Kota Solo: Mataram Babak Baru – Terkurung Gunung Seribu hingga Kado Banjir Ultah ke-278 (1)

Cekungan yang terkurung gunung, gunung Sewu di selatan, Merapi di barat, gunung Kendeng di utara dan gunung Lawu di timur, telah benar-benar membuat Kota Solo terkurung

18 Februari 2023, 13:29 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Lingkungan Hidup — Kota Solo: Mataram Babak Baru – Terkurung Gunung Seribu hingga Kado Banjir Ultah ke-278 (1)

“Hari dimana berpindahnya Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta terjadi pada tanggal 17 Februari 1745, kemudian diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Kota Surakarta, yang pada tahun 2023 ini telah berusia 278 tahun.”

MASA lalu adalah kenangan, sekarang kenyataan, masa depan adalah tantangan. Quote tersebut tentu tidak asing bagi kita. Masa lalu yang terus didengungkan sebagai pelajaran dan masa depan adalah harapan, dan sekarang (saat ini) berada pada persimpangan akan kerinduan pada kehebatan masa lalu sebagai romantisme sejarah, dan seakan-akan saat ini berada pada suatu era untuk mempersiapkan masa depan yang gemilang dengan mewariskan peradaban saat ini untuk masa depan, terkadang ditafsirkan berlebihan.

Apakah begitu? Hemat penulis sederhana, masa lalu sebagai refleksi, iya. Saat ini adalah kenyataan hidup, hidup untuk lebih baik sesuai dengan harapan hidup yang ideal, tentu tidak dengan ukuran masa lalu dan terlebih masa depan. Meski demikian, saat ini manusia punya tanggung jawab untuk masa depan. Lantas tanggung jawab yang mana? Jangan disalahartikan sebagai bentuk tanggung jawab membangun peradaban saat ini untuk masa depan dengan wujud budaya sebagai harapan pewarisan kultural (material), bahkan spiritual.

Tetapi, kehidupan masa depan oleh generasi mendatang kita tak pernah tahu. Menyodorkan konsep material saat ini untuk pewarisan masa depan, dimungkinkan pemikiran itu berbeda antara saat ini dan ke depan. Idealnya, membangun peradaban itu hanya satu perkara saja, yaitu mewariskan peradaban ekologi untuk masa depan. Poinnya, bagaimana kelestarian alam, lingkungan hidup di bumi ini untuk bekal masa depan para generasi. Hal-hal terkait gaya peradaban, cara berfikir dan bertindak oleh generasi mendatang biarlah dipikir orang di masa depan. Kuncinya, kelestarian lingkungan untuk masa depan, yaitu terciptanya-terpeliharanya keseimbangan alam di bumi, termasuk tata ruang. Istilahnya “Hamemayu Hayuning Bawana” menjadi nilai-nilai yang abadi. Dalam hal ini hubungan antara manusia dan alam.

Atau quote Jawa dengan spiritnya “Titipan Anak Putu”. Dengan demikian, masa lalu biarlah masa lalu! Sekarang, ya, sekarang! Masa depan biarlah menjadi tugas generasi ke depan untuk memikirkannya! Kecuali satu perkara “keberlanjutan ekologi” (sustainablity ecology). Perspektif ekologi manusia untuk pembangunan berkelanjutan, ya, lingkungan hidup (bumi), perkara aspek sosiologis itu akan berubah.

Terkait

Terkini