Masihkah Ada Jodoh untuk Abang Baso?
_Bakso bulat seperti bola pingpong_ _Kalau lewat membikin perut kosong_ _Jadi anak janganlah suka bohong_ _Kalau bohong digigit kambing ompong_
Nusantarapedia.net, Jurnal | Sosbud — Masihkah Ada Jodoh untuk Abang Baso?
“Berbeda penilaian salah satu tokoh dari lingkungan lain, justru memiliki penilaian dan sakwa sangka terkesan menilai kurang bagus tukang baso. Bahkan abang baso menjadi atensi utama kepada anak-anaknya agar menjaga jarak dengannya dalam kehidupannya.”
Baru-baru ini viral video pidato ketum sebuah organisasi politik. Isi pidato dalam video itu mendadak ramai menjadi buah bibir penduduk suku maya sejagad nusantara.
Di hadapan para kader organisasi yang dipimpinnya. Sang Ketum mengisahkan pengalaman masa lalu bersama anak-anaknya. Ketum yang juga seorang nenek ini, mengaku pernah mewanti-wanti anaknya dalam memilih jodoh. Kepada anak-anaknya, dia berpesan agar tak memilih pasangan seperti tukang baso.
Tak butuh waktu lama. Sontak saja video pidato perempuan yang usianya mulai senja itu, menuai beragam tanggapan dari masyarakat +62 di medsos. Banyak dari netizen yang geram terhadap penyataan Bu Ketum dalam kesempatan pidato politiknya itu.
Sejak video itu viral. Tak dapat dielak muncul beragam tafsir dari netizen. Beredar banyak komentar di ruang media sosial yang berpendapat, isi pernyataan sang nenek dinilai melecehkan profesi pedagang baso. Menurut netizen juga, Bu Ketum telah melukai hati rakyat kecil.
Ramai pula meme dan komentar netizen yang isinya meragukan lembaga yang dipimpinnya adalah betul-betul organisasi yang berpihak kepada “wong cilik,” seperti selama ini digaungkan oleh kader-kadernya.
Sejak viralnya video pidato Bu Ketum itu. Penulis juga penasaran, ada hal buruk apa di balik profesi tukang baso sehingga sang nenek tak menghendaki anak-anaknya memilih jodoh seperti tukang baso?!?
Berniat mengungkap misteri di balik tukang baso, penulis mulai mengobok-obok google dan tak cicir mengintip youtube. Pemburuan dimulai dengan menuliskan kata kunci “tukang baso.” Setumpuk informasi yang berhubungan dengan keyword itu pun tampil.
Di antara informasi tukang baso. Penulis tertarik pada sebuah artikel yang mengulas salah satu lagu anak berjudul “Abang Tukang Baso,” lagu ciptaan Mamo Agil, mulai dipopulerkan sejak tahun 1980-an dan menjadi lagu anak paling digandrungi bocah-bocah pada masanya.
Menurut penulis. Terdapat pesan moral dalam lagu Abang Tukang Baso. Sangat positif membangun karakter anak agar tak memiliki mental culas.
Bakso bulat seperti bola pingpong
Kalau lewat membikin perut kosong
Jadi anak janganlah suka bohong
Kalau bohong digigit kambing ompong
Abang baso menjadi inspirasi. Pengarangnya pastilah punya alasan mengapa memilih abang baso sebagai figur dalam lagu ciptaannya. Diperhatikan dari isinya. Tampak sekali jika sang seniman memandang abang tukang baso adalah sosok makhluk yang baik.
Berbeda penilaian salah satu tokoh dari lingkungan lain, justru memiliki penilaian dan sakwa sangka terkesan menilai kurang bagus tukang baso. Bahkan abang baso menjadi atensi utama kepada anak-anaknya agar menjaga jarak dengannya dalam kehidupannya.
Perbedaan pendapat-adalah lumrah. Begitulah kenyataannya. Bahkan, agama menegaskan perbedaan adalah rahmat. Demikian pula perbedaan penilaian dari dua insan yang berbeda habitat tersebut.
Megutip tulisan sebuah artikel yang ditulis Yudi Yansyah S.Pd.i dalam halaman website yang dikelola Kantor Wilayah Kementerian Agama, Provinsi Jawa Barat. “Allah Azza wa jalla menciptakan sifat-sifat khusus untuk ruh tersebut. Di antara sifat ruh (jiwa) adalah dia tidak mau berkumpul dan bergaul dengan selain jenisnya.”
Dalam tulisannya, Yudi Yansyah juga mengutip ucapan Rasulullah SAW, bersabda, “Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang berkumpul (berkelompok). Oleh karena itu, jika mereka saling mengenal maka mereka akan bersatu, dan jika saling tidak mengenal maka akan berbeda (berpisah).”
Berangkat dari pendapat artikel ditulis Yudi Ansyah. Penulis bisa menguak sedikit misteri mengapa Abang Tukang Baso menjadi pilihan figur dalam lagu anak ciptaan Amo Agil!?
Seperti diketahui masyarakat penduduk bumi, jiwa seorang anak itu masih murni atau suci. Belum terkontaminasi polusi akal bulus untuk bisa korupsi. Jadi sewajarnya Abang Baso bisa akrab dengan dunia anak yang dibingkai dalam sebuah nyanyian yang berisikan petuah budi pekerti luhur.
Di lain sisi, jika ada insan yang gerah dengan profesi tukang baso. Tak menutup kemungkinan ada hal yang mempengaruhi dan melatari menurut karakter kesesuaian-sifat ruh, sebagaimana dijelasakan di atas.
Oke deh, Abang tukang baso, sementara saya cukupkan dulu. Penulis ingin lekas-lekas melahap pentol baso bulat.
Banyutes-Sampang, Madura, 26 Juni 2022
Hasan Hasir
Bukan Sultan, Tak Usah Gaya-gaya – Sederhana Saja, Bahagia Sepanjang Masa
Yang ber-Otak Tak Bakal Mengekor
Belajar Tak Oleng Dari Boger si “Penari Oleng”
The Mask “Orang Baik” Dari Dunia Sampah
Sanjungan Batu Sandungan
Dua Pisang, Uang, dan Topeng