Memilihkan Sekolah Untuk Anak di Awal Usia Sekolah

Selain potensi dan ketertarikan anak, memilihkan sekolah juga harus memperhatikan karakter anak itu sendiri. Beberapa karakter menonjol pada anak adalah seperti; aktif, senang bersosialisasi, percaya diri, problem solver, senang belajar, berjiwa petualang.

6 Juni 2022, 17:44 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | PendidikanMemilihkan Sekolah Untuk Anak di Awal Usia Sekolah

“Ekspektasi yang diterakan pada anak membangun tembok di bawah alam sadarnya. Tembok tersebut membatasi pikiran mereka ke depan untuk mengeksplorasi kemampuan alami mereka.”

Memiliki anak yang ceria dan mengikuti alur tumbuh kembangnya adalah anugerah yang tak ternilai. Anak yang sehat adalah aset orang tua yang paling penting. Generasi yang akan membangun peradaban bangsa, tentu bermula dari keluarga dengan anak-anak yang memiliki tumbuh kembang dan perkembangan emosi yang baik.

Tentu, pola asuh dan edukasi orang tua dan lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan emosi dan kognisi anak. Pemilihan sekolah merupakan bagian dari upaya mengedukasi anak melalui bantuan lembaga pendidikan formal. Memilihkan sekolah untuk anak di awal usia sekolahnya merupakan tantangan tersendiri bagi orang tua. Memerlukan strategi dan trik khusus agar anak menemukan tempat bersosialisasi dan beraktualisasi yang tepat.

Mengenali potensi dan passion anak adalah hal pertama dan utama yang perlu diperhatikan orang tua dalam memilihkan sekolah untuk buah hati. Anak lahir secara fitrah merdeka. Ia tidak memiliki kewajiban untuk memenuhi ambisi oraang tua yang belum terwujud. Jadi, memilihkan sekolah untuk anak tak boleh sekadar untuk memenuhi ambisi orang tua. Orang tua yang terlalu memaksakan idealismenya pada anak-anak, akan berakibat fatal pada masa depannya.

Potensi anak bermacam-macam, dan tentu setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda. Ada anak yang berpotensi dan hobi di bidang seni, olah raga, akademis (sains, matematika atau bahasa), maka orang tua perlu memilihkan sekolah yang concern terhadap bidang-bidang tersebut.

Selain potensi dan ketertarikan anak, memilihkan sekolah juga harus memperhatikan karakter anak itu sendiri. Beberapa karakter menonjol pada anak adalah seperti; aktif, senang bersosialisasi, percaya diri, problem solver, senang belajar, berjiwa petualang. Nah, orang tua perlu mencari sekolah yang akan mendukung karakter-karakter baiknya berkembang.

Tentu, tidak ada sekolah yang tak mendukung perkembangan setiap anak didiknya. Hanya saja, pencapaian, visi misi setiap satuan pendidikan berbeda-beda meskipun mengacu pada kurikulum yang sama. Ada sekolah unggul dalam pencapaian akademisnya, pengembangan pengetahuan budaya dan seni atau sekolah yang berbasis religi, tentu memiliki target dan pencapaian yang berbeda lagi.

Orang tua perlu mempelajari banyak hal agar bijaksana dan dewasa dalam mengambil keputusan tentang masa depan anak. Orang tua yang tak pandai mengenali potensi, ketertarikan dan karakter anak akan terjebak pada kesalahan pemilihan tempat belajar. Ini akan berakibat terhambatnya proses belajar anak.

Anak menjadi tidak nyaman, merasa tak menjadi dirinya sendiri, hanya sebagai robot yang bertugas memenuhi ambisi orang tua. Terlebih orang tua yang hanya ingin terlihat ‘wah’ dengan menyekolahkan anaknya pada sekolah full day yang mahal, sementara karakter anaknya tidak ter-support oleh system yang berlaku di sekolah full day, anak tidak bisa belajar terlalu lama, misalnya.

Tidak ada salahnya orang tua memasang ekspektasi lebih pada anak-anak. Yang menjadi masalah adalah ketika ekspektasi itu menjadi ambisi yang harus terwujud. Sekilas, harapan itu terkesan sebagai bagian dari pendidikan anak agar bisa menjalani hidup lebih baik di masa depan. Namun, ada kalanya keinginan itu berujung pemaksaan.

Pengalaman pahit orang tua ketika masa muda, bisa jadi faktor utama pemaksaan kehendak pada anak. Orangtua tak mau anaknya mengulangi kesalahan dan selalu berharap anaknya hidup lebih baik.

Seperti dikutip dari laman Psychology Today, ekspektasi yang diterakan pada anak membangun tembok di bawah alam sadarnya. Tembok tersebut membatasi pikiran mereka ke depan untuk mengeksplorasi kemampuan alami mereka.

Anak dilahirkan dengan kemampuannya sendiri dan yang mereka bisa lakukan saat berkembang adalah memaksimalkan kelebihan mereka. Ada kalanya kemampuan anak tidak bertemu dengan ekspektasi orangtua.

Dikutip dari laman tirto.id, berikut, ikuti tips memilih sekolah untuk anak menurut Kemendikbud:

1) Jarak sekolah yang tidak terlalu jauh Faktor utama dalam memilih sekolah untuk anak adalah jarak sekolah yang tidak terlalu jauh. Jika memilih sekolah dengan jarak tempuh yang terlalu jauh, hal itu bisa membuat anak kecil kelelahan di jalan. Rasa lelah itu bisa membuat anak tidak dalam suasana hati yang baik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah.

2) Pembelajaran yang menyenangkan Suasana belajar yang menyenangkan, tidak membosankan, dengan menu belajar yang variatif akan membuat anak senang belajar. Hal tersebut tidak kalah pentingnya dengan kepribadian guru-guru pengajarnya. Guru yang ramah, suka tersenyum, dan baik hati, akan membuat anak merasa nyaman, merasa diterima sehingga membuat mereka senang bersekolah.

3) Pilih sekolah yang berpihak pada perkembangan anak Pilih sekolah yang berpihak kepada perkembangan anak, yaitu melalui pendekatan pembelajaran terpadu atau menyeluruh. Hal ini bisa dilihat dari metode dan kegiatan pembelajarannya, apakah dapat merangsang perkembangan anak secara optimal. Perkembangan anak secara optimal tersebut mencakup enam aspek perkembangan anak, yaitu moral agama, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni. Semua itu penting untuk perkembangan anak.

4) Penataan kelas atau lingkungan sekolah Salah satu ciri anak adalah suka bergerak aktif, seperti berlari. Pastikan penataan lingkungan mampu memberikan ruang gerak untuk anak. Tak hanya itu, pastikan pula penataan kelas mengasyikkan dan aman bagi anak untuk belajar serta bermain.

5) Program belajar sekolah Program belajar tak kalah pentingnya dalam memilih sekolah untuk anak. Sebagai contoh, masa sekolah di TK adalah saat pertama mencari teman, dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Untuk itu, pastikan program belajar di sekolah mampu memberi peluang bagi anak untuk bisa melakukan hal tersebut.

Pastikan pula sekolah memiliki program yang optimal dalam melatih kemandirian anak, seperti toilet training, memakai dan melepas sepatu sendiri, makan sendiri, memakai dan melepas baju dan banyak lagi. Begitu pula dengan pelajaran di luar sekolah yang sangat penting untuk belajar bersosialisasi dengan alam dan lingkungan baru.

Di antara panjangnya narasi di atas, yang lebih penting adalah bagaimana orang tua menanamkan sejak dini attitude yang baik, bagaimana adab berinteraksi kepada sesamanya. Sejauh apapun anak-anak ‘berlari’ tempat bermula ‘sekolah’ adalah keluarga, muaranya pun kembali pada keluarga, dalam hal ini orang tua. Sekolah adalah candradimuka yang bertugas membantu orang tua mendidik anak-anak. Hanya membantu, tugas utama mendidik tetaplah jatuh pada orang tua.

Kemunduran Attitude, di Tengah Masifnya Pendidikan Karakter
Merdeka Belajar, Antara Idealisme dan Angan-angan
Soneta Tatengkeng, ”Berikan Aku Belukar” Kekayaan Semesta yang Terabaikan dalam Proses Pembelajaran
Mabok ISBN, Akhirnya Ditegur, Ayo Sadar Mutu!
Menjadi Pegiat Literasi
Dekonstruksi Pemahaman Teori Kritis
Mimetisme Media
Mengenal Character Building
Museum, Mengembalikan Jati Diri Melalui Sejarah

Terkait

Terkini