Ketika Seorang Murid Mencari Pengakuan

Sederhana saja, lakukan yang benar dan bermanfaat, cukup itu saja, tidak perlu kita minta pengakuan dari orang lain. Berjalan saja sesuai rel_nya.

1 Agustus 2022, 23:01 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Kemanusiaan — Ketika Seorang Murid Mencari Pengakuan

Tulisan berikut adalah sebuah kisah tentang seorang murid yang ingin mendapatkan pengakuan dari Sang guru. Simak kisah lengkapnya ya, Nuspedian. Semoga kita bisa mengambil ibrah/pelajaran dari kisah berikut.


Suatu hari, seorang murid menulis surat kepada gurunya yang tinggal di seberang sungai.

Isi surat tersebut sebagai berikut:

“Guru, kini saya sudah mencapai tingkat spiritual yang ‘tidak akan goyah oleh guncangan delapan angin’ kini jiwa saya sangat tenang, tegar, dan hening.”

Delapan angin yang dimaksud adalah 8 kondisi hidup, yaitu : Pujian dan Hinaan, Popularitas dan Nama buruk, Aman Sejahtera dan Bahaya, Berkah dan Musibah.

Setelah membaca, Sang guru kemudian membalasnya. Ketika surat balasan dari guru sudah tiba, sang murid dengan bangga membukanya.

Dalam surat tersebut, Sangat guru hanya menuliskan satu kata yaitu “BOHONG”.

Si murid langsung marah, sambil berguman “Guru sungguh keterlaluan, selalu berprasangka buruk, aku harus segera menemui guru. Akan kubuktikan kalau aku tidak bohong!”

Si murid segera mendayung sampan menyebrang sungai.
Setelah tiba di seberang sungai ia gegas menuju rumah gurunya.

Ketika ingin mengetuk pintu rumah, tangannya tertahan, mukanya yang merah padam berubah menjadi pucat. Seketika, kesombongannya hilang menjadi rasa malu.

Dengan kepala menunduk, ia kembali ke sampannya dan mendayung pulang.

Lha, kira-kira apa yang terjadi?

Ternyata, di pintu rumah gurunya tertempel secarik kertas yang bertuliskan :

“Katanya tidak goyah oleh goncangan delapan angin, tapi hanya karena satu kata “BOHONG” saja kamu sudah marah hingga menyeberang sungai.”

Apa pesan motivasi dari kisah di atas?

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَا لٍ فَخُوْرٍ

innalloha laa yuhibbu kulla mukhtaaling fakhuur

“Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”
(QS. Luqman 31: Ayat 18)

Kebenaran itu bukan hanya sekedar pemahaman.
Kebenaran yang hidup adalah pengalaman yang diterapkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Tanpa perlu dibarengi dengan sifat membanggakan diri.

Mau hidup tenang?

Sederhana saja, lakukan yang benar dan bermanfaat, cukup itu saja, tidak perlu kita minta pengakuan dari orang lain. Berjalan saja sesuai rel_nya.

Semoga dari kisah di atas, kita bisa mengambil hikmahnya, untuk kemudian kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Semoga bermanfaat.

Sehidup Sesurga
Mereka-reka Cerita tentang Ibu
Perginya Sahabat Tercinta
Cinta Tak Pernah Salah
Pengertian Feature dan Langkah Menulisnya (1)

Terkait

Terkini