Ki Daryanto, Butuh Waktu 10 Tahun Untuk Berani Memerankan Tokoh Ki Ageng Gribig (Spirit MANDHITÅ TINÅTÅ PAMBUKANING CÅNDRÅ)

"Bismillahirrahmanirrahim, Yaa Qowiyyu, Yaa Azizu, Qowwimna Wal Muslimin, Yaa Qowiyyu, Yaa Rozak, Warzuqna Wal Mukminin Wal Muslimin. Yaa Qowiyyu, Yaa Rozzaqu, Warzuqna Wal Mukminin Wal Muslimin"

1 September 2023, 12:24 WIB

Nusantarapedia.net | KLATEN, JATENG — Tradisi perayaan “Grebeg Saparan Yaa Qowiyyu Jatinom 2023” di Kota Jatinom-Klaten, Jawa Tengah, dibuka pada Kamis, (24/8/2023) hingga puncak perayaan tradisi “sebaran apem” pada Jumat, (1/9/2023) hari ini atau 15 Sapar 1957 Jawa.

Pelaksanaan tradisi Saparan 2023 ini secara kelembagaan di bawah naungan Kantor Kecamatan Jatinom-Klaten untuk menyelenggarakan rangkaian seremoni dan kegiatan yang diasuh oleh Plt. Camat Jatinom, Agus Sunyata. Sedangkan untuk domain prosesi ritual dilaksanakan oleh Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig (P3KAG).

Rangkaian kegiatan digelar per harinya dari sejak pembukaan, seperti; Kirab Seni Budaya, Festival Drumben, Gladen Ageng Jemparingan dan Aneka Pentas Seni, Gelar Seni Budaya XXI, Pentas Seni Gejog Lesung – Tari dan Karawitan, Kirab Gerobak Sapi dan Kenduri Seni, (24-30/08/2023).

Kemudian pada tanggal 31 Agustus mulai dibuka donatur Shodaqoh Apem, Kirab Gunungan, Kenduri Seni dan Pentas Wayang Kulit di malam “Midodaren”. Puncaknya tanggal 1 September 2023, dengan puncak acara prosesi “sebaran apem” (kue apem), selepas sholat Jumat.

Dari pantauan NPJ di kompleks makam Ki Ageng Gribig Jatinom pada malam “midodaren” sebaran apem, Jumat (1/9/2023) dini hari, pengunjung tak hanya masyarakat di Jatinom Raya-Klaten dan wilayah Solo Raya saja, namun kunjungan masyarakat dari berbagai penjuru wilayah di Tanah Air hadir di malam ‘midodaren’, bahkan dari luar negeri.

Energi di malam itu cukup terang, dengan harapan esok (nanti) selepas sholat Jumat, puncak peringatan Sebaran Apem Yaa Qowiyyu 2023 berjalan dengan tertib dan lancar. Seperti harapan dari Mohammad Daryanto (Ki Daryanto) selaku sesepuh dan narasumber di makam Ki Ageng Gribig Jatinom.

Mohammad Daryanto, S.Pd. atau disapa Ki Daryanto adalah Sekretaris Umum di Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig Jatinom (P3KAG). Mohammad Daryanto yang dituakan di P3KAG, sekaligus sebagai narasumber ihwal keberadaan makam Ki Ageng Gribig.

Di malam midodaren ini, awak NPJ berkesempatan wawancara dengan Ki Daryanto di sela-sela kesibukannya, di kompleks makam Ki Ageng Gribig Jatinom.

Saat awak NPJ menyebutkan dirinya sebagai juru kunci makam, Ki Daryanto tidak mau disebut dengan julukan juru kunci.

“Mohon maaf, menjadi juru kunci itu berat. Saya narasumber saja ihwal Mbah Gribig. Bolehlah, saya dituakan di sini (ngesuhi), tetapi bukan juru kunci,” tandas Ki Daryanto mengawali perbincangan.

Menurut Daryanto, bagi setiap tamu yang berziarah ke Mbah Gribig dari manapun asalnya, sudah ada regu piket untuk melayani tamu. Bila tamu menghendaki ingin berbincang dengannya seputar sejarah dan kisah dari Ki Ageng Gribig dipersilahkan, terlebih saat ini dirinya sudah pensiun dari guru di SMP N Ngluwar-Magelang, sudah lumayan waktu senggangnya.

“Ingkang nglarapaken peziarah para regu piket sampun samekta. Kula ingkang disesepuhaken wonten mriki minangka narasumber, sanes juru kunci,” kata Daryanto dalam bahasa Jawa, yang artinya, “Yang menerima para tamu peziarah sudah ada petugas piketnya. Saya di sini yang dituakan atau menjadi narasumber, tetapi bukan juru kunci.” (sembari merendah)

Pada peringatan “Shodaqoh Apem Yaa Qowiyyu 2022” yang lalu, Daryanto memerankan tokoh Ki Ageng Gribig. Dari tuturnya, proses dirinya hingga berani memerankan Mbah Gribig melalui proses waktu selama 10 tahun.

“Saya didaulat oleh para tokoh-tokoh di P3KAG dan tokoh-tokoh lainnya untuk memerankan Ki Ageng Gribig sejak tahun 2012 yang lalu, tetapi saya belum sanggup, belum kuat, karena memerankan tokoh Mbah Gribig itu sungguh berat, bathin saya berat, saya butuh kekuatan bathin untuk itu. Saya belum mampu, belum bersih,” tutur Daryanto.

“Tetapi perjalanan waktu, saya didaulat agar (untuk) bisa memerankan. Dan saya iyakan saja (bersedia), tapi dengan catatan, saya tidak bisa memastikan kapan waktunya,” lanjut Daryanto.

Kapan waktunya yang belum tentu tersebut, bagi Daryanto dimaknai sebagai (proses) laku spiritual atau jalan spiritual sampai Allah memberikan ketetapan waktu (petunjuk).

“Iya, saya bersedia, tapi saya harus laku bathin dulu, itu nanti pasti akan tiba pada waktunya, dan saya tidak bisa memastikan. Dan akhirnya perjalanan waktu, dengan niat yang lurus, akhirnya pada tahun 2022 saya bersedia, setelah serangkaian laku bathin selama 10 tahun. Allah paring titi wanci (Tuhan berikan ketetapan waktu),” ungkap Daryanto.

Menurut Daryanto, syarat memerankan tokoh Ki Ageng Gribig sangatlah berat, diantaranya harus sinau urip (belajar hidup).

“Yang pertama, harus sinau urip. Kemudian apa yang diharapkan Ki Ageng Gribig apakah saya bisa melaksanakan, atas amanah-amanahnya, spiritnya, ajarannya. Tentu itu sangat berat, meski juga mulia. Namun akhirnya, saya bersedia. Selama 10 tahun saya belajar sinau urip dari spirit Mbah Gribig,” kata Daryanto.

Sebelumnya, pada tradisi Yaa Qowiyyu tahun 2020, tokoh Ki Ageng Gribig diperankan oleh Kyai Haji Jamaludin (alm.), setelahnya dimandatkan kepada Mohammad Daryanto.

Sesepuh makam Ki Ageng Gribig Jatinom ini, pada perayaan “Shodaqoh Apem Yaa Qowiyyu” kali ini dengan harapan momentum Yaa Qowiyyu ini semoga masyarakat se-Nusantara makmur sentosa.

“Pelaksanaan tradisi budaya Ki Ageng Gribig, ini adalah doa dan harapan, semoga Nusantara sentosa. Bangsa ini menyadari tradisi kebudayaan kearifan lokal yang harus kita jaga dan kita lestarikan, untuk kemakmuran masyarakat se-Indonesia,” harap Daryanto.

Masih Daryanto menuturkan, “Saparan kali ini untuk mengawali windu tahun, yaitu tahun Jimawal, awal windu tahun Jawi 1957 Jimawal.”

“Saparan kali ini dengan têtêngêran MANDHITÅ TINÅTÅ PAMBUKANING CÅNDRÅ (JIMAWAL 1957), yang artinya; diterima dengan lapang dada, sabar ikhlas. Lantas ‘tandang gawe gumregut’, jangan melupakan siapa yang mengadakan diri kita. Dalam pengertian kita selalu tawakallah, menjadi makhluk yang agamis,” urai Daryanto.

“Kemudian pada hal keduniawian atau kadonyan, sifat Mandita harus wicaksana (bijaksana), contohnya menyikapi era keterbukaan arus informasi dan digitalisasi. Kita harus tabayun, cross cek, jangan mudah di adu domba, jangan mudah tersulut. Menata pikiran, hati, jaga amarah dan emosi. Bagian itu perlu ditata,” lanjut Daryanto.

“Selanjutnya pada kata ‘Pambukaning’ ditafsirkan keluar dari kesulitan-kesulitan bab dunia. Kita harus mampu mengurai persoalan kita di segala bidang. Baik individu, sosial dan pranata lainnya, seperti lembaga,” terang Daryanto.

“Untuk kata ‘Candra’, dapat dilihat dengan indah (sekeca). Para-para ingkang nggadahi (yang punya kewenangan) kewajiban dan tanggung jawab dapat melakukan hal sesuai dengan aturan dengan benar. Bila dilihat atau dicandra akan baik, indah. Baik dalam arti wujud dari doa, yaitu sifat kesaenan rasa, kesaenan pikir, kesainan tumindak, kesaenan ibadahipun (kebaikan rasa, pikiran, perilaku dan ibadah),” urai Mohammad Daryanto mengartikan tahun sengkalan MANDHITÅ TINÅTÅ PAMBUKANING CÅNDRÅ angka tahun 1957 Jawa.

Lanjut Mohammad Daryanto, tentang doa yang diajarkan oleh Ki Ageng Gribig, doa yang singkat dan padat, namun isinya sungguh berat.

“Bismillahirrahmanirrahim, Yaa Qowiyyu, Yaa Azizu, Qowwimna Wal Muslimin, Yaa Qowiyyu, Yaa Rozak, Warzuqna Wal Mukminin Wal Muslimin. Yaa Qowiyyu, Yaa Rozzaqu, Warzuqna Wal Mukminin Wal Muslimin,” tutur Mohammad Daryanto.

“Yang artinya, Semua yang ada di dunia ini lemah, yang Maha Kuat hanyalah Allah. Allah yang Maha Kuat dan Maha Kokoh. Semoga kekuatan (kekokohan) Allah berikan kepada kaum muslimin. Allah pemberi pintu rejeki, rejeki (semuanya) iman dan Islam untuk kaum muslimin.”

Di akhir wawancara, Mohammad Daryanto mengingat kembali akan spirit yang diajarkan Mbah Gribig.

“Secara langsung mengingatkan kembali peran serta Mbah Gribig dalam menata lingkungan, menata bathin manusia, andum keselamatan (menjaga keselamatan) dengan agama Islam,” terang Mohammad Daryanto.

“Untuk budaya dan tradisi harus dilestarikan, yang sesuai dengan aturan,  aruran kitab suci, yaitu Quran dan sunnah, serta tidak melanggar aturan negara dan tatanan sosial – pemerintahan,” tutup Mohammad Daryanto.

Polish 20230901 121614926
Cungkup makam Ki Ageng Gribig.
IMG 20230831 222239 460
Mohammad Daryanto, S.Pd. atau disapa Ki Daryanto adalah Sekretaris Umum di Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig Jatinom (P3KAG), pemeran tokoh Ki Ageng Gribig pada prosesi sebaran apem.

Terkait

Terkini