Kondisi Ekonomi Dunia 2023 Lebih Sulit Dari 2022
Dengan demikian, upaya pemerintah untuk tetap menjaga ketahanan pangan, telah mengeluarkan anggaran ketahanan pangan sebesar 93,7 triliun ditambah subsidi lainnya, khususnya BBM mencapai angka 502 triliun subsidi.
Nusantarapedia.net, Jakarta — Dunia sepakat bahwa situasi ekonomi dan keuangan ke depan akan semakin sulit. Hantu resesi dunia terus membayangi banyak negara di dunia.
Krisis besar tersebut dimulai dari krisis pangan, krisis energi dan berpengaruh pada stabilitas ekonomi dan keuangan dunia. Dampaknya tentu mengular kemana-mana bagi kelangsungan kehidupan masyarakat global.
Atas situasi tersebut, Presiden Jokowi berpendapat. Hal tersebut disampaikan saat menghadiri Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Tahun 2022, di Sentul International Convention Center di Bogor, Jumat (5/8/2022).
Presiden mengatakan, hasil komunikasi dan informasi dengan dan dari para pemimpin dan petinggi dunia, bahwa akan ada sekitar 60 negara yang bakal ambruk akibat resesi dunia.
“Saya mungkin akan berbicara agak berbeda, karena kita tahu sekarang ini memang dunia baru berada pada posisi yang tidak mudah, pada keadaan yang sangat sulit sekali. Saya bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio, bertemu dengan lembaga-lembaga internasional langsung bos-bosnya, bertemu dengan kepala negara G7 baru saja, saya tanyakan sebetulnya dunia ini mau kemana?”,
“Tahun ini kita akan sulit, terus kemudian seperti apa tahun depan “Akan Gelap”, ini bukan Indonesia ini dunia, hati-hati jangan bukan Indonesia yang saya bicarakan tadi dunia kita, bicara dunia dulu yang semua negara sekarang ini berada pada keadaan yang tidak mudah. Dari Sekjen PBB menyampaikan, dari IMF, dari Bank Dunia menyampaikan bahwa akan ada 60 negara yang akan ambruk ekonominya, dan sekarang sudah mulai satu persatu, angkanya adalah 9 terlebih dahulu, kemudian 25 kemudian 42, mereka sudah secara detail mungkin kalkulasi apa yang dikhawatirkan itu betul-betul kita lihat,”
Lanjutnya, sekitar 320 juta orang berada dalam posisi kekurangan pangan. Selain itu, beruntung Indonesia masih disubsidi pada sektor energi. Yang seharusnya harga bensin berkisar 17.000 an, negara mampu memberikan subsidi hingga bensin pertalite hanya seharga 7.650 ribu.
“Sekarang ini 320 juta orang di dunia sudah berada pada posisi menderita kelaparan akut dan sebagian sudah mulai kelaparan saya sampaikan apa adanya karena memang posisi pertumbuhan ekonomi semuanya bukan hanya turun, tapi anjlok semuanya, turun semuanya. Singapura, Eropa, Australia Amerika, semuanya pertumbuhan ekonominya turun tetapi inflasinya naik, harga-harga barang semuanya naik, inilah kondisi yang sangat kalau boleh saya sampaikan dunia sekarang ini sudah pada kondisi yang mengerikan,”
“Amerika yang biasanya kenaikan barang atau inflasi itu hanya berada pada posisi satu persen, hari ini sudah berada di 9,1%. Bensin naik sampai dua kali lipat, di Eropa juga sama, coba di negara kita, bayangkan kalau pertalite naik dari 7.650 harga sekarang ini, kemudian naik menjadi harga yang benar adalah 17.100 demonya berapa bulan, naik 10% saja demonya dulu 3 bulan, kalau naik sampai 100% lebih demonya akan berapa bulan. Inilah sekarang yang dikendalikan oleh pemerintah dengan apa, dengan subsidi karena begitu harga bensin naik, harga barang otomatis langsung melompat bersama-sama,”
Dengan demikian, upaya pemerintah untuk tetap menjaga ketahanan pangan, telah mengeluarkan anggaran ketahanan pangan sebesar 93,7 triliun ditambah subsidi lainnya, khususnya BBM mencapai angka 502 triliun subsidi.
“Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan anggaran subsidi yang tidak kecil, 502 triliun rupiah, yang tidak ada negara berani memberikan subsidi sebesar yang dilakukan oleh Indonesia.” (dnA)
Menakar Kekuatan Rakyat dan Kebijakan Pemerintah dalam Isu Global Krisis Pangan (1)
PSN Rampung Semester I 2024, hingga Skenario Pemangkasan Jumlah PSN dan Relasinya dengan IPM (1)
Membaca Kenaikan Tarif TN Komodo, Terdapati Kesamaan Pola dengan Borobudur
China Ekspor Perdana Unit EMU ke Indonesia, Sebelumnya PMN Rp.4,1 Triliun Untuk KCJB Klir
Perkembangan Persiapan Pemilu 2024 oleh KPU