya bermaterikan batu andesit. Bila itu candi untuk sarana peribadatan maupun pendharman, iya, bila itu rumah, tetaplah berpondasi batu, dengan rangka kayu dan beratap daun maupun gerabah. Bukti ini bisa dijumpai di Situs Keraton Ratu Boko maupun Liyangan, juga ruang-ruang sekolah Budha di Borobudur.
Dengan demikian, Rakai Gerung, atau Rakai-Rakai yang lain cukup menunjuk Bayat untuk memproduksi bahan bangunan berupa rangka kayu dari kayu Jati. Pengetahuan akan identifikasi pemilihan jenis kayu terbaik sudah berkembang saat itu.
Bila membuat ukiran dibatu andesit saja bisa, masa membuat Soko atau tiang joglo dari kayu jati tidak bisa. Logis bukan? Tak heran, Bayat banyak pengrajin yang pandai dalam mengolah kayu Jati. Jika itu eranya Ratu Shima atau Kalingga, bahan kayu Jati cukup diambilkan didaerah utara, seperti didaerah Blora dan sekitarnya.
Bila itu Medang i Mataram, cukup diambilkan di Bayat. Kiranya argumentasi yang sederhana tetapi masuk akal.
Cerita Syafaat Sunan dan Legenda Pesugihan
Sederhana saja analisanya, seorang Adipati berasal dari keluarga bangsawan, juga dipilih sebagai bagian dari waliyullah yang mempunyai kesaktian atau karomah tertentu. Bila kaya raya, sudah sewajarnya.
Teks yang berkembang pada cerita rakyat, bila ingin kaya berdoalah di makam Sunan Pandanaran, karena beliau mempunyai karomah itu untuk urusan kehartaan. Maka, akan mendapatkan syafaatnya ketika kita dalam kesulitan ekonomi.
Selain itu juga berkembang cerita mengenai Pesugihan Sendang Kucur, bila dikabulkan, kita akan mendapatkan makhluk Tuyul untuk bekerja mencari uang. Syaratnya, datang membawa hewan Yuyu atau Kepiting kecil untuk diberikan kepada para Tuyul sebagai mainan. Jika kabul, si Tuyul akan bersedia ikut tuannya. Perlu dibuktikan dengan ritual “Visi Spiritual.”
Kesimpulan
Paparan dalam artikel ini dari part 1 sampai 4, menuju pada satu definisi, yaitu harus berani memunculkan wacana baru, teori baru dengan spekulasi-spekulasi baru. Cukuplah sudah, kita stuck pada literasi yang text book.
Pada pengetahuan yang kita lebarkan, ternyata Bayat tidak hanya sebatas wilayah administrasi berbentuk Kecamatan bagian Kabupaten Klaten. Bayat adalah sebuah Metropolitan Kompleks yang sudah berperadaban sejak 10.000 tahun sebelum masehi.
Dengan demikian, Metropolitan Komplek terdiri dari dua bagian, di Gunung dan di Laut, Agraris-Maritim, namun inti peradaban tetap bermula dari dalam.
Selesai
)*Artikel ini merupakan kerangka buku (mind set), bagi yang berminat menulis sejarah Bayat Raya secara utuh saya berikan kisi-kisinya dan bersedia bekerjasama. Tentu, diperlukan riset mendalam secara komprehensif.
Kedatuan Ki Ageng Gribig Jatinom Klaten dalam Historiografi Penyebaran Islam (1)
Apa Itu Almanak atau Penanggalan Sultan Agungan?
Episentrum Mataram dalam Sumbu Imajiner
Fatahillah dalam Diskursus Sejarah Kelahiran Kota Jakarta (1)
Kyai Raden Santri, Makam Para Aulia di Gunung Pring Magelang