Menaklukkan Hati Nita

15 Oktober 2024, 18:55 WIB

Hari-hari berlalu. Ahmad berusaha untuk  menunjukkan kebaikan hatinya pada Nita,  menunjukkan bahwa ia bisa menjadi  pendamping hidup yang baik. Ia mencoba  menunjukkan padanya bahwa ia memiliki  kebaikan hati dan kepedulian yang tak ternilai.

Namun, usaha Ahmad tak mudah. Empat  pesaingnya selalu mencoba menghalangi  Ahmad. Mereka menyebarkan gosip  buruk tentang diri Ahmad. Mereka mencoba merusak reputasinya. Mereka mencoba membuat Nita ragu padanya.

Nita sendiri pun tak mudah dibaca. Kadang-kadang ia memperlihatkan tanda-tanda tertarik pada Ahmad tapi kadang-kadang ia menunjukkan sikap dingin. Ahmad tak tahu apakah ia benar-benar  menyukai atau hanya mencoba menguji  dirinya.

Ahmad mencoba tetap berpegang teguh  pada prinsipnya. Ia tak akan menyerah  sebelum ia berjuang sekuat tenaga. Ia  akan membuktikan bahwa cintanya tak  akan kalah dengan kekayaan.

Suatu sore, Ahmad menemui Nita di  taman kota. Mereka berbincang tentang  segala sesuatu, tentang mimpi, cita-cita,  dan tentang masa depan. Ahmad  mencoba menunjukkan padanya bahwa  ia memiliki visi dan cita-cita yang sama  dengannya.

Ia bercerita tentang impiannya untuk  membangun sekolah gratis untuk anak-anak miskin. Ia bercerita tentang  keinginannya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.

Nita terlihat terkesan dengan cerita diungkapkan Ahmad Ia menatap mata  Ahmad dengan lekat, seaakan mencoba  melihat ke dalam jiwanya. “Aku kagum  padamu, Ahmad,” katanya. “Kau memiliki  cita-cita yang luar biasa.”

Ahmad tersenyum. “Aku ingin menunjukkan padamu bahwa aku bukan hanya seorang pelukis jalanan biasa. Aku memiliki mimpi dan keinginan untuk membuat kehidupan ini menjadi lebih baik.”

Nita mengangguk pelan. “Aku tahu, Ahmad. Aku selalu melihat kebaikan dalam dirimu. Tapi, kamu harus mengerti, aku  tak hanya mencari seseorang yang baik hati. Aku juga membutuhkan seseorang  yang bisa menjamin masa depanku.”

Kalimat Nita menghantam hati Ahmad  seperti petir di siang bolong. Ia mencoba  menahan air mata yang menggenang di  pelupuk matanya.

Ia tahu bahwa ia tak bisa menjanjikan  kemewahan duniawi seperti yang dimiliki  para pesaingnya. Tapi, ia bisa  menawarkan sesuatu yang lebih berharga  dari itu semua: cinta yang tulus dan setia.

Nita, aku mengerti perasaanmu. Tapi,  aku ingin meminta kesempatan lagi.  Berikan aku sedikit waktu untuk  menunjukkan bahwa aku mampu  mencapai cita-cita kita bersama.

Aku tak menjanjikan kemewahan, tapi aku  berjanji akan berjuang bersamamu untuk  mewujudkan mimpi-mimpi kita.”

Nita terdiam sejenak, menatap mata  Ahmad dengan tatapan yang sulit  kubaca. Akhirnya, ia menggeleng kepala.  “Maaf, Ahmad. Aku sudah membuat  keputusan. Aku memilih untuk bersama  dengan seseorang yang bisa memberiku  jaminan yang aku butuhkan.”

Hati Ahmad terasa remuk berkeping-keping. Ia mencoba menahan gejolak  emosi yang menyerbu jiwanya. Ia tahu  bahwa perjuangan ini telah mencapai  ujungnya. Ia harus menerima keputusan  Nita, seberat apapun itu.

“Baiklah, Nita. Aku menghormati  keputusanmu. Aku ingin kamu bahagia.”

Nita menatap Ahmad dengan tatapan  yang sedikit bersalah. “Aku juga berharap  kamu menemukan kebahagiaanmu, Ahmad.”

Ahmad mencoba menunjukkan senyum  yang kuat. “Aku akan baik-baik saja. Terima  kasih atas segalanya.”

Ahmad berbalik dan berjalan menjauh dari  Nita. Langkahnya terasa berat, seakan  menanggung beban yang berat.

Ahmad menatap gelang manik kayu yang  masih melingkar di pergelangan tanganya.  Gelang itu menjadi lambang cinta yang tak  terbalas, cinta yang telah dipendamnya  selama tujuh tahun.

Ia berjalan sambil mencoba menepis sedih  yang menyerbu hatinya. Ia mencoba  mengingatkan diri bahwa kebahagiaan  bukanlah sesuatu yang bisa dibeli dengan  harta benda.

Kebahagiaan itu terletak pada cinta yang  tulus dan pada usaha kita untuk membuat  hidup ini menjadi tempat yang lebih baik.

Ahmad berjalan terus, membawa luka di  hatinya. Tapi, ia juga membawa harapan  dan semangat untuk menjalani hidup  dengan lebih baik lagi.

Ia akan terus berjuang untuk mencapai cita-citanya, untuk membuat kehidupan ini  menjadi tempat yang lebih baik. Dan ia  akan mencari cinta yang sejati, cinta yang  tak memandang harta benda dan status  sosial. Ia yakin

Ia yakin, di suatu hari nanti ia akan  menemukan cinta yang sejati, cinta yang  bisa membuatnya bahagia tanpa syarat.

Terkait

Terkini