Mata Air dan Pohon Resan di Umbul Leses Boyolali
- Spesialis dari pohon keluarga Ficus adalah sebagai pohon Resan, atau pohon pelindung/penjaga mata air -

Nusantarapedia.net, Jurnal | Tourism — Mata Air dan Pohon Resan di Umbul Leses Boyolali
“Dan, sebentar lagi pada 2024 menghadapi banyak agenda pemilihan. Nah, bagi yang percaya saja, punya cita-cita/hajat menjadi calon politisi atau pejabat, bila ingin ber-Spiritual ke umbul ini, di atas peta jalannya. Percaya, nggak percaya, kami sajikan data, pembaca silahkan menyimpulkan!”
NUSPEDIAN, “Selamat Hari Raya Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.” Di penghujung tahun 2022 ini tinggal menyisakan beberapa hari lagi ke depan menuju tahun yang baru dengan harapan yang baru pula di 2023. Tentu segala sesuatunya akan diupayakan lebih baik lagi dari tahun 2022.
Di penghujung tahun ini, meski tidak ada cuti bersama bagi para ASN maupun karyawan swasta, mungkin dari profesi yang lain, pun dengan sebagian pengangguran ada kesempatan untuk libur akhir tahun. Nah, kali ini kita akan mengunjungi daerah di Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di daerah bekas kerajaan Pengging, Banyudono.
Di sini, kita akan mengunjungi sebuah mata air atau umbul, juga disebut dengan sendang, yaitu Umbul Leses, terletak di Dusun Soka, Desa Jenengan, Kecamatan Sawit, Boyolali. Posisinya di sebelah selatan dari Kota Pengging sejauh 1,5 kilometer.
Keunikan dari umbul ini, terdapat pohon Leses yang sangat besar berjumlah 5. Dari lima pohon tersebut, dua terbesar di antaranya sudah tumbang, yang satunya juga sudah mati. Untuk kedua pohon terbesar yang telah tumbang tersebut merupakan pohon inti yang berada di lokasi umbul leses. Sedangkan dua pohon leses saat ini yang juga berukuran besar adalah generasinya.
Menurut cerita dari Surasa, penduduk setempat menuturkan, kedua pohon tersebut tumbang pada tahun 2020 dan 2021, serta pohon satunya beberapa tahun sebelumnya, yang ukurannya tidak sebesar kedua pohon tersebut. Ambruknya pohon yang kedua, dahannya mengenai atap rumah miliknya hingga hancur. Namun telah diberi ganti rugi oleh pihak desa. Kebetulan di sekitar umbul atau pohon tersebut, hanya rumah Surasa dan beberapa rumah penduduk yang dekat dengan pohon, untuk rumah lainnya jaraknya jauh dengan lokasi pohon.
Ambruknya pohon tersebut karena usianya yang sudah ratusan tahun, serta banyaknya buah yang menggantung pada dahan dan rantingnya, serta faktor cuaca dan angin, seperti ambruknya pohon yang kedua disertai hujan deras tiga hari tiga malam, tepat di hari malam Jumat, terang Surasa.