Krisis Global Semakin Nyata, 54 Negara Terjerat Hutang Mengerikan
Dalam laporan UNDP tersebut, 46 dari 54 negara telah mengumpulkan utang publik dengan total US$ 782 miliar pada 2020. Negara seperti Argentina, Ukraina dan Venezuela sendiri menyumbang lebih dari sepertiga dari jumlah itu

Nusantarapedia.net, Jakarta — Dalam laporan IMF (Dana Moneter Internasional), perjalanan ke depan ekonomi dunia diproyeksi hanya tumbuh 2,7% dari sebelumnya 2,9%.
Berdasarkan liris dari IMF dalam World Ekonomic Outlook/WEO, sejumlah negara akan mengalami pertumbuhan negatif. Negara dengan ekonomi terbesar pun, seperti Amerika Serikat, China, dan kawasan Euro pun mengalami tekanan.
Resesi global 2023 benar-benar semakin dekat, pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, inflasi tinggi, serta kebijakan menaikkan suku bunga pada bank sentral, serta konflik geo-politik seperti Rusia-Ukraina. Atas dasar tersebut, ancaman krisis pangan atau krisis biaya hidup secara umum perlahan tapi pasti mulai dirasakan banyak negara. Terlebih pada negara-negara yang tersandera utang.
Sebelumnya, seperti yang dilaporkan oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa) UNDP (United Nations Development Programme) pada Selasa (11/10/2022) menyebutkan, sebanyak 54 negara yang mana merupakan rumah bagi setengah lebih penduduk miskin dunia tercekik akibat utang.
UNDP mengatakan, restrukturisasi utang tidak bisa menunggu sampai suku bunga turun, atau resesi global akan terjadi.
“Penghapusan utang akan menjadi pil kecil yang harus ditelan oleh negara-negara kaya, namun biaya kelambanan adalah “ekstrem” bagi yang termiskin di dunia. Kami tidak dapat mengulangi kesalahan dengan memberikan bantuan yang terlalu sedikit, terlalu terlambat, dalam mengelola beban utang ekonomi yang sedang berkembang,” kata Achim Steiner, Administrator UNDP.
54 negara dengan masalah utang yang parah termasuk 28 dari 50 negara paling rentan terhadap iklim di dunia. Meskipun mereka adalah rumah bagi lebih dari setengah orang termiskin di dunia, mereka mewakili sedikit lebih dari tiga persen dari ekonomi global.
Dalam laporan UNDP tersebut, 46 dari 54 negara telah mengumpulkan utang publik dengan total US$ 782 miliar pada 2020. Negara seperti Argentina, Ukraina dan Venezuela sendiri menyumbang lebih dari sepertiga dari jumlah itu. Sedangkan negara-negara yang paling berisiko langsung seperti; Sri Lanka, Pakistan, Tunisia, Chad, dan Zambia.
UNDP menguraikan beberapa tindakan kebijakan untuk restrukturisasi utang, mencatat bahwa kesepakatan bisa dilakukan. Kondisi pasar di seluruh dunia berubah dengan cepat. UNDP mengatakan volatilitas didorong oleh “kontraksi fiskal dan moneter yang disinkronkan,” bersama dengan pertumbuhan yang rendah.
Saat ini, hampir 20 negara berkembang sekarang membayar lebih dari 10 poin persentase di atas suku bunga obligasi Treasury Amerika Serikat untuk meminjam uang di pasar modal.
Pada saat yang sama, banyak pemegang obligasi ekonomi berkembang melaporkan bahwa mereka berdagang dengan diskon besar mulai dari antara 40 hingga 60 sen dolar.
