Mbah Iko, Penjaga Literasi Kuna
Melemahnya kekuatan Kesultanan Utsmaniyah Turki (terakhir) yang direbut oleh Kemal Attaturk berpengaruh pada penggunaan huruf pegon diseluruh kawasan pengaruh Utsmaniyah

Nusantarapedia.net, Jurnal | Citra Persona — Mbah Iko, Penjaga Literasi Kuna
MBAH Iko, bertempat tinggal di dusun Sewan, desa Kahuman Ngawen Klaten, demikian warga memanggilnya. Nama lengkapnya Jumiko, seorang kakek usia 80 tahun ini kini hanya tinggal bersama seorang cucunya. Istri dan anak perempuannya meninggal dunia enam tahun yang lalu.
Mbah Iko, salah satu dari dua generasi emas zamannya yang fasih membaca tulisan arab pegon. Di teras rumahnya, kami sambang niat hati “ngangsu kawruh” padanya. Rendah hatinya membuat kami agak memaksanya agar berkenan menunjukkan kepiawaiannya.

Desa Sewan, Kahuman, Ngawen Klaten. Sebuah Desa dengan energi spiritual yang pekat terdapat banyak cerita sejarah yang perlu digali.
Penemuan Prasasti Upit menjadi bukti bahwa Desa Kahuman (Ngupit) adalah salah satu desa tertua pada abad ke-9. Banyaknya nisan kuna dan petilasan candi, membuktikan bahwa Desa ini sudah lahir sejak era Rakai Pikatan di Medang hingga Mataram Islam.
Desa ini menjadi tonggak lahirnya peradaban Hindu hingga Islam. Termasuk poros strategis bagi pemerintahan pada eranya, sebagai pusat sosial budaya masyarakat, khususnya bidang spiritual dengan kefahaman yang berkembang pada eranya masing-masing.
Mbah Iko, mewarisi naluri spiritual desa tersebut dari sejarah panjang desa Kahuman sebagai pusat kebudayaan.
Sewaktu kami berkunjung ke rumahnya, beliau berkata, “Aku ki ora iso, lho, Ndhuk. Wong gur isoh-isohan,” ungkapnya malu-malu.
Mbah Iko belajar arab pegon sejak kecil pada gurunya, Mbah Saji, namanya. Ia biasa menggunakan kemampuannya ini untuk mengisi kultum di mushola dekat rumahnya.
Kami menyimak Mbah Iko membaca arab pegon dari buku yang ia pegang. Buku lawas dan usang terbitan Pekalongan 25 tahun lalu itu masih sering ia pakai untuk belajar agama.
“Aku luwih paham sinau nganggo buku iki, ketimbang buku saiki sing istilahe angel-angel, Ndhuk,”
Ya, buku lawas yang memuat tulisan arab pegon ini yang bertahun-tahun menemaninya belajar agama, hingga ia menyampaikannya pada jamaahnya. Bertuliskan Arab tapi berbahasa Jawa yang sederhana, dan tetap menyertakan ayat Qur’an dan Hadits sebagai dasar.
Selain menyimpan kekayaan budaya, desa Kahuman juga menyimpan kekayaan intelektual. Mbah Iko dan arab pegon, simbol pendakwah antimainstream dan penjaga literasi kuno. Juga simbol upaya perlawanan pada kolonial penjajah.
