Kyai Raden Santri, Makam Para Aulia di Gunung Pring Magelang
Alkisah, Kyai Raden Santri adalah seorang muslim Champa dari nasab Azmathkan, ulama yang ditugaskan ke Jawa untuk menyebarkan agama Islam. Awalnya menetap di Majapahit selama setahun, kemudian memutuskan untuk kembali ke Champa.
Komplek Makam Aulia
Kawasan Gunung Pring sebagai komplek makam aulia, sudah ditata sedemikian rupa dengan sarana dan prasarana yang lengkap sebagai destinasi wisata religi atau minat khusus oleh Pemkab Magelang. Banyak peziarah yang datang dari berbagai kota di Indonesia, selain pengunjung dalam kegiatan telusur sejarah dan tourism.
Halaman parkir yang luas, lengkap dengan pedagang oleh-oleh, warung makan, pedagang keliling, toko kelontong, dsb, tersedia. Lahan parkir yang luas memudahkan bis-bis besar para peziarah parkir dengan leluasa.
Selain itu, sarana dan prasarana toilet juga tersedia di area parkir hingga puncak bukit. Bagi yang ingin menginap, telah tersedia rumah-rumah penginapan.
Dari tempat parkir yang berada di pinggir jalan raya desa, menuju pintu masuk dengan bangunan baru bergaya “Joglo Mataraman”. Dari pintu masuk tersebut naik ke atas meniti tangga sejumlah lebih kurang 222 tangga, atau sekitar 500 meter dari pintu masuk.
Sepanjang menaiki tangga, di kanan kiri jalan dipenuhi berderet-deret toko pedagang UKM (Usaha Kecil Menengah) yang dikelola oleh pemerintah setempat. Konsep pasar tersebut sama seperti pasar cinderamata di komplek Sunan Ampel Surabaya yang dijuluki “little Turkey,” komplek Sunan Muria, ataupun komplek makam para wali lainnya.
Ada yang menjual alat perlengkapan sholat, baju muslim, aneka songkok dan peci, souvernir seperti; tasbih, hiasan kaligrafi, minyak wangi, aksesoris, t-shirt bergambar Gunung Pring, hingga pedagang buah-buahan, madu, makanan-minuman, dsb.
Setelah berjalan meniti tangga cukup jauh, akhirnya sampailah di gedung besar tempat makam para aulia tersebut. Di bagian paling barat terdapat mushola kuno peninggalan Raden Santri, yang telah direnovasi berkali-kali sesuai periode jamannya, dengan tampilan terakhir saat ini bergaya arsitektur kolonial.
Di bagian tengah merupakan aula yang cukup luas untuk akses menuju ke mushola di barat dengan tempat yang agak tinggi, sedangkan di bawahnya untuk tempat wudhu pria dan wanita. Sedang bagian timur adalah tempat utama makam para aulia, yang mana setiap makam/nisan dengan didirikan satu cungkup.
Sebelum memasuki area makam utama, pengunjung bisa ke area gentong untuk meminum air suci dari dua buah gentong besar yang disediakan.