Mataram Empire #Sepakat Damai, Bukti Milenial Menembus Linimasa, Entah Siapa Yang Salah?
Seperti foto suporter antara pendukung PERSIS SOLO dan PSIM YOGYA sepakat ikrar #Sepakat Damai keduanya di Prambanan Kali Opak. Artinya disitulah tempat peristiwa penting berlangsung makna simboliknya
Nusantarapedia.net, Jurnal | Sosbud — Mataram Empire #Sepakat Damai, Bukti Milenial Menembus Linimasa, Entah Siapa Yang Salah?
“Hebatnya adalah, meskipun Tragedi Kanjuruhan bukan bentrok antar suporter sebagai rivalitas memperebutkan superioritas antara Singo Edan vs Arek Bonek, tetapi ditafsirkan rusuh antara Singo Edan dengan pihak keamanan (polisi), namun para suporter se-Indonesia buru-buru mendeklarasikan pesan damai bahwa rivalitas antar suporter yang fanatik itu unfaedah. Artinya, para suporter segera lebih jauh lagi menyadari bahaya rivalitas/superioritas/fanatisme suporter antar suporter sudahlah usang, meski secara kasuistik dalam Tragedi Kanjuruhan bukan kerusuhan antar suporter.”
SENADA dengan tulisan sebelumnya yang terbit di Nusantarapedia.net berjudul 10 Tragedi Sepak Bola Terbesar Sepanjang Sejarah, Sepak Bola dalam Antropologi, terkorelasi dengan trending topik Twitter hari ini dengan tagar #Sepakat Damai.
Dari pantauan di Twitter pukul 21.15 WIB (3/10/2022), empat trending topik di Twitter yaitu; (1) Panglima TNI dengan 14,8 rb Tweet. (2) #SepakatDamai dengan 9.332 Tweet. (3) Kapolres Malang dengan 16,9 rb Tweet, dan:(4) Panik dengan 12,5 rb Tweet.
Di sini perlu kita pertegas meski saat ini baru tahap investigasi dari pihak kepolisian, bahwa “Tragedi Kanjuruhan” adalah kerusuhan dalam sepak bola terbesar ke-dua sejagat raya dengan korban tewas sebanyak 131 bahkan disinyalir mencapai 186 korban tewas.
Kejadian tersebut telah membawa ke dalam aneka dimensi dan perspektif, ihwal sepakbola untuk dikupas tuntas, mulai dari aspek sejarah, industri sepak bola hingga kemanusiaan. Terlebih soal teknis, siapa yang bertanggungjawab atas tragedi tersebut, dengan investigasi mendalam akan terketahui jawabannya, “semestinya”.
Tragedi Kanjuruhan menjadikan pengalaman baru, pikiran-pikiran baru hingga menjadikan guru yang terbaik (Experience is the best teacher). Kesemuanya mendorong tumbuhnya pengetahuan untuk dikelola sebagai alat menuju tujuan yang diharapkan (knowledge management), khususnya generasi milenial yang kerap dikambinghitamkan terputus dari sejarahnya. Generasi yang dianggap terlepas (decoupling) dari tatanan nilai terdahulu-sekarang-masa depan. Oleh hemat penulis adalah narasi kapitalisme untuk merusak tumbuhnya budaya berpikir atau berpengetahuan dengan seolah-olah dihadapkan pada “kehidupan baru”, seperti narasi transformasi digital, digital native, urban style, materialisme, misalnya, dan sebagainya.
Dalam konteks Tragedi Kanjuruhan, investigasinya layaknya teknik dasar pengumpulan informasi dalam memecahkan masalah dengan rumus 5W 1H.
What : Apa yang terjadi?
Who : Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?
Why : Mengapa hal itu bisa terjadi?
When : Kapan peristiwa itu terjadi?
Where : Di mana peristiwa itu terjadi?
How : Bagaimana peristiwa itu terjadi?
Tentu secara yuridis dalam konteks ini, teknik 5W 1H jelas diperlukan, tak hanya itu, tehnik 5W 1H akan dapat menguak tabir antropologi sepakbola Indonesia, mulai dari hal perilaku suporter hingga rekam jejak antropologi sejarah kebudayaan yang menghadirkan rivalitas/persaingan disegala bidang.