Lagu “Anoman Obong” Karya Ranto Edi Gudel, Dinamika Lagu Yang Unik-Sound of Nusantara

- Sedang pada bagian koor lirik; "bong kobong kobong kobong kobong kobong kobong" dengan tempo cepat sangat pas untuk melukiskan keadaan prahara/gonjang-ganjing atau chaos -

5 Maret 2023, 01:21 WIB

Kajian Musik (Singkat) Lagu Anoman Obong
Cerita dalam lirik lagu ini mengambil dari kisah pewayangan Ramayana, yang mana dalam cerita wayang kulit versi Jawa/Indonesia terkenal dengan lakon “Anoman Obong”, yaitu berkisah tentang penculikan Dewi Sinta di negara Alengka, yang kemudian terjadi huru hara besar.

Komposisi lagunya dengan menggunakan campuran melodi etnik dan diatonis minor, yang mana bisa dimainkan dengan harmoni chord tangga nada minor yang variatif mengikuti kekhasan harmoni-melodi musik khas Indonesia (etnik). Rasa nada didalamnya kental akan nada-nada pentatonik Jawa atau Sunda. Dengan demikian, lagu ini cocok diarransemen ke dalam style musik apapun, karena basic-nya tetap mengacu pada sistem harmoni, bukan melodi/urut kacang seperti halnya musik gamelan.

Pada bagian vokalnya, yang mana terdapat bagian-bagian koor, disitulah lagu ini dapat diarransemen menjadi musik vokal garap koor yang menonjolkan paduan jenis suara yang lengkap. Kombinasi suara sopran solo, sopran 1, sopran 2, alto 1, alto2, tenor 1, tenor 2, bass 1 dan bass 2, sangat unik dipadukan dengan kekhasan alur melodi dengan warna suara “gradasi-ekspresif” di bagian-bagian tertentu, seperti pada bagian koor lirik “bong kobong-kobong”. Termasuk gaya vokal sindhen.

Untuk dinamika lagu ini menjadi hidup karena tempo per bagian lagu berbeda-beda, yaitu tempo cepat, sedang dan lambat. Pada bagian lambat misalnya, di lirik “Iyo wae yaeya iyo wae, yae..” sangat pas disentuh dengan irama Sunda, seperti pada gamelan Degung atau Madenda. Sedang pada bagian koor lirik; “bong kobong kobong kobong kobong kobong kobong” dengan tempo cepat sangat pas untuk melukiskan keadaan prahara/gonjang-ganjing atau chaos.

Kemudian pada bagian inti lagu, yang bertempo sedang sangat nyambung dengan “jam-jam” pada bagian koor yang cepat dan bagian yang lambat sebagai anti klimaks. Jadi “jam-jam” atau “fill in” pada perubahan dinamika tempo sangat dirasakan “klimaks-anti klimaksnya”, mulai dari introduction lagu, akhir bagian lagu menuju bagian lagu lainnya hingga ending.

Spesial lagi setelah intro lagu, terdapat bagian vokal yang ritmis, yaitu Bowo. Bowo atau vokal tanpa ketukan tempo yang diambil dari kaidah metrum tembang macapat Asmaradhana, meski metrumnya tidak tepat seratus persen pada “guru wilangan” dan “guru lagunya”, namun bagian Bowo ini sebagai introduction lagu sangatlah pas untuk merepresentasikan keadaan yang mencekam sebelum masuk pada bagian prahara (kobong-kobong).

Untuk instrumennya, hampir semua kategori alat musik dapat dikreasikan untuk mendapatkan rasa (kesan) lagu sebagai representasi. Alat musik drum, perkusi, brass section, synthesizer, string, kendang jaipongan, gamelan, suling, dapat dikomposisikan menjadi gelaran penyajian musik genre epic atau musik kolosal yang menggelegar.

Hemat penulis, lagu seperti Anoman Obong inilah dalam ensiklopedi musik dunia dapat mewakili ciri/motif kebudayaan Indonesia yang khas dalam hal seni musik. Yang itu, Indonesia banget, atau timur banget, timur yang dimaksud adalah “Sound of Nusantara“.

Terima kasih Mbah Ranto, doa untukmu.

Berikut lirik lagu Anoman Obong

Terkait

Terkini