Kemunduran Attitude, di Tengah Masifnya Pendidikan Karakter

Lalu, siapa yang harus bertanggungjawab ketika attitude anak-anak kita tak seperti ekspektasi? Ini kegagalan sistemik, ada pola pengasuhan keluarga, dan pendidikan formal yang menyumbang banyak terhadap pembentukan karakter

8 Mei 2022, 14:37 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Pendidikan — Kemunduran attitude, di tengah masifnya pendidikan karakter.

“Kembali kepada tujuan awal bagaimana saat komitmen antara dua orang yang disebut orang tua (parent) dibangun. Mengembalikan anak-anak ke dalam sebenar-benar ‘pelukan’ orang tua adalah cara yang paling wise daripada menyalahkan entitas lain. Anak adalah aset. Bagaimana ia bisa menjadi bagian dari peradaban yang beradab berawal bagaimana orang tua membentuknya, sebelum menyerahkannya pada entitas lain yang lebih besar bernama sekolah.”

Lagi-lagi, Babang Zinidin Zidan dirajam oleh netizen kembali. Kali ini oleh kelompok orang tua Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), cerebral palsy (CP). Ia memparodikan gerakan khusus penyandang disabilitas CP, seolah menjadikannya bahan tertawaan. Ia begitu terlihat antusias dan gembira memperagakannya. Tidak jelas dalam video, dalam rangka apa Zidan melakukan hal tersebut. Ini tentu bukan hal biasa, terlebih jelas apa yang diperagakannya adalah ciri khas gerakan anak penyintas cerebral palsy. Hal ini tentu melukai hati para orang tua anak penyandang disabilitas CP.

Memang pendidikan attitude tidak begitu komprehensif didapat di sekolah. Selebihnya, tempaan hiduplah yang menjadi guru terbaik dalam mengasah logika kognisi dan emosi.
Secara umum, arti attitude adalah sikap, perilaku atau tingkah laku seseorang dalam melakukan interaksi dengan orang lain yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap tersebut.

Pendapat lain mengatakan pengertian attitude adalah sikap pada aspek afektif yang menentukan seseorang dalam bertindak, karena adanya kemauan atau kerelaan bertindaklah yang menentukan seseorang berbuat sesuai karakter sikap yang dimilikinya.

Penekanan kata ‘afektif’ menuntut pemenuhan aspek emosional pada ranah quotion (kecerdasan). Bahwasanya attitude adalah kesiapan mental individu dalam merespon obyek atau situasi yang berarti baginya baik dengan perasaan positif maupun negatif. Zidan adalah representasi dari sekian banyaknya generasi yang gagap attitude. Dunia baru, lingkungan baru, perlakuan sosial yang baru membuatnya kalap. Merasa popular dengan banyak penggemar membuatnya lupa bahwa setiap aktivitasnya diawasi oleh masyarakat.

Zidan juga belum paham atau mungkin lupa bahwa attitude itu mengalahkan hard skill. Skill bisa diasah, tetapi attitude baik perlu waktu lama untuk bisa menjadi karakter. Seseorang dengan attitude yang baik akan lebih diterima dari pada skill yang mumpuni namun attitude nol. Siapa yang tak mengakui suara Zidan bagus? Namun, attitude yang buruk menghapus prestasi dan semua pencapaiannya selama ini.

Sekali lagi Zidan hanya representasi masyarakat muda Indonesia yang mulai kebingungan mencari format di tengah dentuman platform ngeksis bertebaran. Mereka berlomba-lomba agar konten narsistik mereka diterima dan brujung perolehan cuan. Tuntutan itu memaksa untuk dipenuhi, tidak peduli menggeser nilai-nilai, hingga melupa ada hak beraktualisasi diri yang tetap dibatasi oleh hak aktualisasi orang lain.

Mencederai perjuangan orang lain, melecehkan suatu kaum, tentu harus segera mendapat kontrol tegas. Miris sekali, di tengah gencarnya pemerintah menggalakkan pendidikan karakter, justru degradasi moral dan attitude sedang masif terjadi. ada apa? Apakah pendidikan karakter hanya sebatas teori?

Peran Pendidikan Karakter dalam Membentuk Attitude

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional terdapat dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi,

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Jelas, pembentukan watak menjadi tujuan utama dalam membangun attitude anak bangsa melalui pendidikan. Kurikulum 2013 yang sedang diberlakukan juga menitik beratkan pada pencapaian banyak karakter. Pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak. Pencapaiannya adalah anak didik mempunyai attitude yang baik dan mumpuni saat terjun bersosialisasi dalam kehidupan sosial.

Terkait

Terkini