Menaklukkan Hati Nita

15 Oktober 2024, 18:55 WIB

Namun, takdir punya rencana lain. Beberapa bulan kemudian, saat Ahmad sedang melukis di pasar seni, ia mendengar suara  yang tak asing baginya. Nita. Ia menoleh  dan melihat Nita berdiri di depannya,  wajahnya tampak lesu.

“Ahmad,” panggil Nita, suaranya bergetar. “Aku ingin bicara.”

Ahmad terkejut, matanya menatap Nita  dengan tatapan yang penuh pertanyaan. Ia  tak percaya apa yang ia lihat. Nita berdiri di  depannya dengan wajah yang pucat dan  mata yang terlihat sedih.

Nita menghela napas panjang. “Aku  menyesal, Ahmad. Aku menyesal telah  menolakmu. Aku menyesal telah mencari  kebahagiaan pada orang yang salah.”

“Apa maksudmu, Nita?” tanya Ahmad,  suaranya gemetar karena gugup.

Nita menceritakan segalanya. Ia  menceritakan bagaimana ia merasa hampa  dan tak bahagia dengan para pria kaya  yang menginginkan cintanya.

Ia menceritakan bagaimana ia merasa  termanipulasi dan tak dicintai dengan tulus. Ia merasa kehilangan sesuatu yang penting  dalam hidupnya, sesuatu yang hanya bisa  diberikan oleh Ahmad.

Nita menatap mata Ahmad dengan tatapan  yang penuh penyesalan. “Aku ingin kembali  padamu, Ahmad. Aku ingin mencoba membangun hubungan denganmu. Aku  menyesal telah menolakmu dulu. Aku tahu  bahwa aku telah membuat kesalahan  besar.”

Ahmad terkejut, hatinya berdebar kencang.  Ia menatap Nita dengan tatapan yang  penuh keheranan dan sedikit tak percaya.  Namun, dalam hatinya, ia merasa bahagia.  Ia tahu bahwa Nita akhirnya sadar akan  kesalahannya.

“Aku mencintaimu, Nita,” kata Ahmad,  suaranya bergetar karena emosi. “Aku  selalu mencintaimu. Aku tak pernah berhenti mencintaimu. Aku selalu menunggu  kesempatan untuk menyatukan hati kita  lagi.”

Nita meneteskan air mata. “Aku sangat  menyesal, Ahmad. Aku telah membuang  waktumu selama tujuh tahun ini. Aku  berharap kamu masih mau menerimaku.”

“Aku selalu menunggu, Nita,” jawab Ahmad,  menarik Nita ke dalam pelukannya. “Aku  tak pernah menyerah untuk mendapatkan  hatimu.”

Nita menangis dipelukan Ahmad. Ia  merasa bahagia dan bersyukur karena  Ahmad masih mau menerimanya. Ia  menyesali kesalahannya dan berjanji akan  menghargai Ahmad dan cintanya.

Ahmad mengelus lembut rambut Nita. “Aku  mencintaimu, Nita. Aku tak akan  membiarkan kesalahan masa lalu  menghancurkan kebahagiaan kita di masa  depan.”

Nita tersenyum sedikit lebar, air matanya  masih mengalir dipipinya. “Aku  mencintaimu juga, Ahmad. Aku menyesal  telah membuang waktumu. Aku berjanji  akan menghargai kamu dan cinta kita. Aku  ingin membangun masa depan  bersamamu.”

Ahmad menarik Nita lebih dekat. “Kita akan  membangun masa depan bersama, Nita.  Kita akan mewujudkan mimpi kita bersama. Aku janji akan membahagiakanmu.”

Nita mengangguk pelan, matanya  menatap  Ahmad dengan tatapan yang penuh harap.  “Aku percaya padamu, Ahmad. Aku  mencintaimu.”

Ahmad mencium kening Nita. “Aku juga  mencintaimu, Nita. Aku tak akan  membiarkan sesuatu apapun  menghancurkan cinta kita.”

Mereka berpelukan erat, menikmati  kehangatan cinta yang telah lama  terpendam. Cinta mereka yang tulus dan  setia telah menaklukkan segalanya. 

Sejak hari itu, Ahmad dan Nita membangun  kehidupan baru yang penuh cinta dan  bahagia. Mereka bersama-sama  mewujudkan mimpi mereka untuk  membangun sekolah gratis untuk anak-anak miskin. Mereka bersama-sama  menjalani hidup yang penuh arti dan  makna. (H)

IMG 20241015 WA0002

Hasan Hasir | jurnalis, tinggal Madura. Pegiat literasi dan seni budaya

Menunggu Bunda Pulang

Cahaya Rya, Bintang yang Tak Pernah Padam

Editor Bagai Matador

Terkait

Terkini