Keraton Pajang Istana Joko Tingkir
Meski demikian, Turki tetap menganggap atau Pajang tetap menganggap sebagai bagian dari Turki Utsmani, karena tren pada waktu itu, kemana lagi porosnya kalau tidak ke Turki Utsmani, atau dalam geo-politik saat ini, kemana lagi porosnya kalau tidak ke Amerika, Rusia, atau China yang memang kaya dengan kekuatan finansialnya
19 September 2022, 22:24 WIB
Nusantarapedia.net, Jurnal | Portofolio — Keraton Pajang Istana Joko Tingkir
KERAJAAN Pajang, letak ibu kotanya berada di kota praja Pajang. Saat ini termasuk ke dalam wilayah Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Kerajaan Pajang hanya sekejap, berdiri sejak Joko Tingkir dilantik oleh Sunan Mrapen di Giri Kedathon menjadi raja di kerajaan Pajang bergelar Prabu Adiwijaya (Hadiwijaya) tahun 1568. Tahun 1587 kekuasaan Pajang sebagai kerajaan berdaulat hilang, sewaktu kekuasaan Pangeran Benowo. Tahun 1587-1591 di bawah kekuasaan kerajaan Mataram pada masa kekuasaan Gagak Baning. Dan kerajaan Pajang benar-benar runtuh tahun 1591.
Sejak kelahirannya tahun 1549 hingga kini 2022, waktu telah berjalan selama 473 tahun. Hampir 500 tahun diorama Mas Karebet atau Joko Tingkir atau Prabu Adiwijaya menghiasi sosio-kultural masyarakat Jawa, khususnya pada kebudayaan Mataraman. Keberadaannya sebagai tokoh sentral (penguasa) lebih pada romantisme sejarah yang bersifat legenda-legenda imajinasi-fiksi.
Sejak dilahirkan dan meniti karir di kemiliteran kerajaan Demak hingga puncak karir politiknya sebagai raja di Pajang, sedikit banyak berpengaruh pada perspektif Nusantara, minimal yang saat ini menjadi diskursus dalam konsep negara maritim dan agraris, karena Joko Tingkir tidak melanjutkan keberadaan istana di Demak yang berjaya dengan corak maritimnya, tetapi pilihannya mendirikan kerajaan baru di wilayah tanah kelahirannya yang berkultur agraris, di bekas wilayah Rakai Pikatan kerajaan Mataram kuno poros Kedu-Prambanan yang tersembunyi. Namun demikian, Majapahit mencatatkan bahwa Pajang adalah vassal dari Majapahit yang dipimpin oleh Bhre Pajang.
Mas Karebet keturunan dari Prabu Brawijaya V (1453-1478 M) raja Majapahit akhir, atau raja yang sebenarnya misterius sejarahnya. Mempunyai putri bernama Ratu Pembayun, menikah dengan Sri Makurung Prabu Handayaningrat Ingkang Pamungkas atau Syarief Muhammad Kebungsuan atau Ki Ageng Wuking I, dari perkawinannya dikaruniai tiga orang anak, yakni Kyai Agung Kebo Kanigoro, Kyai Agung Kebo Kenongo atau Ki Ageng Pengging, dan Raden Kebo Amiluhur.
Ki Ageng Pengging (Pengging-Boyolali) menikah dengan Nyi Ageng Pengging, kemudian berputra Mas Karebet, selanjutnya menjadi Joko Tingkir.
Pada saat kelahirannya, Ki Ageng Pengging menggelar pertunjukan wayang, dalangnya Ki Ageng Tingkir dari Tingkir (Salatiga). Beberapa tahun kemudian Ki Ageng Pengging dihukum mati oleh kerajaan Demak karena dituduh memberontak, akibatnya Nyi Ageng Pengging memikirkannya hingga jatuh sakit dan meninggal. Akhirnya, Mas Karebet di asuh oleh Nyi Ageng Tingkir, janda dari Ki Ageng Tingkir seorang dalang wayang kulit yang telah meninggal tadi. Sejak saat itu, Mas Karebet juga bernama Joko Tingkir (dari desa Tingkir).
Kematian Ki Ageng Pengging disebabkan karena menjadi pengikut Syeikh Siti Jenar, yang mana, Syeikh Siti Jenar erat dengan paham “Manunggaling Kawulo Kalawan Gusthi”, atau “Wahdatul Wujud.” Aliran ini bertentangan dengan isi ajaran Islam yang diajarkan dan disebarkan oleh para wali lainnya. Karena dianggap mengganggu stabilitas politik Islam, Ki Ageng Pengging dihukum mati oleh Sunan Kudus dengan alasan memberontak.
Syekh Siti Jenar sebenarnya juga anggota dari dewan perwalian agama Islam Demak, atau bagian dari para wali.
Periodesasi kekuasaan Kerajaan Demak : •1478–1504 : Raden Patah di Bintara •1505-1518 : Trenggana (Pati Unus) di Bintoro •1518-1521 : Pati Unus di Bintara •1521-1546 : Trenggana di Bintara •1546-1547 : Sunan Prawoto di Sukolilo Pati •1547-1554 : Arya Penangsang di Jipang.
Apabila Joko Tingkir lahir tahun 1549 dan bolak balik ke Demak atau mengabdi di Demak saat usia 20 tahun, maka didapatkan angka 1569, dan pada tahun tersebut Demak sudah runtuh, bahkan era kekuasaan Arya Penangsang di Jipang Panolan (Blora) pun sudah berakhir.
Dengan demikian, legenda Joko Tingkir mengabdi di Demak perlu di verifikasi ulang. Kemungkinan hubungan Joko Tingkir dengan Demak yang dimaksud adalah Ratu Kalinyamat di Jepara yang lahir tahun 1520, meninggal tahun 1579.
Kesimpulannya, bahwa Joko Tingkir tidak memindahkan Demak ke Pajang, tetapi mendirikan kerajaan baru di Pajang. Menjadi sangat erat dengan legenda Demak, karena membutuhkan legitimasi atas kekuasaan barunya. Yang paling realistis adalah, Joko Tingkir berhasil mendirikan kerajaan di Pajang karena kerajaan Demak pasca keruntuhan terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu; wilayah barat/Sunda dikuasai oleh kerajaan Cirebon, wilayah timur menjadi persekutuan Brang Wetan oleh Adipati Surabaya, dan wilayah tengah (Jawa bagian tengah) menjadi kerajaan Pajang.
Semasa Joko Tingkir hidup di rumah Ki Ageng Tingkir, sering pergi ke kota praja Bintoro Demak, erat hubungannya dengan cerita-cerita kesaktian Joko Tingkir. Mobilitas Joko Tingkir pergi ke Demak dengan perahu melalui sungai Bengawan Sore (Solo). Di sinilah cerita Joko Tingkir ditemani oleh 40 buaya, yang mana 40 buaya tersebut sebenarnya kumpulan para perompak yang dimobilisasi oleh Joko Tingkir.
Atas legenda tersebut, oleh dan pada era Mataram Islam, dimungkinkan era Sultan Agung, mengabadikan peristiwa tersebut melalui tembang Sigra Milir, yang sampai sekarang masih ditembangkan.
“Sigra milir kang gethek sinangga bajul, kawan dasa kang njageni, ing ngarsa miwah ing pungkur, tanapi ing kanan kering, sang gethek lampahnya alon.”
Selama di Demak, Joko Tingkir tinggal di rumah pamannya dari Nyi Ageng Tingkir, bernama Kyai Gandamustaka, yang bekerja sebagai takmir Masjid Demak berpangkat “lurah ganjur.”
Di Demak, karir Joko Tingkir melejit usai menaklukkan kerbau gila bernama Kebo Danu, padahal kemarahan Kebo Danu yang mengobrak abrik tidak terkendali hanyalah setingan Joko Tingkir sendiri. Hal tersebut yang kemudian menjadikan Joko Tingkir menjadi terkenal dan bahkan
sebagai panutan.Terkini
Regional
Pererat Persaudaraan dan Pola Hidup Sehat, Pemprov Sulsel Ajak Warga Berjalan Sehat
13 Oktober 2024, 17:28 WIB Regional
Warga Koting Kepada Paket JOSS: Tolong Perhatikan Kami, Kami Ini Seperti Orang Asing
11 Oktober 2024, 19:27 WIB Polhukam
Pastinya Prabowo Berdaulat, Politik Pencitraan hingga Mainan “Bani Sprindik” Tidak Dilakukan
11 Oktober 2024, 16:13 WIB Regional
Mantan Bupati Sikka Sebut Pilih Paket JOSS Karena Terbukti Punya Jaringan Luas
10 Oktober 2024, 06:21 WIB Regional