MEGATHRUST! Tulisan Ini Informatif – Bukan Hoaks, Mengingatkan Kembali Tsunami Selatan Jawa dalam Serat Sri Nata

Ratu Kidul perlahan berkata: - “Selama ini aku belum pernah menyaksikan, Samudra menjadi pesisir” (pantai), Bahkan panasnya air, bagaikan api sangatlah panas airnya, Semua ikan mati, Mungkin hari kiamat ini -

13 Desember 2022, 15:39 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | ESDM — MEGATHRUST! Tulisan Ini Informatif – Bukan Hoaks, Mengingatkan Kembali Tsunami Selatan Jawa dalam Serat Sri Nata

“Gempa itu tidak membunuh dan melukai, yang melakukan itu semua adalah bangunan yang roboh.”

SERAT Sri Nata adalah versi pesisiran dari Babad Tanah Jawi, adalah subjek manuskrip kesusastraan Jawa yang berkembang pada tahun 1795 Jawa dengan candrasengkalan buta sanga nunggang wulan atau tahun 1866 Masehi.

Babad Tanah Jawi sendiri adalah kitab induk sejarah raja-raja Jawa yang ditulis dua kali edisi pada era Mataram Kartasura, yang pertama adalah induk Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh Carik Tumenggung Tirtowiguno (Carik Braja) atas perintah Pakubuwana III (1788). Setelahnya, pada tahun 1874, Johannes Jacobus Meinsma menerbitkan versi gancaran (prosa) dari induk ini yang dikerjakan oleh Ngabehi Kertapraja.

Manuskrip ini telah di alih bahasa dan alih aksara (ditransliterasikan) oleh Anton Suparnjo Dipomenggolo ke dalam catatan teks dalam bahasa Indonesia dan Jawa.

Serat Sri Nata berwujud tembang Jawa, yaitu bermetrum Sekar Macapat, terdiri dari 134 pupuh 4.417 pada. Isi di dalamnya (Babad Tanah Jawi) yang mengetengahkan sejarah raja-raja Jawa, mulai dari nabi Adam sebagai nenek moyang dari raja-raja Hindu sampai Islam di tanah Jawa, seperti raja dari Kerajaan Medang, Kediri-Tumapan-Majapahit dan puncaknya Mataram Islam.

Pada kesimpulannya, kebenaran sejarah dalam Babad Tanah Jawi termasuk manuskrip lainnya, seperti halnya bagiannya Serat Sri Nata, bahwa kebenarannya tidak bisa dipastikan, harus dengan pendekatan kritis-analitis, perlu diverifikasi lebih mendalam. Namun demikian, apa yang diketengahkan dalam Babad Tanah Jawi dapat memberikan petunjuk.

Di dalam Serat Sri Nata, ada hal yang dapat memberikan petunjuk akan garis waktu, yaitu hal gempa bumi. Meski perlu diverifikasi lebih lanjut, bahwa ada tembang yang mengetengahkan mengenai kejadian tsunami, atau dalam konteks saat ini diprediksi akan terjadinya gempa megathrust yang menyebabkan tsunami.

Serat Sri Nata dari Babad Tanah Jawi”
Kilat thathit abarungan
Panjenegur swara kagiri-giri
Narka yen kiyamat iku
Toya minggah ngawiyat
Apan kadya amor mina toyanipun
Semana datan winarna
Ratu kidul duk miyarsi

Lagya sare kanthi denta
Kagegeran manahe Sang Sung Dewi
Dene naga samya mlayu
Arsa minggah perdata
Ratu Kidul alon denira amuwus
Selawas sun durung mulat
Samodra pan dadi kisik

Dene panase kang toya
Anglir agni klangkung panasing warih
Mina sedaya pan lampus
Baya ari kiyamat

Terjemahan :
Kilat dan halilintar bersamaan
Gemuruh suaranya menakutkan
Mengira bahwa itu adalah kiamat
Air naik ke angkasa
Bahkan, seperti bercampur dengan ikan airnya

Pada saat itu tidak dikisahkan
Ratu Kidul saat mendengarnya
Sedang tidur beralaskan gading
Kacau hati Sang Dewi
Bahkan naga pun semua lari
Ingin naik untuk berkelahi(?)

Ratu Kidul perlahan berkata:
“Selama ini aku belum pernah menyaksikan,
Samudra menjadi pesisir” (pantai)
Bahkan panasnya air, bagaikan api
sangatlah panas airnya
Semua ikan mati
Mungkin hari kiamat ini

Dalam tulisan sebelumnya yang terbit di media ini berjudul Tsunami Alat Legitimasi, Ungkap Peristiwa berbasis Geo-Mitologi, bahwa mengungkap kasus Tsunami di laut selatan berdasarkan catatan dalam Serat Sri Nata-Babad Tanah Jawi.

Terkait

Terkini