Kisah Khalifah Umar bin Khattab dan Seorang Wanita Tua
- Ratapan nenek telah menyadarkan Saiyidina Umar. "Tak mengapa nek, mudah-mudah Allah memberi restu kepada nenek." Kata Saiyidina Umar -

Nusantarapedia.net, Jurnal | Religi — Kisah Khalifah Umar bin Khattab dan Seorang Wanita Tua
SUATU ketika Khalifah Umar al-Khatab baru saja pulang dari silaturahmi ke negeri Syiria. Seperti biasa, tujuan Saiyidina Umar ke negeri Syria ialah berjalan-jalan sembari melihat keadaan rakyat jelata untuk mengetahui sendiri akan penderitaan mereka di negeri tersebut.
Dalam perjalanannya mengitari kawasan negeri Syiria, pandangan Saiyidina Umar seketika tertuju pada sebuah pondok yang buruk, ia pun langsung menuju ke pondok buruk yang didiami oleh seorang wanita tua tersebut.
Saiyidina Umar pergi ke rumah nenek itu dengan menyamar sebagai orang biasa. Sudah menjadi kebiasaan Khalifah Umar menyamar menjadi orang awam karena ia ingin melihat sendiri akan penderitaan yang dialami oleh rakyatnya dan ingin mendapat maklumat atau pandangan rakyat terhadapnya.
Ketika tiba di rumah nenek tersebut Khalifah memberi salam dan berkata. “Pernahkah nenek mendengar berita tentang Umar?”
Jawab nenek tua itu, “Kabarnya Umar baru saja pulang dari Syiria dengan selamat.”
Kata khalifah lagi, “Bagaimana pendapat nenek tentang Khalifah kita itu.”
Jawab nenek, “Semoga Allah tidak memberi ganjaran baik kepadanya.”
Umar bertanya lagi, “Mengapa nenek berkata begitu?”
Jawab nenek, “Ia sangat jauh dari rakyatnya. Semenjak menjadi Khalifah dia belum pernah menjenguk pondok aku ini apalagi lagi memberi uang.”
Jawab Umar, “Bagaimana mungkin dia dapat mengetahui keadaan nenek sedangkan tempat ini jauh terpencil.”
Nenek mengeluh dan berkata, “Subhanallah! tidak mungkin seorang Khalifah tidak mengetahui akan keadaan rakyatnya walau dimana mereka berada.”
Mendengar kata-kata tadi Khalifah Umar tersentak lalu berkata di dalam hatinya, “Celakalah aku karena semua orang dan nenek ini pun mengetahui perihal diriku.”
Saiyidina Umar menyesal sambil meneteskan air mata. Saiyidina Umar berkata lagi, “Wahai nenek, berapakah kamu hendak menjual kezaliman Umar terhadap nenek?. Saya kasihan kalau Umar mati nanti akan masuk neraka. Itu pun kalau nenek mau menjualnya.”
Kata nenek, “Jangan engkau bergurau dengan aku yang sudah tua ini.”
Sambung Umar lagi, “Saya tidak bergurau, saya serius, berapakah nenek akan menjualnya. Saya akan menebus dosanya, maukah nenek menerima uang sebanyak 25 dinar sebagai harga kezalimannya terhadap nenek.” Sambil menyerahkan uang tersebut kepada nenek.
“Terima kasih nak, baik benar budi mu.” Kata nenek sambil mengambil uang tersebut.
Sementara itu Saiyidina Ali Abu Talib bersama Abdullah bin Mas’ud terlintas di kawasan itu. Melihat Khalifah Umar berada di situ, mereka pun memberi salam.
“Assalamualaikum ya Amirul Mukminin,” mendengar ucapan tersebut, tahulah nenek bahwa tamu yang berbicara denganya tadi adalah Khalifah Umar al-Khatab. Dengan perasaan takut dan gemetar nenek berkata, “Masya Allah, celakalah aku dan ampunilah nenek di atas kelancangan nenek tadi, ya, Amirul Mukminin. Nenek telah memaki Khalifah Umar di hadapan tuan sendiri.”
Ratapan nenek telah menyadarkan Saiyidina Umar.
“Tak mengapa nek, mudah-mudah Allah memberi restu kepada nenek.” Kata Saiyidina Umar.
Ketika itu juga Khalifah Umar telah membuka bajunya dan menulis keterangan berikut di atas bajunya. “Bismillahirrahmanirrahim, Dengan ini Umar telah menebus dosanya atas kezalimannya terhadap seorang nenek yang merasa dirinya dizalimi oleh Umar, semenjak menjadi khalifah sehingga ditebusnya dosa itu dengan 25 dinar. Dengan ini jika perempuan itu mendakwa Umar di hari Mahsyar, maka Umar sudah bebas dan tidak bersangkut paut lagi.”
Pernyataan tersebut ditandatangani oleh Saiyidina Ali bin Abu Talib dan disaksikan oleh Abdullah bin Mas’ud. Baju tersebut diserahkan kepada Abdullah bin Mas’ud seraya berkata, “Simpanlah baju ini dan jika aku mati masukkan kedalam kain kafanku untuk dibawa menghadap Allah سبحا نه و تعالى
والله اعلم
Oleh: Muhammad Yasin, disarikan dari sumber Qalam Ilmu
Shalawat Nariyah
Tentang Rezeki
Tingkat Ujian Keimanan
Kesucian Mata Hati, Mata Lalat dan Mata Lebah
Kisah Maryam, Cermin Kiprah Ibu Sepanjang Masa