Kisah Autisme dalam Novel

Nusantarapedia.net, Gerai | Resensi — Kisah Autisme dalam Novel
Oleh Edi Warsidi
Sequence: Hati yang Bertaut Penuh Kisah …adalah novel karangan Shita Hapsari. Shita merupakan salah satu penulis yang cukup produktif di dunia maya sehingga tidak begitu sulit mencari tulisan dan informasi umum tentang Shita. Novel karangan Shita ini merupakan pemenang lomba novel “wanita dalam berita” yang diselenggarakan oleh penerbit buku PT Bentang Utama.
Dilihat dari jilid, novel ini cukup menarik perhatian. Sequence yang berarti urutan, dengan tag line hati yang bertaut penuh kisah … mempunyai jilid dengan gambar tumpukan tiga cangkir bermotif bunga-bunga dan berwarna merah muda, serta garis-garis merah muda membentuk hati dibagian atas dan bawah buku memberikan kesan sangat feminim. Oleh sebab itu, buku ini menarik perhatian kaum perempuan yang dominan menyukai warna merah muda.
Pada halaman sampul belakang, terdapat tiga gambaran tokoh dalam cerita, yakni Klarissa, Ine, dan Yuni. Hal paling mencolok dari ketiga tokoh tersebut adalah latar belakang mereka yang sangat berbeda, namun pada deskripsi masing-masing tokoh diselipkan nama seseorang dengan panggilan sayang, Klarissa dengan Tedibearku sayang, Ine dengan kamu yang selalu ada di sampingku, sayang, dan Yuni dengan Anakku sayang, tidak terdapat gambaran tentang cerita yang akan dibahas dalam novel ini sehingga membuat pembaca penasaran dan menduga-duga tentang isi dari novel ini.
Novel ini secara garis besar menceritakan autisme, tetapi dibumbui oleh masalah percintaan masing-masing tokoh. Klarissa mempunyai masalah dengan pacarnya dan keinginannya untuk beralih profesi dari seorang psikologi menjadi seorang guru di sekolah khusus, Yuni dengan masalah anaknya yang mempunyai kelainan dan suaminya yang terkena musibah karena menjadi korban tabrak lari, dan Ine yang merupakan seorang wanita karier yang dikhianati oleh suaminya dan mempunyai anak yang sempat mempunyai kelainan ketika masih kecil sehingga harus sekolah di sekolah dasar khusus.
Jalan cerita novel ini tidak mudah ditebak, sehingga membuat pembaca penasaran untuk membacanya sampai akhir. Selain itu, novel ini juga memberikan gambaran kepada wanita-wanita masa kini tentang masyarakat kekinian. Ketimpangan sosial yang digambarkan oleh tokoh Ine dan Yuni menginspirasi pembaca untuk lebih peka terhadap sekitar. Kurangnya sosialisasi mengenai kesehatan, khususnya autisme menjadi kendala masyarakat untuk antisipasi pada penyakit yang cukup banyak menyerang masyarakat Indonesia.

Novel ini dibagi menjadi tujuh bagian, yakni: Kegelisahan dalam Stagnasi; Keluar dari Lingkaran; Belajar Menjadi Diri Sendiri; Keep Calm and Carry On; Bangunan Tidak Berdiri dengan Satu Pilar; May the Best Man Wins; Memaknai Kekinian. Peresensi rasa gaya penceritaan seperti ini kurang efektif karena penulis menyajikan cerita ini dengan alur yang berpindah-pindah. Mula-mula penulis menceritakan tokoh Klarissa, lalu Yuni, dan Ine, setelah itu kembali lagi menceritakan tokoh Klarissa.
Hal tersebut membuat pembaca kurang menikmati cerita karena harus mengingat kembali kejadian yang dialami oleh para tokoh di bagian sebelumnya walaupun cerita ketiga tokoh ini akhirnya berhubungan satu sama lain. Alangkah lebih baiknya apabila penulis menuliskan cerita dengan satu tokoh terlebih dahulu sampai selesai, lalu dilanjutkan dengan dua tokoh lainnya, dan ada satu titik pada masing-masing cerita yang menjelaskan bahwa ketiga cerita tersebut merupakan kejadian yang dialami serempak, tetapi dikemas dengan latar belakang masing-masing tokoh yang berbeda. Hingga akhirnya, ditemukan titik penyelesaian yang menggabungkan ketiga tokoh ini untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.

Peresensi, tinggal di Bandung
Cahaya tentang Kisah Kita yang Usai
Mendongengi Pembaca dengan Teror Jamur Jahat
Virus Motivasi untuk Kemajuan Diri
Kesaksian Sukses pada Usia Muda
RUU Tentang Kesehatan Harus Mengcover Jaminan Kesehatan Nasional