Lumbung Padi Desa Sirau, Simbol Kejayaan Masa Lalu

Bulog, seyogyanya memanajemen lumbung padi di tingkat desa harus digalakkan kembali dalam rupa barunya berbentuk modernisasi Koperasi Unit Desa atau KUD.

16 Mei 2022, 01:33 WIB

Nusantarapedia.net — Lumbung Padi Desa Sirau, Simbol Kejayaan Masa Lalu

“Hampir di tiap desa, terdapat bangunan lumbung yang rata-rata dimiliki secara kolektif oleh masyarakat desa, dengan maksud terciptanya sistem ketahanan pangan bagi kelompok masyarakat, untuk menyimpan cadangan bahan pangan, maupun karena surplus hasil panennya.”

Lumbung padi adalah sebuah bangunan (lumbung) yang digunakan untuk menyimpan dan mengeringkan padi yang telah di panen.

Bangunan lumbung pada umumnya di desain berdasarkan fungsinya, bentuknya berbeda-beda di setiap daerah, tergantung dari budaya daerah masing-masing.

Di Indonesia masa lalu, lumbung padi adalah bangunan yang ukurannya sedang yang peruntukannya untuk menyimpan hasil panen para petani. Hasil panen tersebut tidak hanya padi, namun hasil panen lainnya seperti jagung. Namun pada umumnya, hasil panen yang dimaksud berupa padi, kemudian familier dengan nama ‘lumbung padi.’

Hampir di tiap desa, terdapat bangunan lumbung yang rata-rata dimiliki secara kolektif oleh masyarakat desa, dengan maksud terciptanya sistem ketahanan pangan bagi kelompok masyarakat, untuk menyimpan cadangan bahan pangan, maupun karena surplus hasil panennya.

Terciptanya budaya ‘lumbung desa,’ dan ‘lumbung padi’ (gudang pangan), juga ‘lumbung pangan’ dalam definisi umum, berangkat dari strategi entitas masyarakat agar mampu bertahan hidup (survive). Di setiap desa, yang mana desa merupakan penyangga produksi pangan. Dengan demikian, muncul istilah lumbung desa sebagai pusat produksi pangan, sedangkan lumbung pari (padi) merujuk pada bangunannya, dan lumbung pangan sebagai manifestasi dari strategi ketahanan pangan.

Saat ini, budaya lumbung secara umum telah bergeser menjadi gudang, merujuk pada bangunannya. Lumbung padi pada umumnya berbentuk panggung dengan dinding terbuat dari anyaman bambu (gedeg atau geribik), berlantai papan kayu jati atau ulin jika di Sumatera.

Lumbung padi jelas sebagai simbol kemakmuran, kini sisa-sisa bangunannya menyiratkan kejayaan pangan masa lalu.

Penggunaan secara teknis dari lumbung ini, untuk menyimpan dan mengeringkan padi dalam bentuk “pari pocongan,” yakni jika datang musim panen, padi di simpan dan dikeringkan ke dalam lumbung dengan bentuk gabah padi yang masih disertakan batang padinya.

Batang padi di gantungkan pada langit-langit bangunan dalam lumbung. Gabah pocongan dimaksudkan agar mudah dalam penyimpanannya, tidak mudah terserang hama penyakit dan hewan tikus, serta dapat bertahan lama karena proses pengeringan yang alami.

Di kecamatan Pemalang kota, tepatnya di Dukuh Sirau, Kelurahan Paduraksa, Pemalang Jawa Tengah, masih terdapat bangunan lumbung padi yang nilai keasliannya masih 80%. Struktur, bentuk dan materialnya masih dipertahankan seperti aslinya. Untuk struktur bangunan bawah (pondasi) terbuat dari bata merah, struktur penyangga bangunan dan lantai terbuat dari kayu, dan dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Untuk struktur atas (atap), kuda-kuda (segitiga) bermaterial kayu dan menggunakan genting sumpring.

Semuanya masih dipertahankan aslinya, meski mengalami pergantian untuk material yang sudah rusak, seperti beberapa bagian lantai kayu yang rusak di ganti dengan beberapa lembar papan, serta genting yang pecah.

Menurut Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan atau LPMK Kelurahan Paduraksa, Andi Rustono, yang juga seorang aktifis di pertanian dan lingkungan hidup mengatakan :

Bangunan lumbung padi di dukuh Sirau ini di bangun sekitar tahun 1955, berdasarkan cerita yang dituturkan oleh kakeknya Mbah Aswan, yang turut mengelola lumbung padi ini. Pada tahun 1980-an lumbung tersebut masih digunakan untuk menyimpan gabah pocongan hasil panenan para petani setempat. Waktu itu saya sudah tamat sekolah SMP.

Dengan majunya teknologi di bidang pertanian, dimana masyarakat sekarang untuk mendapatkan beras sangat mudah, baik membeli di tempat penggilingan padi (ricemill) atau pun di warung sembako.

Kini gudang (lumbung) tempat penyimpanan padi seperti ini sudah jarang ditemukan dan digunakan. Dan lumbung padi ini yang menginisiasi berdirinya gudang-gudang padi milik Perum Bulog.

Saat ini, lumbung padi dukuh Sirau dialihfungsikan sebagai ruang publik, tempat belajar bagi masyarakat sekitar, seperti untuk kegiatan Taman Pendidikan Al-Qur’an.

Andi Rustono sebagai warga asli yang juga aktifis pelestari bangunan cagar budaya akan tetap mempertahankan keberadaan lumbung tersebut agar terus lestari.

Lumbung padi, menjadi harapan kita semua sebagai bentuk kedaulatan pangan rakyat. Meskipun transformasi lumbung padi menjadi gudang-gudang Bulog, seyogyanya memanajemen lumbung padi di tingkat desa harus digalakkan kembali dalam rupa barunya berbentuk modernisasi Koperasi Unit Desa atau KUD. (Ragil74)

Asri dan Alaminya Desa Pegongsoran
Marquez Doyan Rempeyek, Apa Betul?
Nikah Siri, Antara Harapan dan Kenyataan
Transformasi Pertanian Subsisten Menuju Kapitalisasi Industri Pertanian Mandiri
Pembangunanisme, Rumah Berlindung Pemekaran Daerah (1)
Tips Beternak Sapi
Kemunculan Kaum Halu, Antara Gangguan Jiwa dan Cari Sensasi
Kualitas Orang Tua dan Maraknya Perundungan Anak
Candi Kedulan, 13 Kali Tertimbun Erupsi

Terkait

Terkini