Melihat Jejak Masa Lalu Melaka
- jika membayangkan bakal menemukan kota pelabuhan dengan berbagai kapal yang lalu-lalang di Melaka, Anda salah besar. Semua aktivitas pelabuhan sudah tidak ada di kota ini -
Perjalanan menyusuri masa lalu Melaka baru akan lengkap setelah mengunjungi berbagai bangunan peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Salah satu tempat yang wajig dikunjungi, yaitu Stadhuis (orang Malaysia menulisnya Stadthuys) atau Balai Kota. Untuk orang Indonesia, Stadhuis di Melaka mungkin terasa amat akrab. Maklumlah bentuk dan ukuran bangunannya sama persis seperti Museum Sejarah Jakarta yang populer dengan Museum Fatahillah.
Bangunan yang didirikan pada 1650 itu awalnya menjadi kediaman resmi Gubernur Jenderal Belanda. Sekarang, bangunan yang terkenal dengan menara jam dan air mancurnya itu dijadikan Museum Sejarah dan Etnografi.
Sisa bangunan Gereja St. Paul yang didirikan bangsa Portugis pada 1521
Dari Stadhuis, berjalanlah sedikit lagi St. Paul Hill tempat Gereja St. Paul berada. Perjalanan mendaki bukit ini cukup melelahkan, tetapi rasanya sebanding dengan apa yang akan disaksikan; bekas bangunan Gereja St. Paul yang didirikan oleh seorang kapten Portugis bernama Duarte Coelho pada 1521. Bangunan ini semula bernama Kapel Our Lady of The Hill dan oleh Pemerintah Kolonial Belanda diubah menjadi Gereja St. Paul. Bangunan gereja yang dibangun bergaya Portugis ini tampak tidak utuh lagi, sebagian dinding dan atapnya sudah hancur. Walaupun begitu, keindahan dan kemegahannya masih tetap dapat disaksikan.