Kidung Wahyu Kalaseba
Kujaga diriku dari berbuat nista, mengelantur (sekehendak hati)
Nusantarapedia.net, Jurnal | Seni — Kidung Wahyu Kalaseba
“Dengan mengendalikan hawa, hawa nafsu yang diliputi angkara murka”
NUSPEDIAN, masih ingatkah kalian dengan syair Kidung Wahyu Kalaseba. Syair Kidung ini pernah viral di tahun 2018. Kidung ini banyak dinyanyikan oleh grup-grup rebana karena dikolaborasikan dalam versi sholawat. Salah satunya sholawat yang berjudul ‘Ya Rosulullah’.
Secara leksikal, kata “kidung” berasal dari bahasa Jawa Pertengahan dan mempunyai padanan dengan tembang atau sekar, bermakna ‘nyanyian’ dalam bahasa Jawa baru.(wikipedia)
Kidung Wahyu Kalaseba adalah Kidung yang dinilai sakral dan penuh pesan agama bagi banyak orang.
Beberapa orang, bahkan menyakini Kidung ini tidak dapat dibawakan secara sembarangan oleh orang sembarangan pula, melainkan, harus memenuhi syarat tertentu.
Kidung Wahyu Kalaseba diyakini pertama kali dilantunkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga yang memiliki nama asli Raden Said. Sampai saat ini, makamnya ada di daerah Kadilangu, Demak, tidak pernah sepi dari para peziarah.
Versi lain meyakini lirik dalam kidung tersebut menggambarkan Syekh Siti Jenar dan menganggap diciptakan olehnya.
Versi terakhir dalam budaya modern menyebutkan, kidung ini diciptakan oleh Sri Narendra Kolosebo, seorang laki-laki yang lahir pada tanggal 8 November 1980, di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sampai saat ini hal tersebut masih menjadi perdebatan.
Berikut lirik Kidung Wahyu Kalaseba lengkap dengan versi bahasa Indonesia.
Rumeksa ingsun laku nista ngaya wara
Kelawan mekak hawa, hawa kang dur angkara
Senadyan setan gentayangan, tansah gawe rubeda
Hinggo pupusing jaman
Hameteg ingsun nyirep geni wisa murka
Maper hardening panca, saben ulesing netra
Linambaran sih kawelasan, ingkang paring kamulyan
Sang Hyang Jati Pengeran
Jiwangga kalbu, samudra pepuntoning laku
Tumuju dateng Gusti, Dzat Kang Amurba Dumadi
Manunggaling kawula Gusti, krenteg ati bakal dumadi
Mukti ingsun … tanpa piranti
Sumebyar ing sukma madu sarining perwita
Maneka warna proda, mbangun praja sampurna
Sengkala tida muksa, kalabendu nyata sirna
Tyasing rasa mardika
Mugiya den sedya pusaka Kalimasada
Yekti dadi mustika, sajeroning jiwa raga
Beja mulya waskita, digdaya bawa leksana
Byar manjing sigra-sigra
Ampuh sepuh wutuh, tan keno isa paneluh
Gagah bungah sumringah, ndadar ing wayah-wayah
Satriyo tata sembada, Wiratama katon sewu kartika
Kataman wahyu, Kalaseba
Memuji ingsun kanthi suwita linuhung
Segara ganda arum, suh rep dupa kumelun
Ginulah niat ingsun, hangidung sabda kang luhur
Titahing Sang Hyang Agung
Rembesing tresna, tandha luhing netra rasa
Rasa rasaning ati, kadya tirta kang suci
Kawistara japa mantra, kondang dadi pepadang
Palilahing Sang Hyang Wenang
Nawa dewa jawata, tali santika bawana
Prasida sidhikara, ing sasana asmaralaya
Sri Narendro Kalaseba winisuda ing gegana
Datan gingsir… sewu warsa
Artinya dalam bahasa Indonesia:
Kujaga diriku dari berbuat nista mengelantur (sekehendak hati)
Dengan mengendalikan hawa, hawa nafsu yang diliputi angkara murka
Walaupun setan gentayangan selalu
Membuat gangguan
hingga akhir jaman
Sekuat tenaga diriku memadamkan api, bisa (racun), murka
Mengendalikan Panca Indra, dalam setiap kedipan mata
Dilandasi belas kasih, Sang Pemberi Kemulyaan
Sang Maha Penguasa Sejati
Bertahta di kalbu, samudera pemandu laku
Menuju Tuhan, Dzat pemelihara mahkluk
Ketika diri sudah bersatu Irama dengan Tuhan, Segala kehendak hati akan menjelma menjadi kenyataan.
Kejayaanku …tanpa syarat (alat)
Menyebar merata di sukma.. madu sari perwita
Beraneka warna prada (prodo: guratan tinta emas pada batik),
Membangun kesempurnaan diri
Sengkala (kesialan) pasti musnah, malapetaka nyata-nyata hilang
Timbulah rasa bebas (merdeka)
Semoga karena ucapan pusaka kalimat syahadat
Benar-benar jadi mustika, di dalam jiwa raga
Keberuntungan, kemulyaan, kewaskitaan, kesaktian serta kewibawaan
Byar.. terwujud dengan segera.
Ampuh, sepuh, utuh, tidak mempan diteluh (teluh: semacam sihir)
Gagah riang gembira, merekah di setiap waktu
Satria tata sembada, wiratama kelihatan seribu bintang
Ditimpakan wahyu…. kolosebo (kolo: masa, sebo: menghadap Nya) ..
Aku memuji dengan menghadap Maha Tinggi
Lautan bau harum, seperti asap dupa ber arak
Mengolah Hati, Tekad, & Niat, mengkidung kata kata luhur (tinggi)
Makhluk Sang Maha Agung
Rembesan kasih sayang, tanda air mata rasa
Rasa perasaan hati, ibarat air yang suci
Diwujudkan japa mantra, diketahui orang jadi penerang
Dengan kuasa Sang Maha Kuasa
Sembilan wewujutan dewa, Tali kekuatan semesta
abadi memuji, di surga
Sang Raja Kolosebo, diwisuda di angkasa
Tidak akan lengser (tenggelam) …. seribu tahun
Nuspedian, itu tadi lirik Kidung Wahyu Kolosebo dan versi Indonesia. Semoga kita mengambil nilai kebaikan dari lirik tersebut.
Sumber lirik dan arti: duta.islam
Road Map Sastra Jawa
Cak Imin Bersholawat “Joko Tingkir”
Gloomy Sunday, Lagu Kematian hingga Bunga Terakhir Bebi Romeo
Gudeg Djokdja Amat Enak Banyak (F)itamin C-nya, Fajar Bandung Elok Amat Dari Garut Center (1)
Kisah Santri, Gula, dan Kopi