Menapaki Sisa-Sisa Tangga Kehidupan

Seorang anaknya yang tinggal serumah dengan Dirham mengalami gangguan jiwa, semakin menambah beban hidup Dirham

11 April 2022, 16:00 WIB

Nusantarapedia.net — Menapaki sisa-sisa tangga kehidupan.

Hidup adalah perjalanan cerita yang sudah tertuliskan. Liku-liku di dalamnya sudah diatur dan ditetapkan, terpahat pada prasasti langit keagunganNya.

Segala cobaan tangis bahagia anak manusia, sejak dalam kandungan, dilahirkan hingga ajal menjemputnya sudah suratan takdir.

Adalah seorang Dirham, lelaki tua berusia 65 tahun, warga desa Dukuh Tengah, Desa Bantarbolang, Pemalang, Jawa Tengah ini, tidak pernah menyangka jika akhirnya dipenghujung usianya yang senja masih harus berjuang menanggung beban beratnya hidup, dengan masih menanggung kebutuhannya dalam seorang diri.

“Dengan harga dikisaran Rp. 200.000,- dan pembelinya pun sekarang jarang, karena masyarakat sekarang lebih memilih tangga buatan pabrikan. Sehingga menurunkan omsetnya, akibatnya kebutuhan pangan sehari-hari sulit terpenuhi dengan baik.”

Dua orang anak kandungnya, serta seorang anak angkatnya tak begitu bisa diharapkan untuk membantu meringankan pundaknya yang sudah rapuh, untuk sekedar menyambung hidup dengan pekerjaan sehari-hari yang dilakoni.

Menurut seorang tetangganya bernama Halim, Dirham bekerja serabutan, terkadang kerja sebagai pemecah batu kali, akan tetapi yang menjadi andalannya adalah membuat kerajinan belahan bambu untuk di buat produk titian tangga dari bahan bambu.

Dengan harga dikisaran Rp. 200.000,- dan pembelinya pun sekarang jarang, karena masyarakat sekarang lebih memilih tangga buatan pabrikan. Sehingga menurunkan omsetnya, akibatnya kebutuhan pangan sehari-hari sulit terpenuhi dengan baik.

Seorang anaknya yang tinggal serumah dengan Dirham mengalami gangguan jiwa, semakin menambah beban hidup Dirham.

Sedangkan kedua anaknya yang lain jarang menjenguk dirinya, karena merantau di luar kota untuk bekerja.

Masih menurut Halim, pihak Pemerintah Desa sudah pernah memberikan bantuan bedah rumah guna perbaikan untuk tempat tinggalnya. Namun demikian, untuk urusan ekonomi sehari-hari Dirham masih terus mengalami kesulitan, apalagi saat ini usia dan raganya yang tua dan renta. Tidak ada kesempatan lagi untuk melangkah lebih jauh agar bisa keluar dari situasi ini.

Dirham dengan kesibukan tiap hari membelah satu demi satu potongan bambu, kemudian di antaranya dijadikan sebagai titian anak tangga.

Dirham lelaki tua itu, sadar, apa yang harus dilakukannya kan dilakukan dengan segera dan ikhlas sepenuh hati. Dirham percaya pada kekuatan Tuhan.

Menapaki titian anak tangga, dari anak tangga yang paling bawah kemudian naik setitian, sampai akhirnya berada di anak tangga yang paling tinggi.

Pada posisi puncak anak tangga yang paling atas, pasti akan kembali menuruni anak tangga di bawahnya, terus berulang-ulang. Pelan tapi pasti akan berada di titian anak tangga yang paling bawah untuk kemudian diam di dalam tanah.

Begitulah hidup, bagai meniti tangga bambu buatan laki-kaki tua bernama Dirham. Ketika sampai di puncak anak tangga, bersiaplah untuk kembali turun ke anak tangga yang paling bawah. Terus berulang menimpa setiap anak manusia dalam laku hidup.

Hidup tak kekal, hidup tak abadi. Saat kita berada di atas haruslah terus melihat ke bawah. Harta, jabatan dan kedudukan lainnya hanya kiasan dalam perjalanan hidup dunia, semua berakhir kembali ke bumi tanpa ada yang dibawa. (Ragil74)

Desa Penggarit Pemalang
Benteng Oranje Ternate
Kampung Noema, Butuh Peningkatan SDM

Terkait

Terkini