Matahari Terbit dari Barat, Membaca Kosmologi Kepemimpinan “Wahyu Keprabon” Presiden 2024

- Apabila, "matahari terbit dari barat" yang berarti kiamat, otomatis nDaru tersebut tidak akan jatuh pada harapan seseorang yang dimaksud -

26 April 2023, 16:51 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Polhukam — Matahari Terbit dari Barat, Membaca Kosmologi KepemimpinanWahyu Keprabon” Presiden 2024

“simbol-simbol semesta yang ditujukan kepada manusia adalah ketetapan yang berasal dari kekuatan yang makrokosmos. Maka dari itu, keberadaan semesta, seperti gugusan galaksi Bima Sakti (bintang/lintang, planet, dsb), yang mana di dalamnya terdapat rangkaian tata surya, seperti adanya Matahari dan Bumi. Dengan demikian, perumpamaan jenis hiperbola dalam konteks ini ‘meskipun matahari terbit dari baratadalah sesuatu yang dibaca melawan kodrat. Ada rasa kejumawaan. Padahal sesuatu yang berdimensi dari langit’ oleh kepercayaan Jawa dianggap sesuatu yang sakral.”

INDONESIA tak diragukan lagi akan khazanah budayanya, salah satunya adalah hal kesusastraannya. Keragaman sastra yang dimilikinya merupakan bukti keluhuran tingginya budaya literasi bangsa Indonesia.

Sastra Melayu, sastra Jawa, Sunda, dsb. dengan ragam jenis sastra di dalamnya, membuktikan bahwa bangsa Indonesia cerdas dalam hal pemikiran hasil dari pengalaman hidup dalam harmoni masyarakatnya dengan keadaan (lingkungan) alam sekitarnya.

Dalam perjalanannya, percampuran budaya adalah proses yang umum terjadi, saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor perdagangan, migrasi, kolonialisasi, dan bentuk interaksi lainnya antar suku dan bangsa menjadikan budaya terus berkembang, dan di titik tertentu menjadikan bentuk budaya baru.

Kesusastraan di Indonesia dalam periodesasi sejarahnya, terbentuk dari era ke era, tumbuh dalam berbagai suasana sosiologis. Seringkali, kesusastraan yang berhubungan dengan bahasa, tidak hanya sekedar sebagai alat komunikasi, tetapi digunakan sebagai nasihat, teguran, atau sindiran, dan perlawanan terhadap bentuk ketidakadilan sosial.

Ambil salah satu saja bentuk sastra yang umum digunakan dalam bahasa tutur bangsa Indonesia hingga saat ini, yaitu peribahasa. Peribahasa yang lazim digunakan sebagai bentuk komunikasi, dalam sistem budaya masyarakat mengandung nilai-nilai keluhuran, pandangan hidup, norma-norma, juga sebagai aturan dan acuan bagi masyarakat.

Peribahasa
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), arti dari peribahasa adalah; (1) kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu (dalam peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan); (2) ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.

Peribahasa dalam penggunaannya sebagai bahasa tutur, pada umumnya memiliki arti yang lugas dan simbolis. Terdapat banyak jenis-jenis peribahasa yang digunakan, seperti jenis bidalan, yang mana terdiri dari susunan kata-kata yang mengandung perbandingan, teladan, nasihat, dan pengajaran. Secara struktur, jenis bidalan termasuk kategori (bentuk) puisi karena memiliki (pola) rima.

Contoh bidalan:
1) Nasi sudah menjadi bubur: Penyesalan yang sudah tidak bermakna lagi.
2) Belum duduk sudah berlunjur: Membuat sesuatu kerja sebelum tiba masanya.
3) Hidup segan mati tak mau: Menggambarkan keadaan seseorang yang serba sulit.

Jenis peribahasa lainnya adalah pepatah. Pengertian pepatah hampir sama dengan bidalan, namun rangkaian katanya berkerat-kerat atau berpatah-patah.

Fungsi dari pepatah ini, digunakan untuk mematahkan pernyataan yang dianggap keliru, atau sebagai bentuk justifikasi.

Contoh pepatah:
1) Air tenang menghanyutkan: Orang pendiam tetapi berilmu banyak.
2) Berjalan pelihara kaki, berkata pelihara lidah: Dalam melakukan suatu pekerjaan hendaknya selalu berhati-hati.
3) Sekali air dalam, sekali pasir berubah: Setiap kali berganti penguasa, berganti pula peraturan yang harus dipatuhi masyarakat.

Peribahasa selanjutnya yang sering digunakan adalah jenis perumpamaan. Perumpamaan adalah; (1) rangkaian kata-kata indah, ringkas, dan kemas, yang mana memiliki maksud yang tersirat. (2) bentuk bahasa yang membandingkan satu hal dengan hal lainnya, biasanya digunakan untuk memberikan penjelasan atau ilustrasi yang lebih mudah dipahami (KBBI).

Isi kalimatnya digunakan sebagai nasihat dengan kata-kata bijak.

Jenis peribahasa perumpamaan ini dimulai dengan kata-kata yang mengandung arti perumpamaan, seperti; bagai, ibarat, laksana, seperti, dan umpama.

Contoh perumpamaan:
1) Bagai duduk di atas bara: Seseorang yang sedang mengalami kebingungan dan kebimbangan di dalam hatinya.
2) Seperti ayam dicampak ke laut: Kehilangan arah atau tidak tahu harus berbuat apa.
3) Seperti bumi dan langit: Perbedaan yang sangat jauh antara dua hal atau orang.

Kesimpulannya, bahasa tutur jenis peribahasa yang tergolong sebagai seni sastra atau kesusastraan, bercirikan; sebagai gambaran atau analogi, perbandingan dua hal, bersifat metaforis, makna yang kompleks/abstrak, ringkas/efektif, pesan yang efektif.

Selain ciri-ciri umum tersebut, fungsi peribahasa adalah; (1) Membuat kalimat lebih menarik. (2) Ide yang kompleks. (3) Kalimat yang deskriptif. (4) Mudah dihafal (diingat). (5) Sebagai kreativitas dan daya tarik suatu karya sastra (literasi tulis).

Terkait

Terkini