Membajak Sawah dengan Kerbau
Sumedi tetap mempertahankan kerbau untuk membajak sawah. Kerbau warisan simbah, yang entah sampai kapan dipekerjakan untuk menggemburkan tanah sawah yang mentah untuk di olah menjadi sawah yang produktif.

Nusantarapedia.net, Galeri | Potret Sosial — Membajak Sawah dengan Kerbau
“Sumedi tak punya target, cukup mengalir apa adanya. Sumedi penjaga identitas kultural budaya pertanian, simbol dan spirit kemerdekaan tani. Namun sesungguhnya, Sumedi menjaga ritme ekosistem lingkungan hidup.”
Membajak sawah dengan kerbau merupakan pemandangan langka saat ini. Jarang ditemukan aktivitas tersebut di pedesaan sekalipun, terlebih di daerah pinggiran perkotaan yang terus berkembang menjadi kawasan hunian, industri maupun kawasan bisnis.
Hal tersebut yang semakin mempersempit lahan pertanian persawahan di pinggir-pinggir kota tergeser, dengan alih fungsi lahan sebagai dampak pertumbuhan kota.
Adalah Sumedi, seorang lelaki berusia 58 tahun, warga desa Karangayu, kecamatan Pemalang kota yang masih membajak sawah dengan kerbau tinggalan (warisan) dari simbah yang turun-temurun berkembang biak.
Lelaki lulusan STM Pertanian tahun 1981 ini, mengungkapkan bahwa membajak sawah dengan menggunakan alat pembajak yang ditarik kerbau, hasilnya lebih bagus dibandingkan memakai mesin traktor.
Jika memakai traktor, pinggiran tanah tidak bisa terkena lindasan mesin traktor, kalau memakai kerbau, semua sudut tanah persawahan bisa di jangkau dengan injakan kaki kerbau. Hanya saja, jika mengolah lahan sawah dengan memakai hewan bertanduk ini kalah cepat dibandingkan dengan mesin traktor.
Jaman berganti, arus modernisasi terus menyeruak ke dalam sendi-sendi kehidupan. Roda kehidupan terus berputar. Dahulu melihat kerbau-kerbau dan areal persawahan yang luas adalah pemandangan sehari-hari, kini telah jarang ditemukan, kecuali dereten pertokoan, perumahan, industri dan pembangunan utilitas kota lainnya. Sawah benar-benar telah beralih fungsi dan guna.
Saat ini kerbau di pelihara bukan untuk membajak sawah, tetapi banyak di ternak untuk pemanfaatan dagingnya, guna memenuhi kebutuhan pasokan daging rumah tangga, rumah makan, pedagang bakso dan soto. Diketahui, budaya di pesisir utara Jawa Tengah dari Brebes sampai Kudus tradisi mengkonsumsi daging kerbau merupakan hal umum, karena masih banyak masyarakat yang pantang memakan daging sapi.
Sumedi tetap mempertahankan kerbau untuk membajak sawah. Kerbau warisan simbah, yang entah sampai kapan dipekerjakan untuk menggemburkan tanah sawah yang mentah untuk di olah menjadi sawah yang produktif.
Sumedi tak punya target, cukup mengalir apa adanya. Sumedi penjaga identitas kultural budaya pertanian, simbol dan spirit kemerdekaan tani. Namun sesungguhnya, Sumedi menjaga ritme ekosistem lingkungan hidup.





Pemalang, Juni 2022 | Ragil74
Tawid Di Malam Takbiran
Terlelap
Buyung, Pengemis Berkaki Buntung
Penjual Sapu Yang Menyesal Tak Bersekolah
Menjaga Nyala dalam Kerentaan
Pulau Reklamasi Pesisir Jakarta
Pendulum Kapitalisme dan Sikap Intelektual Muslim Kita (2)
Lebaran Berlalu dengan Energi Kemenangan, Saatnya Kembali ke Sawah dan Ladang
Pembangunanisme, Rumah Berlindung Pemekaran Daerah (1)