Kisah Santri, Gula, dan Kopi

"Tolong buatkan kopi dua gelas untuk kita berdua, tapi gulanya jangan engkau tuang dulu, bawa saja ke mari beserta wadahnya."

12 Agustus 2022, 02:16 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Religi — Kisah Santri, Gula, dan Kopi

Ini adalah sebuah kisah tentang seorang Kiai dan santrinya. Kiai memberikan pelajaran untuk santrinya secara tidak langsung. Simak yuk, kisahnya.

Kiai: “Tolong buatkan kopi dua gelas untuk kita berdua, tapi gulanya jangan engkau tuang dulu, bawa saja ke mari beserta wadahnya.”

Santri: “Baik, kiai.”

Tidak berapa lama, sang santri sudah membawa dua gelas kopi yang masih hangat dan gula di dalam wadahnya beserta sendok kecil.

Kiai: “Cobalah kamu rasakan kopimu, Nak, bagaimana rasa kopimu?”

Santri: “Rasanya sangat pahit sekali kiai.”

Kiai: “Tuangkanlah sesendok gula, aduklah, dan cobalah bagaimana rasanya?”

Santri: “Rasa pahitnya sudah mulai berkurang, Kiai.”

Kiai: “Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?”

Santri: “Rasa pahitnya sudah berkurang banyak, Kiai.”

Kiai: “Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?”

Santri: “Rasa manis mulai terasa tapi rasa pahit juga masih sedikit terasa, Kiai.”

Kiai: “Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?”

Santri: “Rasa pahit kopi sudah tidak terasa, yang ada rasa manis, Kiai.”

Kiai: “Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?”

Santri: “Sekarang terlalu manis. Malah tidak enak, Kiai.”

Kiai: “Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?”

Santri: “Rasa kopinya jadi tidak enak, lebih enak saat ada rasa pahit kopi dan manis gulanya sama-sama terasa, Kiai.

Kiai: Ketahuilah, Nak, pelajaran yang dapat kita ambil dari contoh ini adalah jika rasa pahit kopi ibarat kemiskinan hidup kita, dan rasa manis gula ibarat kekayaan harta, lalu, menurutmu kenikmatan hidup itu sebaiknya seperti apa, Nak?”

Sejenak sang santri termenung, dia bepikir lalu menjawab.

Santri: “Ya kiai, sekarang saya mulai mengerti, bahwa kenikmatan hidup dapat kita rasakan, jika kita dapat merasakan hidup seperlunya, tidak melampaui batas. Terimakasih atas pelajaran ini, Kiai.”

Kiai: Ayo santriku, kopi yang sudah kamu beri gula tadi, campurkan dengan kopi yang belum kamu beri gula, aduklah, lalu tuangkan dalam kedua gelas ini, lalu kita nikmati segelas kopi ini.”

Sang santri lalu mengerjakan perintah kiai.

Kiai: “Bagaimana rasanya?”

Santri: “Rasanya nikmat, Kiai. Perpaduan yang pas antara pahit dan manis.”

Kiai mengangguk dan tersenyum.

Kiai: “Begitu pula jika engkau memiliki kelebihan harta, akan terasa nikmat bila engkau mau membaginya dengan orang-orang yang kekurangan.”

Santri: “Betul Kiai. Terima kasih atas pelajaran yang sangat berharga kali ini.”


Itulah sedikit kisah tentang Santri, gula dan kopi. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah di atas ya, Nuspedian. Semoga bermanfaat.

Sehidup Sesurga
Hakikat Nasehat Subuh
Pentingnya Amanah
Nikmatnya Hidup Searah Cara Pandang Tentangnya
Sluku-Sluku Bathok

Terkait

Terkini