Kisah Petani di Pinggir Kebun Sawit
Seperti itulah, betapa susahnya para petani seperti halnya Waris. Ada persoalan klasik bagi petani, yang mana biaya produksi yang dikeluarkan tidak sepadan dengan hasil panennya.
Nusantarapedia.net, Galeri | Potret Sosial — Kisah Para Petani di Pinggir Kebun Sawit
DI dalam kehidupan ini sangatlah beragam profesi seseorang dalam merajut harapan, mencari penghidupan. Terutama di bidang pertanian, sebagai salah satu hal penting dalam peradaban manusia. Budaya bertani tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Waris namanya, salah satu di antara jutaan petani Indonesia. Ia adalah seorang petani pinggiran di salah satu wilayah perkebunan kelapa sawit di Desa Pantaicermin, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau.
Dalam kesehariannya, Waris sangatlah bersemangat dalam bertani. Begitu banyak ragam tanaman yang di tanam laki-laki berusia 60 tahun ini. Mulai dari tanaman cabe rawit, jagung, ketela, pisang, dan masih banyak lagi.
“Apalagi saat ini di daerah kami masih musim kemarau, kami sangat bergantung pada curah hujan,” tuturnya.
Saat ditanya awak media;
“Apa kendala dalam usaha bertani ini, pak?”
Waris menjawab;
“Kami selalu kewalahan dengan harga yang melambung tinggi, belum lagi harga minyak (BBM) yang baru saja naik, itu sangat berpengaruh kepada semua harga produk pestisida yang kami gunakan. Kami sangat berharap kepada pemerintah agar ketika membuat kebijakan selalu melihat berimbang keadaan kami, para petani kecil di bawah ini,” tuturnya.
Seperti itulah, betapa susahnya para petani seperti halnya Waris. Ada persoalan klasik bagi petani, yang mana biaya produksi yang dikeluarkan tidak sepadan dengan hasil panennya. Persoalan seperti mahalnya bibit, kelangkaan pupuk, sering dialami oleh banyak petani. Terlebih dengan kenaikan harga BBM saat ini, tentu kedepannya akan menjadi berat.
Masalah klasik tersebut harus diatasi agar keberpihakan kepada petani nyata adanya. Seringkali hasil produksi petani Indonesia kalah kompetitif dengan produk pertanian impor. Harga jualnya pun anjlok, sedangkan ongkos produksinya besar.
Melihat variabel persoalan seperti di atas, maka tata kelola pemerintah dari tingkat pusat sampai daerah harus kembali menitikberatkan pada sektor pertanian. Karena disitulah potensi pertanian Indonesia nyata, sebagai fakta negara agraris dan maritim (kepulauan) yang tujuannya untuk memakmurkan petani.
Kesungguhan untuk menitikberatkan pada sektor pertanian itulah yang ditunggu-tunggu. Karena dengan arah menjadikan negara industri, pilihannya masih mudah menjadi negara agraris melihat potensi sumber daya manusianya. Yang pada akhirnya, bagaimana pertanian di Indonesia mampu dan mau bertransformasi ke dalam industri pertanian Indonesia.
Sudah saatnya, para petani dibawa pada dimensi industri kapitalisasi pertanian mandiri Indonesia. Faktanya saat ini bahwa dunia sedang terancam kelaparan global. Isu krisis pangan benar-benar nyata di depan mata. Hal itu membuktikan bahwa benteng pertahanan sebuah negara ada pada sektor pangan yang dihasilkan dari pengelolaan sektor pertanian.
Di Desa Pantaicermin ini, luas wilayah desa sebagian besar berupa lahan perkebunan seluas 22.000 ha, pemukiman masyarakat: 40 ha, pekarangan: 40 ha. Untuk lahan pemakaman seluas 2 ha, lapangan olahraga: 2 ha, perkantoran pemerintahan dan sarana pendidikan masing-masing 1 ha. (repository.uir.ac.id. 2018)
Untuk jenis tanaman perkebunan di Desa Pantaicermin, kelapa sawit merupakan komoditi pertanian utama, selain jenis tanaman kakao, singkong, kacang tanah, dan cabe.
Sejarah Desa Pantaicermin, dilansir dari wikipedia, merupakan salah satu desa tertua yang ada di Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Pantaicermin adalah kampung/desa yang sering disebut dalam sejarah kerajaan Siak, terutama sejarah Senapelan, Pekanbaru, serta terbentuknya perkampungan baru Payungsekaki.
Pantaicermin adalah wilayah pemukiman masyarakat asli Melayu Riau, tetapi saat ini sudah banyak warga pendatang yang bermukim di daerah tersebut. Salah satu cagar budaya yang terdapat di Pantaicermin yakni makam Syeh Said Abdul Hamid bin Syeh Abdurrahman. Syeh yang turut mengembangkan agama Islam di sepanjang sungai Siak hingga hulunya sungai Tapung kiri dan kanan.
Berikut ini foto-foto keadaan pertanian di Desa Pantaicermin, Tapung, Kampar, Riau.
Prinsip Hidup Suku Batak Dalam Mempertahankan Adat Istiadat
Kebiasaan Suku Dayak yang Menarik Diketahui
Jika Stok Beras Mulai ”Ambles”
Transformasi Pertanian Subsisten Menuju Kapitalisasi Industri Pertanian Mandiri
Arah Gula Nasional, dari Raja Gula, Swasembada dan Impor