Lebaran Berlalu dengan Energi Kemenangan, Saatnya Kembali ke Sawah dan Ladang

"Jiwa Nuswantarane wong Nuswantara, tanpa bisa uwal datan olah tetanen," artinya: kebudayaan orang Nusantara tidak bisa lepas (jauh) dari hal pertanian."

8 Mei 2022, 13:51 WIB

Nusantarapedia.net — Lebaran t’lah berlalu dengan energi kemenangan, saatnya kembali ke Sawah dan Ladang untuk bekerja seperti sedia kala.

“Pahlawan pangan ini perjuangannya seringkali dikhianati dengan serbuan beras impor, dan petani sering dipolitisir oleh para oknum-oknum politisi dengan mengajaknya berselfi ria di tengah ketidakpastian arah industri tani nasional,”

Hari kemenangan idul fitri telah usai, berharap dipertemukan kembali pada Ramadan dan Syawal tahun depan. Kemenangan dalam melawan hawa nafsu, membuka hubungan baik setelah sebelumnya banyak luka hati. merayakan lebaran dengan suka cita, memperkuat tali persaudaraan, semakin menguatkan jiwa masyarakat Indonesia di tengah wabah pandemi, resesi dan persoalan lainnya di negri ini.

Energi tersebut senantiasa datang karena limpahan rahmat dari-Nya untuk menjalani laku kehidupan bangsa ini yang telah dinanti oleh sang waktu. ya, kehidupan terus berlangsung dan berjalan.

Hari kemenangan bukanlah akhir dari segalanya, masih banyak perlombaan dalam tatanan kehidupan manusia. dengan harapan momentum spiritual dalam bagian rangkaian bulan spiritual sejak bulan Rajab, Sya’ban, Ramadan dan Sawal dapat menjadikan bangsa ini menuju kehidupan yang bermartabat, bukan terjebak pada mental kompetitif yang akhirnya menjadikan keterbelahan di sana sini, tidak berkeadilan dengan menerapkan prinsip hukum rimba.

Lebaran adalah hadiah dari Allah, yang sebelumnya penuh dengan persaingan duniawi yang menyandera manusia ke dalam drama kehidupan yang tidak pernah bertepi. Hanya orang yang sabar, penuh ujian dengan kesempatan berpasrah diri. sebagaimana menjadi golongan orang-orang yang mengerti, orang-orang yang berfikir.

Setelah ditutup dengan membayar zakat, bersedekah bagi yang punya, diteruskan dengan berjabat tangan saling memaafkan. tak lupa selanjutnya sampailah ke meja keluarga dengan makan ketupat opor ayam.

“Ketupat,” sebagai pengejawantahan saling introspeksi dari segala salah, mengakui banyak salah dan dosa antar sesama. Ketupat yang berarti “Ngaku Lepat” (ngaku salah).

Allah telah memberikan hadiah berkah Ramadan dan Syawal dengan segala nikmat syukurnya. Peristiwa spiritual dan kebudayaan masyarakat Indonesia telah berpadu dalam semangat spirit hidup agar menuju tatanan kehidupan yang lebih baik lagi. dengan harapan kehidupan berbangsa dan bernegara benar-benar menjadi lebih baik lagi, bukan sekedar seremoni atau pun selebrasi.

Lebaran telah usai, para pekerja bersiap diri, memulai lagi melaksanakan kewajiban mencari nafkah dunia untuk terus menjaga nyala kehidupan.

Para pegawai kantor, buruh pabrik, pedagang kecil, toko-toko, juga layanan jasa telah kembali beraktivitas seperti sedia kala. dan tak ketinggalan para pahlawan pangan, yakni para petani dan buruh tani.

Petani, sebagai benteng kekuatan negri, sebagai bagian penting dalam keberlangsungan negara untuk sektor ketahananan pangan. Petani sebagai ujung tombak ketahanan suatu bangsa, nasibnya tak sepenting fungsinya.

Petani dan buruh tani yang selalu kepanasan, bergelut dengan lumpur sawah ini, kerap harus bersusah payah untuk mencari pupuk karena langka, harga jual gabah yang murah, dan obat-obatan yang mahal.

Pahlawan pangan ini perjuangannya seringkali dikhianati dengan serbuan beras impor, dan petani sering dipolitisir oleh para oknum-oknum politisi dengan mengajaknya berselfi ria di tengah ketidakpastian arah industri tani nasional. Alih-alih mengentaskan dari beragam persoalan, nyatanya hanya selebrasi seremoni untuk eksistensi media.

Pahlawan pangan adalah jiwa patriot warisan leluhur, yang mampu menghantarkan terus tegaknya Nusantara dengan mempertahankan budaya tani sebagai profesi tani.

“Jiwa Nuswantarane wong Nuswantara, tanpa bisa uwal datan olah tetanen,” artinya: kebudayaan orang Nusantara tidak bisa lepas (jauh) dari hal pertanian.

Lebaran telah berlalu, dari dulu petani tak pernah sendu, walaupun hidup mereka jarang dipandu.

Tak tahu apa kan jadinya, tak peduli dengan aneka kalkulasi yang rumit, sederhana saja, hanya pergi ke sawah untuk menanam padi, selanjutnya … (Ragil74)

Transformasi Pertanian Subsisten Menuju Kapitalisasi Industri Pertanian Mandiri
Arah Gula Nasional, dari Raja Gula, Swasembada dan Impor
50+ Destinasi Wisata di Sumatera Barat Yang Ikonik
Asri dan Alaminya Desa Pegongsoran
Yang Tersisa dari Seorang Nurrochim (Pengrajin Gerabah Pemalang)
Rumah Domes, Kenangan Gempa Yogyakarta
Pendaftaran DTKS 2022 Tahap II Warga Jakarta Tanggal 9 – 28 Mei 2022
Soneta Tatengkeng, ”Berikan Aku Belukar” Kekayaan Semesta yang Terabaikan dalam Proses Pembelajaran

Terkait

Terkini