Menaklukkan Hati Nita

15 Oktober 2024, 18:55 WIB

Nusantarapedia.net | SASTRA — Menaklukkan Hati Nita

Oleh : Hasan Hasir 

CAHAYA mentari sore menembus kaca jendela kantor Nita, menerangi lobi yang tampak sepi. Ahmad melangkah masuk, jantungnya berdebar kencang. Tujuh tahun sudah berlalu, sejak terakhir kali ia melihat Nita, sejak ia memakaikan gelang manik kayu ke pergelangan tangan Ahmad.

Nita berdiri di dekat meja resepsionis, senyumnya merekah saat melihat Ahmad. Senyum yang dulu membuat jantungnya berdebar kencang, kini terasa sedikit berbeda, lebih getir, dengan sedikit kerutan halus di sudut matanya.

“Kamu datang,” ucapnya, suaranya masih lembut seperti dulu, namun dengan sedikit kelelahan. “Lama tidak bertemu.”

“Ya, aku datang,” jawab Ahmad, suaranya sedikit gemetar karena gugup. Ia menjulurkan tangan untuk menyalami Nita. Nita menyambutnya dengan tangan yang terasa dingin, senyumnya terasa dipaksakan.

Ahmad menarik napas dalam-dalam sebelum memulai kalimat yang terpendam selama tujuh tahun. “Nita, aku ingin jujur padamu. Aku datang kemari untuk mengungkapkan perasaan yang terpendam selama ini. Aku mencintaimu.”

Mata Nita membulat, terkejut. “Kamu tidak sedang main-main, bukan?!”

Ahmad menggeleng, matanya menatap Nita penuh harap. “Ya, Nita. Aku mencintaimu.”

Senyum Nita langsung memudar. Ia menghela napas panjang. “Aku tahu kamu mencintaiku, Ahmad. Aku juga pernah merasakan sesuatu yang spesial saat bersamamu. Tapi, setelah tujuh tahun lalu, hidupku berubah.”

“Ada apa, Nita?” tanya Ahmad, suaranya sedikit meninggi karena khawatir.

“Tujuh tahun lalu, aku menolakmu. Sejak saat itu, aku bertemu dengan banyak pria. Ada empat orang yang kini juga menginginkan cintaku. Mereka berbeda dari kamu, Ahmad. 

Mereka orang-orang kaya, berstatus, dan memiliki kekuasaan.” Nita menyebutkan nama-nama mereka, Ardian, Mahendra, Rendra, dan Abi, nama-nama yang cukup akrab di telinga Ahmad.

Ahmad terdiam, rahangnya terasa kaku. “Nita, apakah cintamu hanya diukur dengan harta benda? Aku mencintai mu dengan tulus. Aku ingin menikahimu, menjagamu.”

Nita menunduk, air matanya berkaca-kaca. “Maaf, Ahmad. Ini pilihan sulit. Aku menghargai perasaanmu. Tapi, aku juga ingin mencoba mendapatkan kebahagiaan yang aku impikan.”

Nita, berilah aku kesempatan. Berikan aku waktu untuk membuktikan bahwa aku bisa membahagiakanmu. Beri aku kesempatan untuk menaklukkan hatimu,” mohon Ahmad.

Nita menatap Ahmad dengan mata yang penuh pertanyaan. “Bagaimana kalau kita bersaing? Aku akan memberimu kesempatan. Tapi, kamu harus bersaing dengan empat pria lainnya. Yang menang hatiku akan menjadi pilihan ku.”

Ahmad terdiam, kesempatan yang teramat tipis. Ia menatap Nita, mencoba melihat  sinar harapan di dalam matanya. “Aku  bersedia bersaing, Nita. Aku akan  berjuang untuk mendapatkan hatimu.”

“Baiklah, Ahmad. “Sekarang, kau harus bersaing dengan empat pria lainnya. Mereka adalah orang-orang yang sangat berkuasa. Kau harus berusaha lebih keras dari mereka untuk memenangkan hatiku. Good luck!”

Ahmad meninggalkan kantor Nita dengan sejuta pertanyaan berputar di kepalanya. Apakah ia sanggup menaklukkan hati Nita? Sementara pengakuan Nita sudah empat pria lainnya yang juga ikut berebut meraih hati Nita.

Terkait

Terkini