Makam Kebo Kenongo, Ki Ageng Pengging II

- Makam Kebo Kenongo terletak di Dukuh Gedong, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Boyolali. Sekitar 2 kilometer dari Alun-alun Pengging -

26 Desember 2022, 01:45 WIB

Nusantarapedia.net | TOURISM — Makam Kebo Kenongo, Ki Ageng Pengging II

“Justru Joko Tingkir mendirikan kerajaan baru di Pajang tahun 1554, tidak melanjutkan kembali kerajaan milik ayahandanya di Pengging. Joko Tingkir lebih memilih Pajang, mungkin atas saran “politis” dari para wali, agar Pengging tidak hidup kembali. Dan, sayangnya, Pajang pun hanya sekejap”

KI Ageng Pengging II disebutnya, adalah penguasa atau raja di Kerajaan (Kedatuan) Pengging, penerus dari Ki Ageng Pengging Sepuh atau Prabu Andayaningrat.

Kebo Kenongo adalah ayahanda dari Mas Karebet Joko Tingkir yang kelak menjadi raja di Kerajaan Pajang bergelar Prabu Adiwijaya.

Kebo Kenongo adalah putra kedua dari Prabu Andayaningrat dari tiga bersaudara, dengan putra sulungnya bernama Kebo Kanigoro, dan putra bungsunya Kebo Amiluhur.

Kebo Kenongo memerintah di Kerajaan Pengging, diperkirakan pada periode era Demak, berlangsung pada tahun 1481/1482 – 1554.

Pada era ini, kekuasaan telah berpindah dari Majapahit ke Demak. Pengging dipimpin oleh Ki Ageng Pengging II atau Kebo Kenongo, ayah Joko Tingkir yang meneruskan takhta ayahandanya Prabu Andayaningrat. Dikisahkan, Ki Ageng Pengging Sepuh tewas saat perang antara Demak dan Majapahit, yang kemudian menjadikan Kebo Kenongo naik takhta.

Kebo Kenanga atau Ki Ageng Pengging II menikah dengan Nyai Ratu Mandoko putri dari Sunan Kalijogo. Dari perkawinan tersebut melahirkan seorang putra bernama Mas Karebet (Joko Tingkir).

Saat Demak berkuasa, majelis perwalian Islam, yaitu berawal dari organisasi para wali, wali papat, wali pitu dan wali songo, yang mana sedang dalam puncak siar dan dakwah Islam.

Alkisah, Ki Ageng Pengging II atau Kebo Kenongo dihakimi oleh Sunan Ngudung ayah dari Sunan Kudus karena tidak bersedia masuk Islam. Atau telah menjadi Islam tetapi dengan ajaran yang menyimpang menurut ajaran para wali. Bersama Syeikh Siti Jenar, Ki Ageng Pengging dengan kepercayaan “Manunggaling Kawula Kelawan Gusti” atau ajaran “Wahdatul Wujud“.

Penghakiman kepada Ki Ageng Pengging dilakukan dengan cara dibunuh dengan keris oleh Sunan Ngudung. Tewasnya Ki Ageng Pengging, akhirnya membuat Mas Karebet putra Ki Ageng Pengging II di asuh oleh seorang janda bernama Nyi Tingkir. Nyi Tingkir adalah suami dari dalang wayang kulit langganan keluarga Ki Ageng Pengging, juga saat kelahiran Mas Karebet dengan pertunjukan wayang kulit.

Meninggalnya Ki Ageng Pengging II disusul istrinya dan Ki Dalang Tingkir, menjadikan Mas Karebet tidak punya siapa-siapa. Akhirnya Nyi Tingkir membawa dan mengasuh Joko Tingkir ke kediamannya di daerah Tingkir (Salatiga). Sejak diasuh Nyi Tingkir kemudian Mas Karebet disebut dengan Joko Tingkir.

Singkat cerita, Joko Tingkir berhasil tumbuh menjadi pemuda yang pemberani. Joko Tingkir berhasil masuk dalam lingkaran kekuasaan Demak yang pada saat itu Demak di ambang kehancuran. Situasi tersebut berhasil dimanfaatkan oleh Joko Tingkir dengan mendirikan kerajaan Pajang tahun 1554 dengan sebutan Prabu Adiwijaya.

Kesimpulannya, Mas Karebet atau Joko Tingkir seharusnya sebagai pewaris takhta Pengging, atau Ki Ageng Pengging III. Namun, semenjak meninggalnya Ki Ageng Pengging II, yang mana Mas Karebet masih berusia muda, belum cukup usia untuk melanjutkan takhta Pengging, pun Joko Tingkir juga sudah diasuh oleh Nyi Tingkir.

Di sinilah awal tenggelamnya Pengging karena poros kekuasaan telah tiada dengan tidak adanya pewaris.

Dari alur cerita di atas, jelas terjadi kontradiktif, bahwa Ki Ageng Pengging II apakah benar sudah masuk Islam, apakah benar keukeh dengan agama Majapahit (Hindu-Jawa), apakah benar memberontak kepada Demak.

Pada era kepemimpinan Kebo Kenongo atau Ki Ageng Pengging II ini, peran dari Pengging sangat strategis, baik secara politik maupun teritori. Di saat keruntuhan atau transisi dari Majapahit ke Demak, Pengging bertindak sebagai penghubung, maka peran yang strategis tersebut cukup dikhawatirkan oleh para pembesar kerajaan Demak, bahkan para wali, sehingga kematian Ki Ageng Pengging II ditafsirkan sebagai bentuk kekhawatiran Demak pada Pengging.

Kekhawatiran tersebut bila dilihat dari cerita rakyat atau babad, diopinikan telah terjadi pembangkangan agama oleh Ki Ageng Pengging, bisa saja itu hanya cerita fiksi oleh periode kekuasaan setelahnya, atau memang itu ada benarnya ketika mengislamkan daerah Jawa pedalaman (Mataraman) memang sulit. Bisa juga di balik meredupnya Pengging dengan diawali tewasnya Ki Ageng Pengging II murni perebutan hegemoni kekuasaan di wilayah pedalaman selatan Jawa.

)* Karena, menelusuri jejak Pengging berdasarkan catatan dalam Babad Tanah Jawi dan Serat Kandha, yang mana dibuat setelah dua ratus tahun lebih dari keberlangsungan Pengging.

Dengan demikian, masa keemasan Pengging secara institusional (kerajaan), saat dipimpin oleh Kebo Kenongo relatif singkat. Atau secara keseluruhan, Pengging selaku poros politik pemerintahan hanya berlangsung singkat dari era Prabu Andayaningrat/Ki Ageng Pengging Sepuh hingga Kebo Kenongo/Ki Ageng Pengging II.

Selanjutnya, Pengging benar-benar sudah terlupakan atas nama institusi (Kedatuan/Kadipaten/pemerintahan). Artinya, Pengging dianggap sebagai leluhur atau cikal bakal, bukan dipandang sebagai pusat politik kekuasaan.

Justru Joko Tingkir mendirikan kerajaan baru di Pajang tahun 1554, tidak melanjutkan kembali kerajaan milik ayahandanya di Pengging. Joko Tingkir lebih memilih Pajang, mungkin atas saran “politis” dari para wali, agar Pengging tidak hidup kembali. Dan, sayangnya, Pajang pun hanya sekejap, Prabu Adiwijaya/Joko Tingkir hanya memimpin selama 18 tahun, dan Pajang pun benar-benar runtuh pada tahun 1589. Kemudian muncullah dinasti cabang ningrat baru, yaitu Mataram Islam oleh Ki Ageng Pemanahan dan putranya Danang Sutawijaya yang selanjutnya bergelar Panembahan Senopati Ing Alaga Panatagama Tanah Jawa.

Tidak dilanjutkannya Pengging oleh Joko Tingkir dan sekejapnnya Pajang hingga berdirinya Mataram, semakin membuat Pengging hilang dari peredaran atas nama kekuatan politik.

Terkait

Terkini