Memenuhi Hak Bertetangga dalam Islam

4 Agustus 2023, 10:13 WIB

Nusantarapedia.net | JURNAL, RELIGI — Memenuhi Hak Bertetangga dalam Islam (Khutbah Jumat edisi ke-368 – 28/7/2023)

Oleh: Ust. Denis Arifandi Pakih Sati, Lc., M.H. (Bidang Pembinaan dan Kaderisasi, PW Ikadi/Ikatan Da’i Indonesia DIY)

ا حلََْ حمَدُ ه لَِلَّ ا هلََّ حي أمََرَ باَلحعَ حدلَ وَا حلْ ححَسَان، وَنََهََ عَنَ الحقَطَيحعَة وَالحعُ حدوَان، سُبححَانهَُ أمََرَ باَ حلْ ححََسَانَ إَلََ ا حلْاَر، وَحَ هذرهَُ حم مَنَ ا حلْذَى وَالحعَار. وَأ حشهَدُ أ حنَ لََ إلََََ إ هلَ ا هلِلُّ و ححَدَهُ لََ شَََيكَ لََ، وعََدَ الحمُ ححسَنَ حيَْ باَلثهوَابَ فََِ دَارَ الحقَرَار، وَأح شهَدُ أ هن سَيدَِّناَ مُُ همَدًا عَبحدُهُ وَرسَُولَُ، ق حدُوَةَ الحمُ هتقَ حيَْ وَإمََامَ ا حلْبحرَار، فصََ ه لّ الَلهُ عَليَحهَ وَعََلَ آلَََ وَصَ ححبَهَ وسََلهمَ ت حسَلَيحمًا كَثَ حيًْا.
أ هما بَ حعد؛ فَ ياَ عَباَدَ الله، أ حوُصَيحكُ حم وَنَ حفسَِ بتََ حقوَى الله فَقَ حد فَاَزَ الحمُ هتقُون، قاَلَ تَعَالََ: ))ياَ أ يَ هَا
ا ه لََّ حينَ آمَنوُا ا هتقُوا اللهَ حَ هق تُقَاتهََ وَلََ تَمُح وتُ هن إ هلََ وَأ حنتُ حم مُ حسلَمُ حونَ((

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Islam menempatkan tetangga sebagai bagian teramat penting dalam hidup seorang Muslim. Pepatah Arab mengatakan, “al-Jār Qabla ad-Dār”, tetangga dulu sebelum rumah. Kenapa? Sebab betah atau tidaknya kita di rumah, sering kali dipengaruhi oleh sikap tetangga. Jika tetangganya baik, insya Allah kita akan merasa betah. Apalagi kalau tetangga sudah kita anggap seperti saudara sendiri. Itu merupakan nikmat yang luar biasa. Sebaliknya, kalau tetangga kita jahat dan culas, maka kehidupan terasa seperti di neraka. Tidak betah dan rasanya ingin segera pindah.

Khutbah kali ini akan mengupas pandangan Islam tentang keutamaan bersikap baik terhadap tetangga, hak-hak mereka yang harus ditunaikan, dan apa makna tetangga dalam Islam.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Hak tetangga merupakan salah satu masalah besar dalam Islam. Jibril ’alaihissalam terus-menerus menasihati Rasulullah saw. tentang perkara tetangga, sampai beliau menyangka Jibril akan menjadikan tetangga sebagai salah satu ahli waris. Beliau saw. bersabda: مَا زَالَ يوُصَينَِ جَ حبَْيلُ باَ حلْاَرَ، حَ هتَّ ظَن نَحتُ أنَههُ سَيوَُرِّثهُُ
“Jibril selalu menasihati masalah tetangga, sampai saya menduga bahwa seorang tetangga akan mewarisi tetangganya.” (H.r. Muttafaq ‘alaih)
Masalah ini, juga dijelaskan dalam al-Qur`an al-Karim:
وَا حعبدُُوا ا هلِلَّ وَلََ ت حشَُْكُوا بهََ شَيحئاً ۖ وَباَلحوَالََِيحنَ إ ححَسَاناً وَبذََي الحقُ حربََٰ وَا حلْتَاَمََٰ وَالحمَسَاكَيَْ وَا حلْاَرَ ذَيَ الحقُ حربََٰ وَا حلْاَرَ ا حلْنُبَُ وَال هصاحَبَ باَ حلْنَحبَ وَابحنَ ال هسبَيلَ وَمَا
مَلكََ حت أ حيمَانكُُ ح م ۖ إَ هن ا هلِلَّ لََ يَُُ ب مَ حن كََنَ مُُحتاَلًَ فَخُورًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.s. An-Nisa`: 36).

Nabi Muhammad saw. mendorong umatnya untuk berbuat baik dan memuliakan tetangga, sebagaimana sabdanya: وَمَ حن كََنَ ي حؤُمَنُ باَ هلِلَّ وَا حلْ حوَمَ ا حلْخَرَ فَلحي حكُرَ حم جَارهَُ

“Siapa yang beriman kepada Allah Swt dan Hari Akhir, maka muliakanlah tetangganya.” (H.r. Muttafaq ‘alaih).
Bahkan, berbuat baik kepada tetangga merupakan bagian dari keimanan dalam Islam, sebagaimana sabda Rasulullah saw.

وَا ه َلَّي نَ حفسَِ بيَدََ َه لََ ي حؤُ َمنُ عَبحدٌ حَ هتَّ َيُُ هب َلْاَر َهَ أ حوَ قاَلَ لَْخََيهَ مَا َيُُ ب َلَِ حفسَهَ

“Demi jiwaku yang berada dalam genggamannya, tidak beriman seorang hamba sampai dia mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (H.r. Muslim).

Orang yang berbuat baik kepada tetangga merupakan manusia terbaik di sisi Allah Swt., sebagaimana firman-Nya:خَ حيُْ ا حلَْ حصحَابَ عَنحدَ ا هلِلَّ خَ حيُْهُ حم لصََاحَبَهَ وخََ حيُْ ا حلَْيَْانَ عَنحدَ ا هلِلَّ خَ حيُْهُ حم لَْاَرَهَ

“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah Swt adalah orang yang terbaik di antara mereka kepada sahabatnya. Dan sebaik-baik tetangga di hadapan Allah Swt adalah orang yang paling baik kepada tetangganya di antara mereka.” (H.r. Tirmidzi).

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Siapakah tetangga dalam pandangan Islam? Tetangga adalah orang yang berada di samping Anda, baik Muslim maupun non-Muslim. Pengertian detailnya di kalangan ulama, banyak sekali. Namun, makna yang paling tepat adalah sesuai dengan ’urf atau adat dan kebiasaan yang berlaku di suatu masyarakat. Artinya, jika suatu masyarakat memaknai tetangga adalah satu R.T., maka itulah maknanya. Beda budaya, tentu beda pula mengartikannya.

Dalam Islam, tetangga juga mempunyai tingkatan yang berbeda, sesuai kadar kedekatannya. Hak antara tetangga yang satu dengan tetangga yang lainnya berbeda, sesuai dengan tingkatannya. Ada tetangga Muslim yang masih ada ikatan kerabat. Ada tetangga non-Muslim, tetapi masih memiliki hubungan kekerabatan. Ada tetangga non-Muslim yang tidak memiliki hubungan kekerabatan sama sekali.

Secara umum, hak bertetangga itu sama saja dalam pelaksanaannya. Namun, jika ditambah dengan hubungan kekerabatan dan hubungan akidah, maka haknya bertambah di sisi lainnya.

Ada orang yang beranggapan bahwa tetangga hanyalah orang yang rumahnya berada di dekatnya. Pendapat ini memang tidak salah. Namun, juga tidak sepenuhnya benar. Itu hanyalah salah satu makna tetangga. Banyak bentuk lainnya yang termasuk dalam makna tetangga. Ada tetangga dalam kerja, tetangga di pasar, tetangga di sawah dan kebun, tetangga di bangku sekolah dan kuliah, dan lain sebagainya.

Terkait

Terkini