Kesenian Sintren, Seni Tari Mistis Lahir dari Semangat Perjuangan
Aktifitas menyanyikan sajak-sajak diketahui oleh Belanda dan akhirnya dilarang. Belanda hanya mengizinkan adanya sesuatu kegiatan yang diisi dengan pesta, wanita penghibur dan minuman keras
Nusantarapedia.net, Jurnal | Seni — Kesenian Sintren, Seni Tari Mistis Lahir dari Semangat Perjuangan
KESENIAN Sintren atau Lais, tergolong ke dalam seni pertunjukan rakyat, adalah seni tari tradisional masyarakat Jawa yang berkembang di daerah pesisir pantai utara Jawa. Sejarahnya, seni sintren berawal dari Cirebon, Jawa Barat. Kemudian tumbuh dan berkembang ke daerah Indramayu, Subang utara, Kuningan, Majalengka, Jatibarang, Tegal, Brebes, dan Pemalang.
Kesenian Sintren sarat dengan tarian beraroma mistis/magis yang bersumber dari cerita rakyat, yaitu hubungan cinta kasih antara Sulasih dengan Sulandono.
Syarat dari pertunjukan tari sintren, diperankan seorang gadis yang masih suci, dengan dibantu oleh pawang berjumlah 6 orang dengan diiringi gending khusus berupa syair-syair tembang.
Jalannya pementasan, si Gadis tersebut dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang berselebung kain. Kemudian pawang atau dalang berjalan memutari kurungan ayam sembari merapalkan mantra untuk memanggil ruh Dewi Lanjar.
Jika prosesi pemanggilan ruh Dewi Lanjar berhasil, maka ketika kurungan dibuka, sang gadis tersebut sudah terlepas dari ikatan dan berdandan cantik, lalu menari diiringi gending-gending dengan syair yang ditembangkan oleh sindhen.
Dewi Lanjar dalam budaya pesisir utara Jawa, adalah seorang Dewi penguasa laut utara yang dihormati dan dikultuskan. Pada wilayah kebudayaan Jawa bagian tengah dan pesisir pantai selatan, Dewi Lanjar sepadan dengan adanya Kanjeng Ratu Kidul atau Nyi Rara Kidul, penguasa laut selatan.