Melukis Cinta dengan Warna Harapan
Nusantarapedia.net | SASTRA — Melukis Cinta dengan Warna Harapan
Oleh : Hasan Hasir
PANJI terdiam, matanya tertuju pada secangkir kopi yang telah dingin. Aroma pahitnya mengingatkannya pada rona-rona perasaan yang sedang ia lalui. Pesan singkat dari Dewi, yang diterima melalui seorang sahabat, masih bergema di kepalanya. Kata-kata kasar itu sempat membuat hatinya terperanjat.
Tapi, Panji tak ingin terpuruk dalam kesedihan. Ia segera mengalihkan pada kenangan indah bersama Dewi, masa-masa bahagia yang pernah mereka lalui selama lebih dari 7 purnama. Dia tahu, hubungan cinta bersama Dewi tak akan mudah padam begitu saja. Panji yakin, bahwa hubungan cintanya mampu melewati setiap tantangan.
Panji teringat akan kuas yang tergeletak di atas meja lukis dekat kanvas yang sudah sejak tadi bergeming dalam hening. Di tengah rasa yang menggerogoti hatinya, sebuah inspirasi muncul. Ia ingin kembali melukis, menuangkan segala perasaan dan harapannya ke dalam karya.
Seolah terlahir kembali, Panji mendekatkan dirinya pada dunia seni. Setiap goresan kuas bagaikan nyala api yang menerangi. Ia merasa terlahir kembali, hidupnya menemukan makna yang lebih dalam. Melalui seni, Panji menemukan kekuatan baru, ia yakin bahwa kebahagiaan selalu menemani perjalanannya.
Panji mulai menyadari bahwa kata-kata kasar Dewi bukanlah cerminan dari hatinya yang sebenarnya. Ia menduga bahwa Dewi sedang kecewa, sedang mencari jalan keluar dari kegelisahannya. Ia mengerti bahwa kata-kata Dewi hanyalah sebuah ungkapan dari perasaannya yang sedang terguncang.
Panji yakin bahwa Dewi masih mencintainya dan secepatnya segera kembali ke jalan yang benar. Cinta mereka seperti dua buah bintang yang terpisah oleh jarak, tetapi tetap terikat oleh gaya gravitasi yang tak terlihat, dan selalu menemukan jalan kembali satu sama lain.
Malam ini, Panji menghirup udara yang sejuk dengan hati yang tenang. Ia memercayai bahwa semua segera kembali baik-baik saja. Ia membayangkan Dewi di sampingnya, berusaha memahami perasaannya. Ia ingin menunjukkan padanya bahwa cinta mereka selalu ada, bagaikan bintang yang bersinar terang di tengah kegelapan, menjadi cahaya yang menuntun Dewi kembali ke jalan yang benar.
Panji bangkit dari duduknya, melihat bayangan bulan yang memantul di permukaan kopi. Aroma pahitnya menyeruak, mengingatkan padanya bahwa rasa sakit akan menghilang seiring waktu. Ia yakin bahwa Dewi mulai memahami perasaannya dan mereka kembali bersama.
Panji kembali menatap ke arah kanvas yang masih putih polos, senyuman terkembang di bibirnya, karena sebuah harapan menyeruak dalam hatinya. Ia mulai menghidupkan kembali cinta mereka melalui karya-karya seninya. Ia yakin bahwa cinta mereka sanggup menaklukkan segalanya. (Hsn)
Hasan Hasir | tinggal di Bangkalan Madura, jurnalis di NPJ, pegiat literasi dan seni budaya Madura